Home / Thriller / Ritual di Balik Hubungan Gelap / Bab 5 - Pintu yang Menyembunyikan Kebenaran

Share

Bab 5 - Pintu yang Menyembunyikan Kebenaran

Author: cabintheories
last update Last Updated: 2025-03-23 04:22:00

Dengan tekad yang semakin menguat, Derek memutuskan bahwa sudah waktunya untuk mendekati kebenaran yang tersimpan di balik rumah tetangga itu. Ia merasa bahwa satu-satunya cara untuk membantu anak itu adalah dengan mengetahui lebih banyak tentang keluarga yang menyembunyikan rahasia kelam tersebut. Meskipun rasa was-was masih menghantui, Derek mengumpulkan keberanian dan menuju ke depan pintu rumah tetangga.

Malam itu, langit kelam diselimuti awan, seolah menandakan suasana hati yang suram. Derek berdiri di depan pintu depan rumah itu, napasnya terengah-engah karena gugup. Dengan tangan gemetar, ia mengetuk pintu, berharap bahwa tindakan kecil ini akan memberinya kesempatan untuk berbicara langsung dengan sosok yang selama ini hanya diselimuti misteri.

Tak lama kemudian, pintu terbuka, dan di depannya muncul seorang pria berwajah tegas. Mata pria itu tajam, seolah langsung menilai kedatangan Derek. Rambutnya yang sudah mulai memutih menambah kesan serius, sedangkan pakaian yang dikenakannya tampak rapi meskipun ada sedikit kotoran debu yang menempel—tanda bahwa ia telah bekerja keras seharian.

“Selamat malam,” sapa Derek dengan suara yang berusaha terdengar tenang, meskipun jantungnya berdebar kencang. “Saya hanya ingin mengenal tetangga. Saya baru pindah, dan ingin memastikan semuanya baik-baik saja.”

Pria itu menatap Derek sejenak dengan ekspresi yang sulit diuraikan. “Selamat malam,” jawabnya dengan nada datar. “Saya sudah lama tinggal di sini. Semua baik-baik saja di rumah kami.”

Derek menyadari ada sesuatu yang aneh dalam jawaban itu. Ia terus mencoba mencari celah. “Maaf, saya mendengar suara keras dari rumah tadi malam. Sepertinya ada keributan. Apakah… apakah semuanya baik-baik saja?”

Pria itu mengerutkan kening, lalu tersenyum tipis seolah hendak menepis kekhawatiran itu. “Oh, itu hanya urusan rumah tangga biasa,” jawabnya singkat. “Anak-anak memang kadang ribut, dan saya—saya tidak ingin berlebihan soal itu.”

Rasa curiga Derek semakin tumbuh. “Tapi saya mendengar sesuatu yang lebih dari itu,” lanjut Derek, mencoba menekan dengan lembut. “Seseorang bilang bahwa ayah di sini sering marah, bahkan sampai memukul. Apakah itu benar?”

Wajah pria itu berubah sejenak. Senyum tipis yang tadinya terukir perlahan memudar, dan matanya menatap tajam ke arah Derek. “Itu omong kosong belaka,” jawabnya dengan suara tegas namun dingin. “Setiap keluarga punya masalah sendiri, tapi apa yang kamu dengar itu dibesar-besarkan. Saya di sini sudah berusaha sebaik mungkin menjaga keadaan agar tetap normal.”

Derek mencoba menenangkan dirinya, namun keinginan untuk mengetahui kebenaran semakin mendesak. “Saya hanya ingin memastikan, karena saya khawatir akan keselamatan anak-anak di sini,” ucap Derek pelan. “Saya mendengar bahwa salah satu anak, mungkin… kakak dari anak yang sering saya lihat di halaman, hilang. Apakah itu benar?”

Pria itu terdiam sejenak, lalu menarik napas panjang seolah hendak mengumpulkan kata-kata. “Itu masalah keluarga,” jawabnya dengan nada menggeleng. “Anak-anak kadang berpisah untuk sementara waktu. Jangan terlalu dipikirkan.”

