Share

Tembakan

“Eh, Wir, sorry. Kamu mau kemana?” tanya Niken berusaha mengalihkan pembicaraan yang menghunus padanya.

“Aku pikir lebih baik aku di luar. Di dalam rumah cuma ada kamu dan Yura, kan?” ucap Wira tanpa sekali pun meminta Niken memvalidasi ucapannya.

Wira melangkah menjauh dari pintu separuh badan itu. Dapur rumah Niken cukup luas, khas dapur di desa. Dengan peralatan sederhana dan kursi bambu menyerupai balai-balai. Bedanya sudah ada washtafle yang belum ditemukan di dapur orang desa.

“Nggak lebih baik kamu di dalam aja, Wir?” tanya Niken mengekori langkah Wira.

“Aku nggak enak sama Pak Kamis, Ario dan Jaka. Sekaligus jaga-jaga siapa tahu ada yang coba masuk rumah dari belakang,” dalih Wira seraya duduk di kursi bambu. Beberapa detik kemudian pemuda itu menguap.

“Istirahat lah, Wir. Kalau nggak mau di dalam, rebahan aja di sini. Kamu pasti capek,” ucap Niken yang sudah duduk di sisi Wira.

“Hmm, kayanya rebahan dulu deh. Aku nyaris nggak pernah nyantai seharian ini,” ujar Wira tanda setu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status