Jajang langsung menarik tangan Clara untuk berlari sekencang-kencangnya ke arah luar Hutan Ritual.Pemuda ini tidak akan melepaskan tangan Clara, apalagi gadis ini sudah mengakui dirinya sebagai kekasih.“Pelan-pelan, Jang! Aku masih lemas, kurang bertenaga!” teriak Clara yang kemudian menghentikan lari Jajang.“Kita harus segera keluar dari Hutan Ritual, Ra! Kamu dengar kata Ki Seto tadi! Kalau kita sudah keluar dari hutan, maka nyai ratu tidak bisa mendekati kita lagi, karena dia saat ini tidak bisa keluar dari Hutan Ritual! ujar Jajang.“Aku tahu Jang! Tapi kakiku lelah sekali, lemas tidak bertenaga! Kita istirahat sebentar ya ... lagian Ki Seto kan lagi bertarung dengan nyai ratu.”Jajang tidak tega melihat Clara yang masih kelelahan akibat mengeluarkan energi supranatural.“Ya sudah ... kita istirahat dahulu! Tapi kalau ada tanda-tanda muncul nyai ratu, kita lari cepat ya! Aku tidak mau kamu ditangkap oleh nyai ratu lagi. Ra!” ujar Jajang.“Kamu sayang ya sama aku?’ tanya Clara t
Jajang dan Clara berhasil keluar dari Hutan Ritual dengan selamat. Bahkan mereka juga ketemu Ki Seto yang juga berhasil keluar dari hutan yang dikuasai nyai ratu siluman harimau putih ini. Semula semua berjalan baik-baik saja hingga Jajang ke rumahnya dan menemukan banyak hal aneh yang tidak masuk akal. Jajang mencoba memperhatikan sekeliling dusun Sentani yang juga berbeda. Ternyata mereka keluar dari Hutan Ritual tidak dalam masa mereka berasal. Jajang dan Clara keluar ke Dusun Sentani belasan tahun yang lalu, tapi anehnya Jajang tidak menemukan dirinya di masa kecil juga yang membuatnya semula agak ragu menyimpulkan kalau mereka sedang berada di masa lalu. "Ki Seto atau kupanggil Seto saja! Coba kamu jelaskan situasi sekrang kepada Clara!" kata Jajang kepada Clara. "Kamu sudah gila ya Jang! Kamu tidak ada rasa hormatnya sama Ki Seto!" ujar Clara. "Dia bukan Ki Seto yang kita kenal dan hormati. Bahkan aku rasa dia juga bukan Ki Seto yang membantumu dan mamamu keluar dari Dusun
Karena hari barusan menjelang sore, maka Clara dan jajang bermaksud mencari warung Bu siti yang mungkin saja sudah buka pada masa itu. "Perutku lapar nih Jang! kita cari warung Bu Siti saja yuk! Kan awalnya dari sana juga penyebab aku ditandai sehingga tidak bisa keluar dari Dusun Sentani dan ditemukan oleh Iblis Neraka." Usulan Clara menarik minat Jajang. "Boleh juga idemu, Ra!" katanya. "Kita jalan kaki saja. Warung Bu Siti tidak jauh dari sini, kalau memang ada di masa ini?" Keberuntungan berpihak kepada Jajang dan Clara, karena Bu Siti ternyata sudah buka warung makan sejak masih muda. Warung makan ini masih tampak sama seperti warung yang dijumpai Clara saat bertemu siluman ular. Hanya saja warung ini masih tampak baru di masa itu karena mungkin saja baru buka dan baru dibangun warungnya. Tapi ada satu masalah bagi Jajang dan Clara. Mereka tidak punya uang masa lalu yang bisa mereka gunakan untuk membeli makanan di warung Bu Siti. "Bagaimana nih Ra? Baru ingat kalau ini
Jajang dan Clara beruntung Tari tidak terlalu marah kepada mereka, sehingga mereka bisa menginap di rumah Tari untuk malam ini.Bahkan Tari menawarkan untuk mengisahkan cerita mengenai orang tuanya serta dirinya kepada Clara dan Jajang untuk klarifikasi dari cerita warga dusun Sentani mengenai orang tuanya.“Apa yang hendak kalian tanyakan?” tanya Tari membuka pembicaraan.“Apa benar cerita Siti kalau orang tuamu ini adalah pengikut nyai ratu?” tanya Jajang.“Antara ya dan tidak. Orang tuaku sebenarnya bekerja pada Tuan dan Nyonya Gunawan sejak mereka masih muda. Bahkan ayah dan ibu bertemu saat mereka masing-masing bekerja pada Tuan Gunawan. Ayah menjadi sopir pribadi Tuan Gunawan, sedangkan ibu menjadi pengurus rumah tangga rumah besar itu.”‘Tapi kok warga dusun menganggap oarng tua Tari menjadi pengikut nyai ratu?” tanya Clara.“Sebagai pekerja di rumah Tuan Gunawan, mau tidak mau ayah juga harus membantu Tuan Gunawan tiap Tuan Gunawan hendak masuk ke Hutan Keramat, untuk membawak
