Share

84. Istimewa

“Gue nggak papa. Udah nyantai aja!” lirih Wira sembari meringis menahan sakit di dadanya. Pemuda itu menjatuhkan sabitnya dan segera meraih tangkai belati yang menancap di dada.

“Woy! Jangan bego, Lu! Jangan dicabut! Mending kita ke rumah sakit!” teriak Jaka.

Sebuah teriakan yang tentu membuat warga yang ada di pekarangan belakang rumah Pak Kamis itu mendekat. Pun juga dengan Niken yang buru-buru menuruni dua anak tangga dan menghambur demi melihat kondisi Wira.

“Aargh!” Wira berteriak seraya mencabut belati itu. Setelahnya ia terkulai lemas dan jatuh ke tanah.

“Wira!” jerit Niken nyaris terlambat. Ia dan Jaka dengan sigap menahan tubuh bagian atas Wira agar tak jatuh ke tanah yang basah.

“Pak, tolong, Pak! Bawa masuk ke rumah dulu!” pinta Niken setengah memohon.

“Apa nggak langsung bawa aja ke rumah sakit, Mbak Niken?” cegah Jaka.

“Rumah sakit lumayan jauh, sekitar sini nggak ada yang punya mobil buat bawa Wira. Biar saya dulu yang rawat dia di rumah. Nanti telepon ambulans aja,” ter
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status