Derek merasa semakin tersudut. “Tapi itu bukanlah sesuatu yang seharusnya diabaikan,” kata Derek sambil mencoba menahan rasa frustrasinya. “Jika ada kekerasan atau hal-hal yang tidak semestinya terjadi, saya merasa sebagai tetangga, saya punya tanggung jawab untuk… untuk membantu.”

Wajah pria itu semakin keras. “Dengar, saya sudah cukup lama tinggal di sini. Semua yang terjadi adalah bagian dari rutinitas kami. Anak-anak sering berantakan, dan kadang memang ada pertengkaran. Tapi saya tidak melihat ada yang perlu dikhawatirkan. Semua itu sudah menjadi hal biasa,” jawabnya dengan nada yang semakin menutup pintu.

Derek merasa ada sesuatu yang terselubung di balik kata-kata itu. Ia melihat ke arah pria itu dengan mata yang penuh tanya, namun pria itu hanya menatapnya seolah mengundang untuk berhenti membicarakan topik itu. “Kita harus saling menghormati privasi, Pak,” tambah pria itu, mengangkat bahu seakan mengakhiri percakapan.

Derek menghela napas, merasa bahwa setiap usaha untuk mendapatkan jawaban malah ditutup rapat. “Baiklah,” jawab Derek singkat, walaupun di dalam hatinya masih bergemuruh pertanyaan. Ia tahu, di balik sikap acuh tak acuh pria itu, tersimpan lebih banyak kebenaran yang menakutkan.

Saat Derek beranjak untuk meninggalkan pintu, ia menoleh sekali lagi, mencoba menangkap seberkas keraguan di mata pria itu. Namun, pria itu sudah kembali menutup pintu dengan sigap, seolah tidak ingin membiarkan siapa pun mencium aroma kekacauan yang ada di dalam rumahnya.

Di luar, malam kembali menggelayuti. Derek merasa kecewa dan frustasi, namun ia tahu bahwa ini baru permulaan. Percakapan singkat itu mengonfirmasi apa yang telah didengar dari bocah yang takut itu. Meskipun ayahnya berusaha menutupi dan menyamarkan kenyataan, tanda-tanda kekerasan dan ketidakteraturan di rumah itu terlalu jelas untuk diabaikan.

Kembali ke teras, Derek memejamkan mata sejenak, merenung tentang apa yang telah terjadi. Ia merasa bahwa dirinya kini berada di persimpangan antara keinginan untuk membantu dan risiko yang harus dihadapi jika terlibat terlalu jauh. Di satu sisi, anak kecil itu jelas membutuhkan bantuan dan perlindungan, namun di sisi lain, keterlibatan lebih jauh bisa saja membuka pintu bagi bahaya yang lebih besar.

Sambil berjalan pulang, Derek mengingat percakapan dengan anak itu—kata-kata yang penuh kepedihan dan ketakutan yang tersembunyi. Ia merasa harus merencanakan langkah selanjutnya dengan sangat hati-hati. Ia bertekad untuk mencari cara lain agar bisa memastikan keselamatan anak itu tanpa harus memicu kemarahan ayahnya yang tampak begitu rapat menjaga rahasianya.

Di tengah jalan, pikiran Derek berputar-putar, menyusun rencana. Ia tahu, untuk membantu anak itu, ia harus menggali lebih dalam, mencari bukti yang tak terbantahkan mengenai keadaan sebenarnya di dalam rumah itu. Namun, untuk saat ini, ia memutuskan untuk mundur sejenak, mengumpulkan informasi dan menyusun strategi yang lebih matang.

Saat ia sampai di rumah, Derek menutup pintu dengan hati-hati, tetapi bayangan percakapan itu masih terus menghantui. Ia duduk di ruang tamu, menatap keluar jendela yang menghadap ke rumah tetangga, mencoba mencari-cari tanda-tanda apa pun yang bisa memberinya petunjuk. Di balik kegelapan malam, ia yakin ada lebih banyak yang tersembunyi—sesuatu yang menunggu untuk diungkap, dan ia bersumpah untuk tidak berhenti sampai ia menemukan kebenaran, seberapapun berbahayanya itu.

