LOGINDi malam hari, Qing Long Chen, Patriark Qing Feng, Qing Yunxiao, dan Lin Hua sedang menikmati makan malam di ruang makan. Tak ada satu pun yang bersuara saat mereka makan. Beberapa saat kemudian, mereka selesai.
Saat hendak pergi, Qing Feng memanggil pelan. “Chen’er.” Long Chen berhenti. “Ya, Ayah?” Qing Feng menatapnya dengan sorot tajam yang tetap penuh kendali. "Ada hal yang harus kau ingat mulai sekarang," ucapnya perlahan. "Jangan tunjukkan kekuatanmu di hadapan murid lain ataupun orang luar." Long Chen terdiam sejenak. “Untuk merahasiakan kekuatanku?” Qing Feng mengangguk tipis. “Benar. Para Tetua sudah mengetahui perkembanganmu, dan mereka sepakat untuk merahasiakannya. Namun, murid-murid lain maupun pihak luar tidak boleh tahu. Untuk sekarang, lebih aman jika semua orang menganggapmu biasa saja.” Long Chen menunduk hormat. “Aku mengerti, Ayah. Aku tidak akan menarik perhatian.” "Bagus." Qing Feng menepuk pundaknya pelan. "Ini demi keselamatanmu. Bakatmu terlalu mencolok, dan yang terlalu mencolok selalu cepat mengundang bahaya." Long Chen mengangguk sekali lagi, lalu berbalik dan melangkah pergi. Setelah sosok putra bungsunya menghilang, Lin Hua bertanya pelan, "Apa Chen’er benar-benar harus menyembunyikan kemampuannya?" Qing Feng menatap wajah istrinya dan menghela napas sesaat. "Semua ini dilakukan demi menghindari hal-hal yang tidak kita inginkan. Kau tahu sendiri, dunia saat ini sedang berada dalam kekacauan." Sejak Long Chui naik sebagai Kaisar Langit, dunia mengalami gejolak besar. Sekte-sekte aliran hitam mulai bermunculan satu per satu, menyebarkan kekacauan di berbagai wilayah. Mereka bergerak dalam bayang-bayang, merekrut para pemuda berbakat atau menghabisi mereka sebelum menjadi ancaman. Pergerakan aliran hitam yang semakin tak terkendali ini membuat para klan besar, klan kecil, sekte aliran putih maupun netral menjadi sangat waspada—termasuk Klan Qing. Bakat Qing Long Chen terlalu mencolok. Jika pihak luar mengetahui keistimewaannya, ia akan menjadi sasaran pertama yang ingin direbut atau dihancurkan. Karena itulah para Tetua Klan Qing sepakat menyembunyikan perkembangan Qing Long Chen. Bagi mereka, bocah itu bukan sekadar pewaris garis darah Patriark, melainkan satu-satunya harapan di tengah dunia yang semakin kelam. Mereka percaya bahwa kelahirannya bukan kebetulan. Ada sesuatu dalam dirinya—sesuatu yang berbeda, sesuatu yang tidak boleh diketahui siapa pun sebelum waktunya tiba. Selama dunia masih berada dalam bayang-bayang aliran hitam, kekuatan Long Chen harus tetap tersembunyi. **** Di dalam kamar, Qing Long Chen duduk termenung di tepi ranjang, cahaya kristal kecil menerangi wajahnya. Dia menarik napas panjang dan bergumam pelan, "Ayah benar… jika aku menunjukkan kekuatanku yang sebenarnya, itu hanya akan mengundang kehancuran bagi Klan Qing. Jika sekte aliran hitam mengetahui keberadaanku, mereka tidak akan ragu membantai seluruh keluarga ini demi mencegah ancaman. Hah… tidak kusangka, sejak kejatuhanku dua ratus tahun lalu, dunia menjadi kacau balau seperti ini." Sejak kecil ia tahu dirinya berbeda. Aliran qi-nya terlalu murni, jalur meridiannya lebih luas dari siapapun seusianya, dan kecepatan kultivasinya bahkan membuat para tetua memilih bungkam daripada menimbulkan kegemparan. Kini, setelah