Home / Fantasi / Reinkarnasi Sang Kaisar Langit / Bab 04 Awal dari Kebangkitan

Share

Bab 04 Awal dari Kebangkitan

Author: Kopi Senja
last update Last Updated: 2025-11-11 23:20:40

Seiring berjalannya waktu, kini Qing Long Chen telah berusia dua belas tahun. Wajahnya semakin tampan, membuat para murid wanita terpikat oleh pesonanya.

Sedangkan para murid laki-laki justru merasa iri, termasuk Qing Mo Han.

"Tch! Apa hebatnya kau dibanding diriku? Dari dulu hingga sekarang ranah kultivasimu tidak ada kemajuan sama sekali. Apa kau masih layak disebut Tuan Muda? Sampah tetaplah sampah! Mau berusaha sekeras apa pun, kau tak akan pernah menjadi kultivator sejati!" ejek Qing Mo Han sinis saat Qing Long Chen melintas di depannya.

Qing Long Chen berhenti dan menoleh pelan. "Apa orang tuamu tidak pernah mengajarkan sopan santun? Apa di matamu aku begitu rendah hingga kau berani menyebutku sampah? Aku tidak pernah bermasalah denganmu, tapi kau selalu mencari gara-gara denganku. Aku selama ini diam karena menghormatimu sebagai senior. Tapi semakin lama, tindakanmu semakin arogan, seolah klan ini milik keluargamu sendiri. Beginikah sikap seorang senior terhadap junior?" Nada suaranya tegas dan menusuk, tatapannya tajam bagaikan sebilah pedang.

Qing Mo Han tersenyum miring, wajahnya tampak dipenuhi rasa angkuh.

"Berani juga kau melawan perkataanku, Long Chen. Sepertinya aku harus memberimu sedikit pelajaran agar tahu batasmu sebagai ‘sampah klan’ ini."

Beberapa murid lain yang berada di halaman latihan segera berhenti berlatih dan memperhatikan mereka berdua. Suasana mendadak hening, hanya suara angin yang berhembus pelan di antara pepohonan di sekitar lapangan.

Qing Long Chen menatap tenang, tanpa sedikit pun menunjukkan rasa takut. "Kalau kau memang ingin memberiku pelajaran," ujarnya datar, "aku akan menerimanya. Tapi jangan menyesal kalau akhirnya kau sendiri yang menanggung akibatnya."

"Haha! Sombong sekali!"

Qing Mo Han tertawa keras, lalu melangkah maju dengan penuh percaya diri. "Aku akan pastikan semua orang di sini tahu siapa yang pantas disebut murid berbakat, dan siapa yang pantas disebut sampah!"

Tanpa menunggu aba-aba, Qing Mo Han langsung melesat. Angin berdesir tajam ketika tinjunya meluncur lurus ke arah wajah Long Chen.

Namun pada saat yang sama, mata Qing Long Chen berkilat. Tubuhnya miring sedikit ke samping, menepis pukulan itu dengan satu gerakan ringan.

Bugh!

Suara benturan terdengar keras. Qing Mo Han terpaksa mundur dua langkah, wajahnya berubah kaget. "Apa…?" gumamnya tak percaya. "Bagaimana bisa kau menangkis seranganku?!"

Long Chen tidak menjawab. Ia hanya menatapnya dengan dingin.

"Aku sudah bilang," ujarnya pelan, "jangan menyesal."

Dalam sekejap, Long Chen melangkah maju — gerakannya cepat, ringan, dan nyaris tak terlihat.

Tangan kirinya menangkis pukulan lanjutan Qing Mo Han, sementara kaki kanannya menghantam tepat ke arah dada lawannya.

Bugh!

Qing Mo Han terlempar ke belakang, berguling di tanah sebelum berhenti dengan wajah merah padam menahan malu.

Para murid yang menonton terdiam, beberapa bahkan menahan napas. Tak ada yang menyangka bocah yang sering diremehkan itu mampu mengalahkan murid yang lebih tua hanya dalam dua gerakan.

