Kecupan Satu Detik

"Aku duduk sini aja. Kamu mau pesan apa? Tadi aku pesan lasagna, kamu mau juga?"

"Boleh, kamu suapin aku ya?" sahut Baron manja, mulutnya terbuka seperti balita minta makan.

Salah paham, maksudnya Jazz menawari untuk pesan seporsi lasagna lagi, bukan mengajak berbagi makanan. But this guy is too cute, dia pun menyuapi Baron memakai sendok yang sama.

Baru tiga puluh menit kencan tapi sudah berulang kali perempuan itu melamun terpana memandangi Baron yang sedang menikmati pizza. Dia sama sekali tak paham kenapa manusia dalam keindahan sempurna seperti Baron terjun ke dunia fiksi ini. Aura mahal personality nya begitu kuat, desakan faktor ekonomi sepertinya bukan alasan yang membuatnya mau jadi pacar sewaan.

"Jadi sekarang pacaran kemana lagi kita, sayang?"

"Hei, bisakah jangan bersikap terlalu manis? Aku jadi meleleh..."

"Haha, chill. Aku bisa kurangi manisnya. Nggak mau kamu meleleh kayak es krim di bawah sinar matahari." ucap lelaki itu, jarinya mengelus merapikan poni rambut Jazz.

Ini bahaya, baru kencan sebentar saja dadanya sudah berdebar. Tapi Jazz juga talent yang pro, sepertinya ini saat yang tepat untuk mencoba adu skill.

Salah satu lokasi kencan favorit ya bioskop, tapi Jazz memilih pergi ke private cinema karena lebih nyaman tanpa terganggu aktivitas orang banyak. Dia mendapat informasi tempat ini dari pengalaman kencan dengan klien, lalu kini jadi tempat favoritnya.

Film 365 days sudah lama menjadi daftar rencana judul yang akan ditonton. Lebih seru ditonton dengan pacar, Jazz sudah menantikan momen ini.

"Kamu, sini!" Baron menepuk bantalan sofa, mengajak perempuan yang sedang mengambil free snack duduk di sampingnya.

Ah, duduk di sampingnya ternyata nyaman. Semerbak aroma Yves Saint Laurent La Nuit de'l Homme membuat perempuan itu menarik nafas panjang dengan mata terpejam. Wangi tubuh yang seksi, dadanya bidang, combo nikmat untuk tempat bersandar. Jazz pun menaruh kepalanya di pundak Baron.

Fokus mereka beralih pada screen yang memutar film 365 Days. Sepanjang menonton, Baron membelai rambut perempuan di pundaknya sambil menyuapi dengan caramel popcorn.

Film ini sangat seksi, protagonis perempuan bernama Laura yang diculik oleh Massimo seorang mafia. Massimo memberikan Laura waktu 365 hari untuk jatuh cinta padanya. Namun, jika Laura mencoba melarikan diri, Massimo akan membunuh keluarganya.

"Kamu memiliki 365 hari untuk jatuh cinta padaku," katanya, matanya menatap dalam mata Laura dengan intensitas yang membuatnya merasa seperti terbakar. "Jika kamu tidak jatuh cinta, aku akan membiarkanmu pergi."

"Tapi jika kamu mencoba melarikan diri," Massimo melanjutkan, suaranya penuh dengan ancaman dan gairah, "aku akan membunuh keluargamu, dan membuatmu menjadi milikku selamanya."

Detail scene yang begitu indah, begitu pun dengan sosok Massimo, tiap gestur tubuhnya membuat mata berbinar. Ia sedang membayangkan dirinya bertukar jiwa dengan Laura lalu melakukan adegan panas dengan mafia itu.

"Film ini benar-benar seksi," kata Jazz, matanya terpaku pada layar.

"Are you trying to seduce me?" tanya Baron mendekatkan bibirnya ke telinga Jazz. "Kamu mengajakku menonton ini, sekarang aku tergoda."

"Eh..."

"Sshhht...."

Jazz merasa jantungnya berdegup kencang, ia tidak bisa berbicara. Baron makin mendekat sehingga wajah mereka hanya berjarak beberapa sentimeter. Nafas mereka berbaur, membuat Jazz merasa seperti kehilangan kendali.

Smooch.

Sebuah ciuman kilat, hanya mengenai ujung simpul bibirnya. Jazz terkejut, dia menggigit bibir. Diluar dugaannya bahwa Baron cukup berani melakukan sentuhan bibir di kencan pertama, padahal batas kontak fisik antara klien dan talent hanya pelukan.

"Kamu selalu melakukan ini saat kencan dengan klien?"

"No, kamu yang pertama. Salahmu yang memancingku untuk tergoda," ucap Baron mencubit hidung perempuan di depannya yang masih terlihat tegang.

"Ini jebakan ya, agar aku memberi tips lebih?" tanya Jazz sambil mencubit pinggang Baron.

"Lebih tepatnya, jebakan agar kamu tidak pernah lupa sensasi saat bersamaku."

Tatapan lelaki itu tajam tapi sangat seksi. Dia terlalu manis dan menggoda, Jazz takut kalau dia yang justru akan kehilangan kendali jika berlama di dekat Baron.