terlahir kembali, ia bertekad menjadi sosok yang jauh lebih kuat dibanding kehidupannya sebelumnya. Untuk saat ini, ada satu hal yang menjadi prioritasnya—fokus berlatih dan memperkuat diri, tanpa menarik perhatian siapa pun. Dan sekarang ia sedang memahami potensi yang dimiliki tubuhnya. Bahkan Long Chen tidak menyangka bahwa dirinya memiliki elemen petir emas, petir yang dikenal memiliki daya kerusakan dan kekuatan kehancuran luar biasa. Tidak hanya itu, ia juga kembali merasakan keberadaan elemen api, angin, air, bumi, cahaya, kegelapan, kehidupan dan es. Elemen-elemen yang telah ia kuasai dalam kehidupan sebelumnya. Itulah sebabnya Long Chui begitu iri, karena dia hanya mampu menguasai tiga elemen saja. Sambil duduk, Long Chen mengangkat telapak tangan kanannya. Setitik cahaya keemasan muncul, berdenyut pelan sebelum berubah menjadi kilatan kecil yang memercik di udara. Petir emas itu meliuk halus seperti seekor ular mini, namun setiap denyutnya menggetarkan seluruh ruang. “Petir emas… tubuh ini benar-benar melampaui kehidupanku sebelumnya,” gumamnya. Ia memejamkan mata, mengatur napas, dan mulai menyelaraskan seluruh elemennya. Di sekelilingnya, api tipis berdesir, angin berputar lembut, air berkumpul membentuk uap halus, dan bumi memancarkan getaran stabil dari bawah kakinya. Cahaya dan kegelapan saling bertabrakan seperti dua kutub yang sama-sama ingin mendominasi. Lalu, muncul aura lembut berwarna hijau muda—nyaris tak terlihat jika tidak diperhatikan. Elemen kehidupan. Tenang, hangat, namun menyimpan kekuatan pemulihan yang menakutkan. Elemen yang bahkan di kehidupannya sebelumnya hanya dimiliki oleh seorang sakti tingkat dewa, dan itu pun dalam kadar tipis saja. Long Chen membuka mata perlahan. “Bahkan elemen kehidupan… tubuh baruku memang berbeda.” Namun semua elemen itu tetap tunduk ketika petir emas muncul—liar, buas, dan tak terikat, seperti raja dari segala elemen. “Jika aku mampu menyatukan semuanya seperti dulu… aku bukan hanya akan mendapatkan kembali kekuatanku, aku bisa melampauinya.” Ia berdiri perlahan. Aura di tubuhnya tetap tenang, seolah tidak ada kekuatan apa pun di dalam diri bocah dua belas tahun itu. Namun di balik ketenangan itu, tersimpan kekuatan yang menunggu waktu untuk bangkit. "Baiklah. Mulai hari ini… aku akan kembali menapaki jalanku." Long Chen menguatkan tekadnya. Mulai hari itu, ia akan berlatih keras, menggunakan petir emas dan elemen kehidupan sebagai dasar untuk menapaki penyempurnaan kekuatannya **** Kesokan paginya, Qing Long Chen melangkah memasuki hutan utara kota Zhoucheng. Dia berkelebat seperti bayangan sehingga keberadaannya tidak di ketahui oleh murid klannya, klan Jiang dan klan Tang. Tak berselang lama ia sampai di kawasan hutan bagian terdalam dimana hewan buas tingkat tiga dan empat berada. Begitu memasuki kawasan itu, suara raungan terdrngar samar di kejauhan. Qing Long Chen menarik napas perlahan. Matanya menyapu sekeliling, tubuhnya menegang namun tetap tenang. Di tempat seperti ini, satu kelengahan saja bisa berarti maut. Tiba-tiba, seekor serigala berbulu perak menerjang ke arahnya. Mata merah menyala itu menatap ganas, memancarkan tekanan hewan buas tingkat tiga. Cakar tajamnya berkilat saat mengoyak udara, meninggalkan jejak angin yang