Qing Long Chen menurunkan tangannya, lalu menatap Qing Mo Han yang masih terbaring.

"Lain kali," katanya tenang, "gunakan kepalamu sebelum menggunakan tinjumu."

Ia pun berbalik dan pergi, meninggalkan kerumunan yang masih terpaku menatap punggungnya. Sosok bocah dua belas tahun yang mulai menunjukkan tanda-tanda seorang jenius sejati.

***

Beberapa jam setelah kejadian itu, kabar mengenai pertarungan antara Qing Long Chen dan Qing Mo Han telah menyebar ke seluruh halaman latihan seperti api yang menyambar rumput kering. Setiap murid membicarakannya, tentang bagaimana bocah dua belas tahun yang selama ini dianggap lemah mampu menjatuhkan murid tingkat menengah hanya dalam dua gerakan.

Di dalam aula utama klan Qing, suasana tampak tenang namun mengandung tekanan. Qing Feng duduk di singgsananya, kedua matanya terpejam, mendengarkan laporan salah satu penjaga yang baru saja kembali.

"Patriark," ujar penjaga itu dengan nada hati-hati, "pertarungan di halaman latihan pagi tadi… benar adanya. Tuan Muda Qing Long Chen mengalahkan Qing Mo Han hanya dengan dua serangan."

Qing Feng membuka matanya perlahan. Tatapan matanya tajam namun sulit dibaca.

"Dua serangan saja?" tanyanya datar.

"Ya, Patriark. Para murid yang menyaksikan juga memberikan kesaksian yang sama."

Keheningan menyelimuti ruangan sesaat. Qing Feng menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi, jemarinya mengetuk-ngetuk lengan kursi dengan ritme lambat. "Anak itu… tampaknya semakin tidak bisa ditebak."

Dari sisi kanan, Qing Jianhong tersenyum tipis. "Aku sudah menduganya, Patriark. Dalam latihan fisik maupun pemahaman kitab dasar, Long Chen menunjukkan ketekunan di luar nalar. Ia mungkin belum menampakkan kekuatan sejati karena selama ini menahan diri."

Tetua Qing Wushen yang duduk di sebelahnya menimpali, "Tapi, jika dia benar-benar mampu menumbangkan Qing Mo Han, berarti tubuh dan jalur meridiannya sudah berkembang dengan sempurna. Itu… bukan hal biasa bagi anak seusianya."

Qing Feng tidak langsung menjawab. Matanya menerawang sejenak, seolah menembus masa lalu — mengingat malam ketika Long Chen lahir bersama tanda aneh dan cahaya emas di langit.

"Sepertinya waktunya sudah dekat…" gumamnya pelan.

Para tetua saling berpandangan, tak berani bertanya lebih jauh.

*****

Sementara itu, di halaman belakang paviliun, Qing Long Chen tengah duduk bersila di bawah pohon maple besar. Udara sore terasa sejuk, dan beberapa daun berguguran di sekitarnya.

Peluh keringat masih membasahi wajahnya, namun napasnya teratur dan tenang.

Ia menatap kedua telapak tangannya. Di sana, samar-samar tampak aliran halus berwarna keemasan, mengalir seperti arus listrik lembut.

"Energi ini lagi…" gumamnya pelan.

Sudah beberapa bulan ini, setiap kali ia berlatih serius, kekuatan itu selalu muncul — hangat, tapi juga kuat, seperti aliran petir yang menunggu meledak. Ia tidak tahu dari mana asalnya. Tapi ia tahu satu hal, kekuatan itu bukan sesuatu yang bisa ia ceritakan sembarangan, bahkan pada ayahnya sendiri.

"Aku harus memahaminya sendiri," ujarnya lirih.

Cahaya keemasan itu perlahan meredup seiring ia mengatur napasnya, menyerap energi spiritual di sekitar.

Dari kejauhan, Qing Feng berdiri di atap paviliun, dengan tangan bersedekap dan tatapan tajam menatap putra bungsunya itu. Bibirnya menampilkan senyum samar.

