Beranda / Thriller / Ritual di Balik Hubungan Gelap / Bab 4 - Berbalut Keheningan

Share

Bab 4 - Berbalut Keheningan

Penulis: cabintheories
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-23 04:21:00

Derek berjalan kembali ke rumahnya dengan langkah cepat, namun pikirannya tetap tertahan oleh percakapan singkat yang baru saja terjadi di halaman. Kata-kata bocah itu terus terngiang di telinganya, menggema dalam benak. Ia bisa merasakan ketakutan yang terpendam di mata anak itu, sebuah ketakutan yang begitu dalam seolah sudah tertanam dalam hidupnya.

Sesampainya di rumah, Derek memutuskan untuk tidak langsung masuk. Ia berdiri di depan pintu, merenung sejenak, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Setelah beberapa detik yang penuh kebingungan, ia memutuskan untuk kembali ke halaman belakang, tempat ia tadi berdiri. Angin malam mulai berhembus, membawa udara dingin yang menyentuh kulitnya.

Ia melangkah pelan, memastikan tidak ada suara yang bisa terdengar. Suara dari rumah sebelah masih sunyi, tapi perasaan was-was yang menggelayuti dirinya tidak pernah benar-benar pergi. Derek tidak bisa membiarkan ini berlarut-larut. Ia harus tahu lebih banyak tentang apa yang terjadi di sana, dan lebih penting lagi—apa yang telah terjadi pada bocah itu.

Dari balik pagar, ia memandang rumah tetangga. Cahaya dari lampu jalan meredupkan sebagian besar kegelapan, memberikan gambaran samar tentang rumah yang tampaknya sepi. Namun Derek tahu, ini bukan waktu untuk lengah. Bocah itu—anak yang sempat dia ajak bicara—mungkin masih bisa memberinya petunjuk.

Tak lama setelah itu, sosok kecil itu muncul lagi di jendela. Bocah itu melihat ke luar dengan tatapan penuh kekhawatiran, seolah menunggu momen yang tepat untuk muncul. Derek mengangkat tangan, memberi isyarat agar bocah itu mendekat. Sekejap, bocah itu berlari keluar, kali ini lebih cepat dari sebelumnya, dan muncul di dekat pagar.

Mereka saling menatap. Ada jarak yang terbentang di antara mereka, namun ekspresi bocah itu mengungkapkan banyak hal tanpa kata-kata.

“Jangan khawatir, aku tidak akan memberitahukan siapapun,” kata Derek dengan suara rendah, memastikan agar hanya bocah itu yang bisa mendengarnya.

Bocah itu mengangguk perlahan, sebelum akhirnya membuka mulut dengan suara pelan, nyaris terhenti di tengah. “Ayah… ayah selalu seperti itu,” ucapnya dengan nada datar, seperti sudah terbiasa. “Dia sering berteriak dan marah. Itu… itu hal biasa di rumah kami.”

Derek mengernyitkan dahi, merasa bingung. “Maksudmu apa? Berteriak dan marah seperti apa?”

Bocah itu menatap Derek dengan mata yang seakan berusaha menahan banyak hal. “Ayah… dia selalu marah-marah. Kalau ada yang salah, dia akan memukuli kami. Ibu, aku, bahkan kakakku…” Ia berhenti sejenak, seolah kata-kata itu terlalu sulit untuk diucapkan. “Tapi sekarang… setelah kakakku hilang, dia makin sering marah. Seperti… seperti dia kehilangan kendali.”

Derek merasa terkejut. Ia menahan napas sejenak, menilai kata-kata bocah itu. “Kakakmu hilang?” tanya Derek, berusaha untuk tidak terlihat terkejut.

Bocah itu menunduk, tubuhnya tampak semakin kecil di balik bayang-bayang malam. “Iya, dia hilang. Tidak ada yang tahu ke mana. Ayah bilang dia hanya pergi, tapi aku tahu dia tidak pergi begitu saja. Kakakku… dia tidak akan meninggalkan aku dan ibu. Dan sejak itu, ayah semakin sering berteriak. Dia jadi sangat marah, dan setiap kali… aku merasa dia ingin menyakiti seseorang.”

Derek merasa hatinya berdebar. Perasaan tidak nyaman yang menguasainya semakin menguat. Sesuatu yang lebih besar sedang terjadi di rumah itu, dan bocah kecil ini tahu lebih banyak dari yang ia biarkan terlihat.

“Dan apa yang terjadi ketika ayah marah?” Derek bertanya dengan hati-hati, khawatir bocah itu akan semakin tertekan.

Bocah itu menarik napas, matanya menatap lurus ke Derek. “Dia memukul ibu… terkadang, dia melempar barang-barang. Tapi itu hal biasa. Aku sudah terbiasa melihatnya. Aku bahkan tidak terkejut lagi.”