tajam. "Hehe… lumayan untuk pemanasan," ujarnya sambil memiringkan tubuh, menghindari serangan itu dengan gerakan ringan dan gesit. Cakar serigala berbulu perak itu hanya menyayat udara kosong. Hewan itu mendarat kembali di tanah, menggeram keras, bulu peraknya berdiri tegak bersiap kembali menyerang Long Chen. Wush! Qing Long Chen bergerak secepat kilat, tubuhnya seperti bayangan yang melintas. Dalam sekejap, tinjunya sudah menghantam tepat ke arah kepala serigala perak. Bang! Seketika, tubuh serigala perak itu terpental dan menghantam pohon di belakangnya. Dengan langkah perlahan Qing Long Chen mendekati serigala tersebut.Di malam hari, Qing Long Chen memberikan kristal inti hewan buas tingkat tiga dan tingkat empat kepada kakaknya, Qing Yunxiao, berjumlah lima puluh buah. Qing Yunxiao tercengang melihat tumpukan kristal inti itu di atas meja. Dirinya sendiri masih kesulitan menghadapi hewan buas tingkat empat, sedangkan adiknya bisa mengalahkannya dengan begitu mudah, seolah tanpa hambatan. “Haih… Kakak benar-benar tidak habis pikir dengan dirimu, Longer. Kebanyakan murid klan kita, juga murid dari Klan Jiang maupun Klan Tang, harus berpikir dua kali sebelum memasuki kawasan dalam Hutan Utara kota Zhoucheng. Tapi kamu malah mendapatkan kristal inti tingkat tiga dan tingkat empat seperti mengambil batu di pinggir sungai. Kamu benar-benar layak dijuluki monster, adikku,” ujarnya sambil menggeleng-gelengkan kepala. Qing Long Chen hanya tersenyum kecil mendengar ucapan kakaknya. Ia menggaruk belakang kepalanya pelan, seolah tidak merasa istimewa sama sekali. *Kakak terlalu melebih-lebihkan. Aku ha
"Tolong… tolong…!!!" Dari kejauhan terdengar suara seorang wanita berteriak meminta tolong menggema di antara pepohonan. Qing Long Chen baru saja selesai mengambil kristal inti dari dalam kepala serigala berbulu perak. Ia langsung menoleh. Karena penasaran, dia lalu melesat secepat kilat ke sumber suara untuk mengetahui apa yang terjadi. Sesampainya di sana, ia melihat seorang gadis berusia sekitar tiga belas tahun dengan wajah cantik, tampak berlari ketakutan dikejar seekor ular bersisik hitam. Ular bersisik hitam itu meluncur menerobos pepohonan, tubuhnya sebesar batang pohon, panjangnya belasan meter. Setiap gesekan sisiknya di tanah menghasilkan gemuruh halus, dan racun ungu menetes dari taringnya, membuat rerumputan di bawahnya langsung menghitam. Gadis itu tersandung batu dan hampir terjatuh ketika ular raksasa itu membuka mulut lebar-lebar. Sebuah bayangan gelap muncul seraya mengayunkan pedangnya ke tubuh ular hitam. Slash! Slash! Slash! Tubuh ular bersisik hi
Di malam hari, Qing Long Chen, Patriark Qing Feng, Qing Yunxiao, dan Lin Hua sedang menikmati makan malam di ruang makan. Tak ada satu pun yang bersuara saat mereka makan. Beberapa saat kemudian, mereka selesai. Saat hendak pergi, Qing Feng memanggil pelan. “Chen’er.” Long Chen berhenti. “Ya, Ayah?” Qing Feng menatapnya dengan sorot tajam yang tetap penuh kendali. "Ada hal yang harus kau ingat mulai sekarang," ucapnya perlahan. "Jangan tunjukkan kekuatanmu di hadapan murid lain ataupun orang luar." Long Chen terdiam sejenak. “Untuk merahasiakan kekuatanku?” Qing Feng mengangguk tipis. “Benar. Para Tetua sudah mengetahui perkembanganmu, dan mereka sepakat untuk merahasiakannya. Namun, murid-murid lain maupun pihak luar tidak boleh tahu. Untuk sekarang, lebih aman jika semua orang menganggapmu biasa saja.” Long Chen menunduk hormat. “Aku mengerti, Ayah. Aku tidak akan menarik perhatian.” "Bagus." Qing Feng menepuk pundaknya pelan. "Ini demi keselamatanmu. Bakatmu ter