Jajang terbangun saat sinar matahari pagi meberpa wajahnya. Cahaya matahari pagi yang cukup menyilaukan matanya membuat Jajang tersadar dari tidurnya,Dilihatnya ada Clara yang juga sedang tertidur di sampingnya dengan wajah tersenyum bahagia.Samar-samar Jajang mengingat kejadian semalam dengan Clara. Saat bibir mereka saling bertautan menjalin kasih.Setelah itu tidak ada lagi yang diingatnya. Bahkan sekarang dia dan Clara tidak berada di kamar dalam rumah Tari.Mereka berdua berad di padang rumput depan Hutan Ritual.“Kenapa aku dan Clara tiba-tiba ada di sini?” pikir Jajajng.Jajang mulai mengingat saat Clara mengajaknya masuk ke kamar Clara untuk menemaninya.“Apa yang telah kulakukan? Kenapa aku bisa lupa?”Jajang terus mengucek-ngucek matanya utuk memastikan kalau dia benar-benar berada di luar dan bukan di kamr Clara, yang terakhir diingatnya.Clara juga mulai terbangun dengan menguap lebar sambil merentangkan kedua tangannya.“Kita ada di mana, Jang?’ seru Clara begitu menyad
Rumah yang baru dimasukinya sehari sebelumnya ini, kini tampak sangat kotor dan berdebu.Clara tidak ingat masa kecilnya di rumah ini. Tapi beruntung baginya, dia sempat bertemu mamanya sewaktu masih gadis di rumah ini.“Rumah ini tidak berubah, Jang! Hanya bedanya dahulu bersih sekali, sekarang kotor tidak terawat!” ujar Clara.“Kan sudah lama Ra, sejak kamu dan mamamu meninggalkan Dusun Sentani ini!” sahut Jajang.“Kita periksa saja tiap sudut rumah ini, mungkin saja ada petunjuk yang kita lewatkan untuk mengungkap misteri masa lalu mamamu ini, Ra!” kata Jajang yang menyemangati Clara.“Kadang aku tidak ingin mengetahui masa lalu mama, Jang! Lagian sekarang kan mamaku juga sudah bahagia hidup denga papa sambungku.”“Semua terserah kamu, Ra! Aku sih ikuti saja apa keinginanmu!” ujar Jajang.“kamu tidak penasaran dengab masa lalu ibumu, Jang?” tanya Clara.“Aku tidak peduli dengan masa lalu ibu! Sekarang dia sudah bahagia dengan hidupnya, itu sudah cukup bagiku Ra!”“Aku ingin seperti
“Kamu kenapa Jang?” tanya Clara melihat Jajang yang berteriak sendiri seperti orang gila.Jajang melihat Clara, kemudian meninggalkannya untuk menjernihkan pikirannya yang kalut.Apa benar Clara adalah anaknya dan Tari dari masa lalu? Pantas ayah Clara tidak pernah ada yang mengetahuinya. Pasti saat itu Tari dituduh hamil tanpa nikah oleh warga dusun. Semua itu karena kesalahan dirinya yang melakukan sesuatu yang tidak terpuji di masa lalu.“Jang! Kamu kenapa sih? Tiba-tiba kayak orang gila teriak-teriak tidak karuan!” sapa Clara yang menyusulnya keluar dari rumah.“Tidak apa-apa, Ra! Sebentar lagi aku masuk! Hanya sakit kepala saja!” elak Jajang yang memutuskan tidak akan memberitahukan Clara tentang apa sebenarnya yang terjadi.“Aku tunggu ya di dalam. Masih banyak yang harus kita cari di rumahku ini!” ujar Clara.“Kamu sudah menemukan apa saja?” tanya Jajang begitu memasuki rumah Tari ini kembali.Jajang memutuskan akan melupakan apa yang diingatnya di masa lalu ini. Belum tentu ju
Jajang dan Clara yang berhasil lolos dari teror hantu di lorong rahasia ini akhirnya tiba di ujung lorong ini.'Aku jalan duluan, Ra ... siapa tahu masih ada kejutan lagi untuk kita!" kata Jajang yang kini harus lebih waspada."Kenapa hantu-hantu itu mengejar kita ya Jang? Kita salah apa ya terhadap mereka?" tanya Clara."Aku tidak tahu, Ra! Sepertinya mereka dendam sekali pada kita, seolah-olah kita yang membunuh mereka semua sehingga menjadi hantu."Jajang kemudian menaiki tangga kayu di ujung lorong rahasia ini dengan hati-hati karena kelihatannya tangga ini sudah tua usianya.Setelah merasa aman, Jajang memberi isyarat kepada Clara untuk mengikutinya ke atas.Mereka sampai ke sebuah kamar yang cukup besar.Lorong rahasia di kamar ini tadinya tertutup lemari yang sudah bergeser. Siapa yang menggeser lemari ini masih menjadi misteri,.Suasana kamar yang kotor dan berdebu menunjukkan kalau mereka tiba di rumah kosong lagi."Kita ada di mana ya, Jang?" tanya Clara."Aku tidak tahu, Ra