"Chen’er… darah dan kekuatan itu akhirnya mulai bangkit."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Reinkarnasi Sang Kaisar Langit   Bab 07 Qing Long Chen Menjadi Bahan Hinaan

    Di malam hari, Qing Long Chen memberikan kristal inti hewan buas tingkat tiga dan tingkat empat kepada kakaknya, Qing Yunxiao, berjumlah lima puluh buah. Qing Yunxiao tercengang melihat tumpukan kristal inti itu di atas meja. Dirinya sendiri masih kesulitan menghadapi hewan buas tingkat empat, sedangkan adiknya bisa mengalahkannya dengan begitu mudah, seolah tanpa hambatan. “Haih… Kakak benar-benar tidak habis pikir dengan dirimu, Longer. Kebanyakan murid klan kita, juga murid dari Klan Jiang maupun Klan Tang, harus berpikir dua kali sebelum memasuki kawasan dalam Hutan Utara kota Zhoucheng. Tapi kamu malah mendapatkan kristal inti tingkat tiga dan tingkat empat seperti mengambil batu di pinggir sungai. Kamu benar-benar layak dijuluki monster, adikku,” ujarnya sambil menggeleng-gelengkan kepala. Qing Long Chen hanya tersenyum kecil mendengar ucapan kakaknya. Ia menggaruk belakang kepalanya pelan, seolah tidak merasa istimewa sama sekali. *Kakak terlalu melebih-lebihkan. Aku ha

  • Reinkarnasi Sang Kaisar Langit   Bab 06 Menolong Jiang Ruyue

    "Tolong… tolong…!!!" Dari kejauhan terdengar suara seorang wanita berteriak meminta tolong menggema di antara pepohonan. Qing Long Chen baru saja selesai mengambil kristal inti dari dalam kepala serigala berbulu perak. Ia langsung menoleh. Karena penasaran, dia lalu melesat secepat kilat ke sumber suara untuk mengetahui apa yang terjadi. Sesampainya di sana, ia melihat seorang gadis berusia sekitar tiga belas tahun dengan wajah cantik, tampak berlari ketakutan dikejar seekor ular bersisik hitam. Ular bersisik hitam itu meluncur menerobos pepohonan, tubuhnya sebesar batang pohon, panjangnya belasan meter. Setiap gesekan sisiknya di tanah menghasilkan gemuruh halus, dan racun ungu menetes dari taringnya, membuat rerumputan di bawahnya langsung menghitam. Gadis itu tersandung batu dan hampir terjatuh ketika ular raksasa itu membuka mulut lebar-lebar. Sebuah bayangan gelap muncul seraya mengayunkan pedangnya ke tubuh ular hitam. Slash! Slash! Slash! Tubuh ular bersisik hi

  • Reinkarnasi Sang Kaisar Langit   Bab 05 Berburu Hewan Buas

    Di malam hari, Qing Long Chen, Patriark Qing Feng, Qing Yunxiao, dan Lin Hua sedang menikmati makan malam di ruang makan. Tak ada satu pun yang bersuara saat mereka makan. Beberapa saat kemudian, mereka selesai. Saat hendak pergi, Qing Feng memanggil pelan. “Chen’er.” Long Chen berhenti. “Ya, Ayah?” Qing Feng menatapnya dengan sorot tajam yang tetap penuh kendali. "Ada hal yang harus kau ingat mulai sekarang," ucapnya perlahan. "Jangan tunjukkan kekuatanmu di hadapan murid lain ataupun orang luar." Long Chen terdiam sejenak. “Untuk merahasiakan kekuatanku?” Qing Feng mengangguk tipis. “Benar. Para Tetua sudah mengetahui perkembanganmu, dan mereka sepakat untuk merahasiakannya. Namun, murid-murid lain maupun pihak luar tidak boleh tahu. Untuk sekarang, lebih aman jika semua orang menganggapmu biasa saja.” Long Chen menunduk hormat. “Aku mengerti, Ayah. Aku tidak akan menarik perhatian.” "Bagus." Qing Feng menepuk pundaknya pelan. "Ini demi keselamatanmu. Bakatmu ter