Seiring berjalannya waktu, kini Qing Long Chen telah berusia dua belas tahun. Wajahnya semakin tampan, membuat para murid wanita terpikat oleh pesonanya. Sedangkan para murid laki-laki justru merasa iri, termasuk Qing Mo Han. "Tch! Apa hebatnya kau dibanding diriku? Dari dulu hingga sekarang ranah kultivasimu tidak ada kemajuan sama sekali. Apa kau masih layak disebut Tuan Muda? Sampah tetaplah sampah! Mau berusaha sekeras apa pun, kau tak akan pernah menjadi kultivator sejati!" ejek Qing Mo Han sinis saat Qing Long Chen melintas di depannya. Qing Long Chen berhenti dan menoleh pelan. "Apa orang tuamu tidak pernah mengajarkan sopan santun? Apa di matamu aku begitu rendah hingga kau berani menyebutku sampah? Aku tidak pernah bermasalah denganmu, tapi kau selalu mencari gara-gara denganku. Aku selama ini diam karena menghormatimu sebagai senior. Tapi semakin lama, tindakanmu semakin arogan, seolah klan ini milik keluargamu sendiri. Beginikah sikap seorang senior terhadap junior?"
Tujuh tahun kemudian, tampak seorang anak laki-laki berumur tujuh tahun berwajah tampan tengah berlatih tanding dengan kakaknya. Tangannya dengan lincah mengayunkan pedang kayunya itu. Qing Yunxiao hanya bisa menghindar dan menangkis serangan pedang adiknya itu. Meski di umurnya masih berusia tujuh tahun, teknik pedang Qing Long Chen tidak bisa di anggap remeh. "Sungguh mengerikan, meski adikku masih berusia tujuh tahun tapi kemampuan pedangnya sangat mendalam," gumam Qing Yunxiao, terkejut akan perkembangan sang adik. Meski demikian, ia merasa senang dan bangga memiliki adik yang begitu jenius. Ia tak pernah merasa iri terhadap bakat yang dimiliki Qing Long Chen. Sebaliknya, ia amat menyayangi adiknya itu. Sewaktu Qing Long Chen berusia lima tahun, dari pagi hingga sore ia membaca kitab-kitab di perpustakaan klan dari tingkat rendah hingga tingkat menengah, bahkan yang berada di perpustakaan paviliun keluarganya selama satu bulan. Di bulan kedua, ia dengan tekun dan giat mu
Dua ratus tahun telah berlalu. Di dunia bawah, tepatnya di wilayah Klan Qing, suasana malam itu terasa tidak biasa. Langit yang semula cerah tiba-tiba diselimuti awan gelap pekat. Petir sesekali berkilat di kejauhan, namun tak setetes pun hujan turun. Di dalam salah satu paviliun utama, Qing Feng, Patriark klan, berjalan mondar-mandir di depan kamar istrinya. Wajahnya tampak gusar dan penuh kecemasan, matanya sesekali menatap pintu yang tertutup rapat. Dari dalam, suara tangisan dan jeritan tertahan terdengar menggema. "Bagaimana istriku?" seru Qing Feng dengan nada cemas. Seorang tabib wanita tua keluar terburu-buru, wajahnya pucat. "Patriark... ini bukan kelahiran biasa. Energi spiritual di sekitar Nyonya Ling Hua terlalu kuat. Saya takut tubuhnya tak akan mampu menahannya!" Qing Feng menggertakkan giginya. "Apapun yang terjadi, selamatkan dia!" Namun sebelum sang tabib sempat masuk kembali, getaran kuat mengguncang seluruh bangunan. Cahaya keemasan menyembur dari celah pi