Dengan pikiran yang dipenuhi tekad dan hati yang terus berdebar, Derek tahu bahwa malam itu hanyalah awal dari perjalanan yang akan mengungkap lapisan-lapisan gelap di balik rumah tetangga itu. Dan ia, sebagai satu-satunya yang tampaknya peduli, bersumpah untuk melindungi anak kecil itu dari segala kekerasan yang tersembunyi di balik tirai kehidupan sehari-hari yang kelihatannya biasa saja.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ritual di Balik Hubungan Gelap   Bab 10 - Siapa yang Hilang?

    Derek duduk di kursinya, gelas whiskey di tangan, matanya tetap terpaku pada pantulan dirinya di kaca bar. Pikirannya berputar, berusaha memahami apa yang baru saja diceritakan oleh Joe. Ada sesuatu yang sangat aneh dengan rumah tetangganya—sesuatu yang lebih besar dari sekadar rahasia biasa. Sesuatu yang sangat gelap. Saat Joe berbalik untuk melanjutkan pekerjaannya di balik bar, sebuah suara halus mengganggu konsentrasi Derek.“Joe, beri saya whiskey yang sama,” suara itu terdengar rendah, hampir seperti bisikan yang sengaja ditujukan hanya untuknya. Derek menoleh, terkejut melihat seorang wanita yang baru saja memasuki bar.Wanita itu langsung menuju kursi di sebelah Derek dan duduk tanpa ragu. Rambutnya cokelat panjang dan sedikit bergelombang, wajahnya cantik dengan garis rahang yang tegas dan mata tajam yang memancarkan kepercayaan diri. Sepertinya dia sudah sangat akrab dengan tempat ini, karena Joe segera menyiapkan minuman favoritnya tanpa bertanya lebih l

  • Ritual di Balik Hubungan Gelap   Bab 9 - Pelarian Semu

    Derek merasakan ketegangan yang terus menggantung di pundaknya begitu dia melangkah keluar dari rumah barunya. Teror yang semakin mencekam membuatnya merasa tak tenang di dalam rumah itu. Ada sesuatu yang tak bisa dijelaskan, sebuah ancaman tak kasat mata yang selalu mengikuti setiap langkahnya, seperti bayangan yang tak bisa ia hindari. Dia membutuhkan pelarian, sesuatu untuk mengalihkan perasaan takut dan cemas itu.Bar itu terletak tidak jauh dari rumahnya, sebuah tempat yang terlihat sederhana tapi menawarkan suasana yang cukup nyaman. Bangunan kecil dengan kayu-kayu berwarna gelap itu memiliki pintu kayu yang berat, dan begitu Derek masuk, udara dingin malam seolah terperangkap di dalamnya. Pemandangan danau yang luas bisa terlihat dari jendela-jendela besar yang ada di bar, menciptakan kesan damai, seolah semuanya di luar sana begitu tenang, jauh dari kegelisahan yang menghantui dirinya.Derek melangkah ke bar dan duduk di kursi panjang yang menghadap ke luar

  • Ritual di Balik Hubungan Gelap   Bab 8 - Teror yang Semakin Nyata

    Malam-malam Derek kini dipenuhi dengan rasa cemas yang semakin mengganggu. Setiap kali ia menutup mata, suara-suara aneh mulai mengisi ruang sekitarnya. Awalnya, ia pikir itu hanya imajinasinya. Namun, semakin lama, suara itu semakin jelas—ketukan halus di dinding, desisan yang berasal entah dari mana, dan bisikan yang begitu samar namun menegangkan. Seakan ada sesuatu yang menunggu di kegelapan, mengintai dari balik bayang-bayang.Hari itu, Derek merasa kelelahan. Ia baru saja kembali dari kunjungan malam yang menegangkan di rumah tetangga itu, dan pikirannya belum juga tenang. Ia duduk di ruang tamu, mencoba menenangkan diri, tapi bayangan pria tua yang memberi peringatan terus menghantui pikirannya. “Hati-hati dengan keluarga sebelah,” kata-kata itu terus berputar dalam benaknya, membuat jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Apa yang sebenarnya sedang terjadi di rumah itu? Apa yang mereka sembunyikan? Dan yang lebih menakutkan—apakah Derek juga sudah terperangka

  • Ritual di Balik Hubungan Gelap   Bab 7 - Ini Baru Permulaan?

