Share

Segelas Kopi

Dari belakang pondok ini, pesantren kecil saya, terdengar deburan air sungai tengah banjir. Arusnya deras. Tidak ada yang berani mand

i disana.

Pukul lima sore, setelah sholat Asar, dan mengaji pada gus Malik, saya menikmati segelas kopi bersama Alfin. Iya, Alfin, dia adalah teman yang paling akrab denganku. Di pinggiran sungai, suasana sangat mendukung untuk minum segelas kopi berdua, sejuk.

Lamat-lamat sinar matahari sore masih terasa dari sela-sela daun jambu. Sinarnya sejuk, sesejuk wajah neng Afidah. Tapi tidak, tidak sama, berbeda jauh. Sejuknya neng Afidah rasanya ada sebuah rasa nikmat tersendiri. Ah, kenapa saya malah membahas neng Afidah lagi.

“Fin, kapan boyong?” tanya saya pada dia.

Boyong adalah sebutan untuk santri yang pulang, tapi tidak kembali lagi ke pondok. Menjadi alumni pondok.

“Ah, kamu pikirannya boyong saja.” Alfiln membalas.

“Memangnya kamu tidak pengen boyong?” tanyaku lagi dengan sedikit tertawa.

“Untuk saat ini aku masih pengen konsentrasi belajar. Boyong u
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status