Suasana di meja makan berlangsung hening. Semua orang sibuk dengan makannya. Binna dan Betty saling melirik, Eyang putri memasang wajah dingin sedangkan Eyang Kakung memilih makan dengan lahap dibantu oleh mbah Maman.
"Bagas."
"Iya Eyang"
"Bagaimana perkebunan kita?"
"Bagas masih berusaha Eyang."
"Hehehe. Baiklah. Eyang tunggu kabarnya."
"Kamu gak usah merendah Gas, kita semua tahu kok dalam sebulan ini perkebunan sudah mulai stabil. Pabrik teh pun sudah mulai berproduksi lagi khan?" Bisma bersuara.
"Wuihhhh. Keren. Gak percuma ya Gas kamu kuliah di Biologi." Budi berkata sambil berkelakar namun terlihat jelas nada sindiran pada setiap kata-katanya.
Bagas hanya menanggapi keduanya bagai angin lalu. Dia sudah hafal kelakuan semua sepupunya itu.
"Asal gak kamu jual aja, nanti mau makan apa kamu kalau dijual," ketus Bulik Bet
Hari ini ada sedikit masalah diperkebunan, mau tak mau Bagas harus turut menyelesaikan ditemani oleh Wanto."Den Bagas kelihatan capek sekali?" tanya wanto mengiringi langkah Bagas menuju ke mobil."Iya To, Nawang sama istrimu kan?""Iya Den, saya sudah minta Sri menemani den Nawang. Bahkan Wisnu dan Wati ikut menemani. Mereka suka sama den Nawang."Bagas hanya tersenyum."Den Bagas pinter nyari istri. Saya dulu takut den Bagas gak mau kawin gara-gara dikhianati den Seruni. Tapi syukurlah gak terjadi.""Saya juga gak nyangka To, ternyata rasa sakit itu sudah tidak ada." Ya Bagas akui dulu dia sangat mencintai Seruni sampai susah move on darinya. Tapi entah kenapa, setelah kenal bahkan menikah dengan Nawang rasa cinta Bagas pada Seruni entah menguap begitu saja. Bahkan Bagas sering menertawakan dirinya kenapa terlalu hanyut akan cintanya dulu.Saat mobil mulai melaju dan mulai memasuki kawasan jalan yang dilewati hutan yang masih rimbu
Tak terasa sudah enam bulan Bagas berada di Banjarnegara. Kondisi Eyang kakung semakin membaik, tak dipungkiri semua berkat Nawang. Istrinya itu penuh perhatian menjaga dan merawat Eyangnya. Meski sindiran sinis masih selalu menerpa Bagas dan Nawang, mereka berdua kompak tutup telinga."Gas.""Iya Eyang." Bagas menghampiri Eyangnya yang tengah duduk di kursi roda."Kamu sudah berapa bulan nikahnya?""Mau jalan 7 bulan Eyang? Kenapa?""Kamu gak pengin punya anak, Gas."Bagas menarik nafasnya dalam."Ya kepengin Eyang. Tapi belum di kasih mau bagaimana lagi.""Hehehe. Eyang doakan, anakmu nanti banyak ya Gas. Dan akur.""Amin Eyang."****Bagas tengah mengamati Nawang yang tengah mendorong kursi roda Eyang kakungnya. Budi dan Bowo ikut serta. Tampaknya mereka sangat akrab dengan Nawang. Bahkan si playboy itu terlihat beberapa kali menggoda Nawang. Sedangkan Bowo tertawa lepas. Suatu hal yang baru diliha
Nawang berkaca-kaca melihat keadaan suaminya. Banyak gigitan pada tangan kirinya. Meski cukup parah tapi tidak sampai meremukkan tulang."Hai," sapa Nawang."Hai," jawab Bagas lemah.Bagas refleks mengusap pipi Nawang."Aku pikir aku bakalan jadi janda.""Gak akan kubiarkan, benihku saja belum ada yang tertanam di rahimmu.""Dasar mesum.""Hehehe. Aw....""Sakit." Terlihat Nawang sangat khawatir."Hem ...." Bagas memilih menggenggam jemari Nawang daripada menjawab pertanyaan Nawang.Nawang menemani Bagas hingga dia tertidur."Mas Bagas terlihat sayang banget sama mbak Nawang." Bowo yang dari tadi diam bersuara."Kamu juga bisa kaya Bagas kok Wo. Tapi cari istri dulu."Bowo menggelengkan kepalanya."Gak akan ada wanita yang mau sama Bowo Mb
"Kok bisa?""Ya bisalah.""Ruwet bener hidupmu. Aku pikir cuma masalah gagal move on.""Memangnya kamu ky."Kedua sahabat itu tengah menikmati secangkir kopi sambil memandang belahan jiwa masing-masing yang tengah bermain di ayunan bersama seorang bayi cantik berumur 4 bulan."Putrimu cantik ya Ky." Bagas tersenyum melihat Zahra putri Ricky.Dua bulan sejak kejadian serangan anjing gila, Bagas dan Nawang memutuskan mengunjungi Ricky dan Lily di Wangon, Banyumas."Kamu juga bisa punya kayak gitu kok Gas."Bagas menarik nafasnya pelan."Kenapa? Jangan bilang kalian belum ngapa-ngapain. Soalnya melihat bagaimana kamu natap Nawang. Fix kamu sudah berhasil move on dan jatuh cinta sama istrimu itu. Jadi, gak mungkin kamu gak ngapa-ngapain dia.""Kok tahu.""Tahulah, khan aku lebih berpengalaman.