  • Reinkarnasi Sang Kaisar Langit   Bab 04 Awal dari Kebangkitan

    Seiring berjalannya waktu, kini Qing Long Chen telah berusia dua belas tahun. Wajahnya semakin tampan, membuat para murid wanita terpikat oleh pesonanya. Sedangkan para murid laki-laki justru merasa iri, termasuk Qing Mo Han. "Tch! Apa hebatnya kau dibanding diriku? Dari dulu hingga sekarang ranah kultivasimu tidak ada kemajuan sama sekali. Apa kau masih layak disebut Tuan Muda? Sampah tetaplah sampah! Mau berusaha sekeras apa pun, kau tak akan pernah menjadi kultivator sejati!" ejek Qing Mo Han sinis saat Qing Long Chen melintas di depannya. Qing Long Chen berhenti dan menoleh pelan. "Apa orang tuamu tidak pernah mengajarkan sopan santun? Apa di matamu aku begitu rendah hingga kau berani menyebutku sampah? Aku tidak pernah bermasalah denganmu, tapi kau selalu mencari gara-gara denganku. Aku selama ini diam karena menghormatimu sebagai senior. Tapi semakin lama, tindakanmu semakin arogan, seolah klan ini milik keluargamu sendiri. Beginikah sikap seorang senior terhadap junior?"

  • Reinkarnasi Sang Kaisar Langit   Bab 03 Benih Persaingan

    Tujuh tahun kemudian, tampak seorang anak laki-laki berumur tujuh tahun berwajah tampan tengah berlatih tanding dengan kakaknya. Tangannya dengan lincah mengayunkan pedang kayunya itu. Qing Yunxiao hanya bisa menghindar dan menangkis serangan pedang adiknya itu. Meski di umurnya masih berusia tujuh tahun, teknik pedang Qing Long Chen tidak bisa di anggap remeh. "Sungguh mengerikan, meski adikku masih berusia tujuh tahun tapi kemampuan pedangnya sangat mendalam," gumam Qing Yunxiao, terkejut akan perkembangan sang adik. Meski demikian, ia merasa senang dan bangga memiliki adik yang begitu jenius. Ia tak pernah merasa iri terhadap bakat yang dimiliki Qing Long Chen. Sebaliknya, ia amat menyayangi adiknya itu. Sewaktu Qing Long Chen berusia lima tahun, dari pagi hingga sore ia membaca kitab-kitab di perpustakaan klan dari tingkat rendah hingga tingkat menengah, bahkan yang berada di perpustakaan paviliun keluarganya selama satu bulan. Di bulan kedua, ia dengan tekun dan giat mu

  • Reinkarnasi Sang Kaisar Langit   Bab 02 Kelahiran Kembali Long Chen

    Dua ratus tahun telah berlalu. Di dunia bawah, tepatnya di wilayah Klan Qing, suasana malam itu terasa tidak biasa. Langit yang semula cerah tiba-tiba diselimuti awan gelap pekat. Petir sesekali berkilat di kejauhan, namun tak setetes pun hujan turun. Di dalam salah satu paviliun utama, Qing Feng, Patriark klan, berjalan mondar-mandir di depan kamar istrinya. Wajahnya tampak gusar dan penuh kecemasan, matanya sesekali menatap pintu yang tertutup rapat. Dari dalam, suara tangisan dan jeritan tertahan terdengar menggema. "Bagaimana istriku?" seru Qing Feng dengan nada cemas. Seorang tabib wanita tua keluar terburu-buru, wajahnya pucat. "Patriark... ini bukan kelahiran biasa. Energi spiritual di sekitar Nyonya Ling Hua terlalu kuat. Saya takut tubuhnya tak akan mampu menahannya!" Qing Feng menggertakkan giginya. "Apapun yang terjadi, selamatkan dia!" Namun sebelum sang tabib sempat masuk kembali, getaran kuat mengguncang seluruh bangunan. Cahaya keemasan menyembur dari celah pi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status