Berkali-kali, Derek mengingatkan dirinya untuk tetap tenang, namun hatinya tidak bisa menahan perasaan cemas yang semakin besar. “Kamu tidak bisa terus hidup seperti ini. Kamu harus keluar dari sana,” kata Derek, meski ia tahu bahwa kalimat itu terasa sia-sia dalam situasi seperti ini.

Bocah itu hanya terdiam, seolah tidak tahu harus mengatakan apa. Matanya kosong, seolah sudah kehilangan semangat. “Aku sudah mencoba kabur. Tapi ayah selalu menangkapku. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi,” katanya, suaranya hampir putus asa.

Derek menggigit bibirnya, merasa semakin tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ayah bocah itu—sosok yang sudah mengancam kehidupan mereka—ternyata semakin tertekan setelah kehilangan anak sulungnya. Kejadian ini jelas bukan hanya pertengkaran biasa. Sesuatu yang lebih gelap dan mengerikan sedang terjadi di rumah itu, dan bocah itu, dengan segala keterbatasannya, menjadi saksi hidup dari semua kekerasan itu.

“Dengar,” kata Derek, suaranya lebih tegas. “Apa pun yang terjadi, kamu tidak sendirian. Aku akan berusaha membantumu. Tapi kamu harus berhati-hati. Jangan sampai ayahmu tahu bahwa kita berbicara.”

Bocah itu mengangguk pelan, sebelum akhirnya berpaling dan kembali berlari ke dalam rumah. Derek berdiri di tempatnya, perasaan cemas semakin melingkupi dirinya. Apa yang bisa ia lakukan? Bagaimana ia bisa menolong bocah itu jika ancaman dari ayahnya begitu nyata? Semua pertanyaan itu terus menghantui pikirannya, saat ia perlahan berbalik dan kembali ke rumahnya, dengan bayang-bayang kegelapan yang semakin pekat.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ritual di Balik Hubungan Gelap   Bab 10 - Siapa yang Hilang?

    Derek duduk di kursinya, gelas whiskey di tangan, matanya tetap terpaku pada pantulan dirinya di kaca bar. Pikirannya berputar, berusaha memahami apa yang baru saja diceritakan oleh Joe. Ada sesuatu yang sangat aneh dengan rumah tetangganya—sesuatu yang lebih besar dari sekadar rahasia biasa. Sesuatu yang sangat gelap. Saat Joe berbalik untuk melanjutkan pekerjaannya di balik bar, sebuah suara halus mengganggu konsentrasi Derek.“Joe, beri saya whiskey yang sama,” suara itu terdengar rendah, hampir seperti bisikan yang sengaja ditujukan hanya untuknya. Derek menoleh, terkejut melihat seorang wanita yang baru saja memasuki bar.Wanita itu langsung menuju kursi di sebelah Derek dan duduk tanpa ragu. Rambutnya cokelat panjang dan sedikit bergelombang, wajahnya cantik dengan garis rahang yang tegas dan mata tajam yang memancarkan kepercayaan diri. Sepertinya dia sudah sangat akrab dengan tempat ini, karena Joe segera menyiapkan minuman favoritnya tanpa bertanya lebih l

  • Ritual di Balik Hubungan Gelap   Bab 9 - Pelarian Semu

    Derek merasakan ketegangan yang terus menggantung di pundaknya begitu dia melangkah keluar dari rumah barunya. Teror yang semakin mencekam membuatnya merasa tak tenang di dalam rumah itu. Ada sesuatu yang tak bisa dijelaskan, sebuah ancaman tak kasat mata yang selalu mengikuti setiap langkahnya, seperti bayangan yang tak bisa ia hindari. Dia membutuhkan pelarian, sesuatu untuk mengalihkan perasaan takut dan cemas itu.Bar itu terletak tidak jauh dari rumahnya, sebuah tempat yang terlihat sederhana tapi menawarkan suasana yang cukup nyaman. Bangunan kecil dengan kayu-kayu berwarna gelap itu memiliki pintu kayu yang berat, dan begitu Derek masuk, udara dingin malam seolah terperangkap di dalamnya. Pemandangan danau yang luas bisa terlihat dari jendela-jendela besar yang ada di bar, menciptakan kesan damai, seolah semuanya di luar sana begitu tenang, jauh dari kegelisahan yang menghantui dirinya.Derek melangkah ke bar dan duduk di kursi panjang yang menghadap ke luar