"Kenapa? Ada yang aneh?""Gak papa.""Tapi kok mandenginnya gitu.""Kamu cantik."Blush. Pipi nawang memerah akibat gombalan Bagas."Gombal.""Hehehe. Beneran. Kamu cantik."Nawang pura-pura membuka kembali majalah untuk menutupi rasa malunya. Mereka sedang menikmati sore hari di teras paviliun."Bagas," panggil seseorang.Baik Bagas dan Nawang menoleh ke sumber suara."Ada apa Runi?""Mas Bisma panggil kamu.""Oh. Aku nemuin Mas Bisma dulu ya," pamit Bagas pada Nawang.Nawang hanya mengangguk kemudian mencium tangan suaminya. Bagas pun mengecup kening sang istri mesra. Kebiasaan baru bagi mereka semenjak melihat pasangan Ricky-Lily yang selalu melakukan hal itu ketika salah satu dari mereka harus pergi.Nawang memilih kembali pada majalahnya sedangkan Seruni duduk pada kursi yang tadi diduduki oleh Bagas."Bagas selalu romantis ya? Dari dulu dia sangat perhatian dan romant
Bagas dan Nawang tengah menikmati mie ayam yang cukup terkenal di daerah Kalibening. Walaupun cuma lesehan dan di pinggir jalan tapi rupanya pengunjungnya banyak."Suka?" tanya Bagas."Iya," jawab Nawang."Mas.""Hem.""Boleh minta lagi.""Hah? Kamu masih lapar."Nawang hanya mengangguk."Hahaha. Tumben biasanya jaim mau makan banyak.""Ish ... Mas Bagas. Orang Nawang masih lapar juga." Nawang cemberut dan mengerucutkan bibirnya."Gak usah manyun gitu. Tambah cantik tahu. Iya ini aku pesenin lagi."Nawang tersenyum senang. Matanya tampak berbinar ketika satu porsi mie ayam datang lagi. Nawang langsung melahapnya. Bagas tersenyum melihat tingkah sang istri.Puas menyantap mie ayam, mereka jalan-jalan di alun-alun kecamatan. Walaupun tak sebesar dan seramai di Pontianak tapi
Dua hari dua malam Bagas meninggalkan Nawang, Nawang melewati hari-harinya di rumah utama. Di sana dia harus menghadapi perlakuan dingin Eyang putri, perkataan sinis Bulik Betty, tutur kata manis Budhe Bina dan konfrontasi dengan Seruni.Konfrontasi pertama terjadi saat Seruni mengatakan bahwa dia akan mengikuti acara reuni teman kampusnya di Purwokerto."Runi mau menghadiri reuni temen-temen kuliah Runi, Eyang. Runi mau minta ijin," ucap Seruni saat sarapan pagi."Iya," sahut Eyang kakung pendek."Jangan mampir kemana-mana Runi, kasihan Bisma kalau kamu tinggal kelamaan," sahut Eyang putri."Iya Eyang.""Oh iya, Nawang dulu kuliah apa? Mbak dulu ngambil pendidikan bahasa inggris," ucap Runi dengan nada kalem tapi terkesan mengejek."Nawang cuma lulus kejar paket C Mbak," sahut Nawang kalem aslinya mangkel."Owh ya? Ya ampun Bagas kok seleranya rendah banget," sahut Betty."Betty!" hardik Eyang kakung.Betty m
"Ini cucu menantu saya yang kedua, istrinya Bagas." Eyang kakung mengenalkan Nawang."Loh Bagas yang anaknya Bagus tho mas. Wah cantik." Puji Eyang Sundari sepupu Eyang kakung. Pembawaannya kalem dan ningrat sekali."Kamu sudah isi Nduk?" tanyanya."Minta doanya Eyang?""Berapa lama nikahnya?""Sepuluh bulan.""Kamu yakin Nduk, lagi gak isi ini?""Maksud Eyang?""Ini perutmu kok beda? Yakin belum isi?""Eh. Itu?" Nawang mengingat-ingat kalau dua bulan ini dia sudah tidak menstruasi.Mata Nawang melotot, mungkinkah? Dia memandang kepada Eyang kakung dan Eyang Sundari."Kita telepon Bu Titik bidan desa."Eyang kakung meminta Maman memanggil Bidan Titik. Dan setelah memeriksa Nawang, Bidan Titik keluar dengan wajah semringah. Selamat Juragan Binawan, cucunya hamil perki