    Setelah percakapan yang menegangkan dengan pria itu, Derek merasa hatinya masih berdetak keras, perasaan gelisah membawanya pulang dengan langkah terburu-buru. Tidak pernah ia merasa sepenat ini, seperti ada sesuatu yang terus mengikutinya, mengendap-endap di belakang punggungnya. Malam itu terasa semakin berat, dan bayangan dari rumah tetangga seolah membuntutinya, bahkan setelah ia menutup pintu rumah dengan hati-hati.Pikiran Derek penuh dengan kata-kata yang diucapkan pria itu, senyumnya yang dingin, dan kata-kata yang tersembunyi di balik omong kosong itu. Ada sesuatu yang tidak beres, dan ia tahu itu. Keinginannya untuk melindungi anak itu semakin kuat, tetapi semakin ia mendekati kebenaran, semakin ia merasa seolah terjerat dalam perangkap yang tak terlihat.Namun, tak ada yang bisa mempersiapkannya untuk apa yang terjadi setelah ia melangkah masuk ke rumah. Saat ia mengunci pintu dengan perlahan dan menyalakan lampu ruang tamu, sebuah rasa dingin merayap da

  • Ritual di Balik Hubungan Gelap   Bab 6 - Peringatan Misterius

    Derek melangkah perlahan menuruni jalan setapak yang menghubungkan rumahnya dengan rumah tetangga yang baru saja ia kunjungi. Langit yang gelap semakin menambah kesan misterius malam itu. Di pikirannya, berbagai pertanyaan masih bergemuruh—tentang apa yang sebenarnya terjadi di dalam rumah tetangga itu, tentang ayah mereka, dan tentang bocah yang takut itu. Keinginan untuk membantu anak itu semakin menguat, namun rasa takut mulai merayap perlahan, menyadari bahwa ia mungkin telah menginjakkan kaki ke dalam sesuatu yang jauh lebih besar dan berbahaya.Tiba-tiba, sebuah suara tua yang lembut menyapanya, memecah kesunyian malam.“Anak muda, berhenti sejenak.”Derek menoleh. Di ujung jalan, di samping pohon besar yang rapat, tampak seorang pria tua mengenakan pakaian lusuh. Rambutnya putih seperti salju, dan wajahnya dipenuhi kerutan yang dalam. Namun, yang paling menarik perhatian Derek adalah tatapan mata kakek itu. Mata yang tajam dan penuh rahasia.

  • Ritual di Balik Hubungan Gelap   Bab 5 - Pintu yang Menyembunyikan Kebenaran

    Dengan tekad yang semakin menguat, Derek memutuskan bahwa sudah waktunya untuk mendekati kebenaran yang tersimpan di balik rumah tetangga itu. Ia merasa bahwa satu-satunya cara untuk membantu anak itu adalah dengan mengetahui lebih banyak tentang keluarga yang menyembunyikan rahasia kelam tersebut. Meskipun rasa was-was masih menghantui, Derek mengumpulkan keberanian dan menuju ke depan pintu rumah tetangga. Malam itu, langit kelam diselimuti awan, seolah menandakan suasana hati yang suram. Derek berdiri di depan pintu depan rumah itu, napasnya terengah-engah karena gugup. Dengan tangan gemetar, ia mengetuk pintu, berharap bahwa tindakan kecil ini akan memberinya kesempatan untuk berbicara langsung dengan sosok yang selama ini hanya diselimuti misteri. Tak lama kemudian, pintu terbuka, dan di depannya muncul seorang pria berwajah tegas. Mata pria itu tajam, seolah langsung menilai kedatangan Derek. Rambutnya yang sudah mulai memutih menambah kesan seriu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status