  • Ritual di Balik Hubungan Gelap   Bab 8 - Teror yang Semakin Nyata

    Malam-malam Derek kini dipenuhi dengan rasa cemas yang semakin mengganggu. Setiap kali ia menutup mata, suara-suara aneh mulai mengisi ruang sekitarnya. Awalnya, ia pikir itu hanya imajinasinya. Namun, semakin lama, suara itu semakin jelas—ketukan halus di dinding, desisan yang berasal entah dari mana, dan bisikan yang begitu samar namun menegangkan. Seakan ada sesuatu yang menunggu di kegelapan, mengintai dari balik bayang-bayang.Hari itu, Derek merasa kelelahan. Ia baru saja kembali dari kunjungan malam yang menegangkan di rumah tetangga itu, dan pikirannya belum juga tenang. Ia duduk di ruang tamu, mencoba menenangkan diri, tapi bayangan pria tua yang memberi peringatan terus menghantui pikirannya. “Hati-hati dengan keluarga sebelah,” kata-kata itu terus berputar dalam benaknya, membuat jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Apa yang sebenarnya sedang terjadi di rumah itu? Apa yang mereka sembunyikan? Dan yang lebih menakutkan—apakah Derek juga sudah terperangka

  • Ritual di Balik Hubungan Gelap   Bab 7 - Ini Baru Permulaan?

    Setelah percakapan yang menegangkan dengan pria itu, Derek merasa hatinya masih berdetak keras, perasaan gelisah membawanya pulang dengan langkah terburu-buru. Tidak pernah ia merasa sepenat ini, seperti ada sesuatu yang terus mengikutinya, mengendap-endap di belakang punggungnya. Malam itu terasa semakin berat, dan bayangan dari rumah tetangga seolah membuntutinya, bahkan setelah ia menutup pintu rumah dengan hati-hati.Pikiran Derek penuh dengan kata-kata yang diucapkan pria itu, senyumnya yang dingin, dan kata-kata yang tersembunyi di balik omong kosong itu. Ada sesuatu yang tidak beres, dan ia tahu itu. Keinginannya untuk melindungi anak itu semakin kuat, tetapi semakin ia mendekati kebenaran, semakin ia merasa seolah terjerat dalam perangkap yang tak terlihat.Namun, tak ada yang bisa mempersiapkannya untuk apa yang terjadi setelah ia melangkah masuk ke rumah. Saat ia mengunci pintu dengan perlahan dan menyalakan lampu ruang tamu, sebuah rasa dingin merayap da

  • Ritual di Balik Hubungan Gelap   Bab 6 - Peringatan Misterius

    Derek melangkah perlahan menuruni jalan setapak yang menghubungkan rumahnya dengan rumah tetangga yang baru saja ia kunjungi. Langit yang gelap semakin menambah kesan misterius malam itu. Di pikirannya, berbagai pertanyaan masih bergemuruh—tentang apa yang sebenarnya terjadi di dalam rumah tetangga itu, tentang ayah mereka, dan tentang bocah yang takut itu. Keinginan untuk membantu anak itu semakin menguat, namun rasa takut mulai merayap perlahan, menyadari bahwa ia mungkin telah menginjakkan kaki ke dalam sesuatu yang jauh lebih besar dan berbahaya.Tiba-tiba, sebuah suara tua yang lembut menyapanya, memecah kesunyian malam.“Anak muda, berhenti sejenak.”Derek menoleh. Di ujung jalan, di samping pohon besar yang rapat, tampak seorang pria tua mengenakan pakaian lusuh. Rambutnya putih seperti salju, dan wajahnya dipenuhi kerutan yang dalam. Namun, yang paling menarik perhatian Derek adalah tatapan mata kakek itu. Mata yang tajam dan penuh rahasia.

  • Ritual di Balik Hubungan Gelap   Bab 5 - Pintu yang Menyembunyikan Kebenaran

    Dengan tekad yang semakin menguat, Derek memutuskan bahwa sudah waktunya untuk mendekati kebenaran yang tersimpan di balik rumah tetangga itu. Ia merasa bahwa satu-satunya cara untuk membantu anak itu adalah dengan mengetahui lebih banyak tentang keluarga yang menyembunyikan rahasia kelam tersebut. Meskipun rasa was-was masih menghantui, Derek mengumpulkan keberanian dan menuju ke depan pintu rumah tetangga. Malam itu, langit kelam diselimuti awan, seolah menandakan suasana hati yang suram. Derek berdiri di depan pintu depan rumah itu, napasnya terengah-engah karena gugup. Dengan tangan gemetar, ia mengetuk pintu, berharap bahwa tindakan kecil ini akan memberinya kesempatan untuk berbicara langsung dengan sosok yang selama ini hanya diselimuti misteri. Tak lama kemudian, pintu terbuka, dan di depannya muncul seorang pria berwajah tegas. Mata pria itu tajam, seolah langsung menilai kedatangan Derek. Rambutnya yang sudah mulai memutih menambah kesan seriu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status