"Apa? Nenek yang akan mengurusku? Dengan menyuruh-nyuruhku begitu kah? Tentu saja aku tidak mau!" Lagi-lagi Jihan menggerutu di dalam hatinya."Aku harus mencari cara untuk ke luar secepatnya dari rumah ini! Tapi aku harus mengumpulkan modal dulu!" Berbagai rencana-rencana jahat mulai berseliweran di dalam pikiran Jihan saat ini.Setelah mendapatkan pakaian baru dari Tante Nini. Jihan pun disuruh mandi dan membersihkan dirinya oleh Tante Irawati.Selama tinggal di rumah sang nenek. Jihan akan tinggal satu kamar dengan Tante Irawati yang masih terlihat sendiri tanpa pasangan, karena memutuskan untuk tidak menikah sampai akhir hayatnya. Setelah selesai mandi, Jihan pun memilih duduk di teras rumah neneknya sambil kembali menghubungi Salma dan Fabi. Namun kedua temannya itu malah telah memblokir nomor ponselnya.Jihan dan Fabi kok jadi berubah begini, sih? Kesambet apa mereka?" kesalnya dalam hati.Lalu Jihan pun mulai mencoba membuka media sosial miliknya dan melihat jika banyak pember
"Makanya kasi tahu gue, berapa." Ilham malah menantang Jihan.Mendengar ucapan sang pria, Jihan pun mulai melangkah mendekati Ilham seraya berkata,"Jika Lo mau menikmati tubuh suci gue, setidaknya Lo sediakan uang sebesar lima ratus juta!""Apa? Nggak salah Lo, Jihan? Busyet ... mahal amat Lo?""Iya, dong! Gue masih ting-ting Ilham! Sudah ah! Gue cabut dulu! Lo kebanyakan bacot!" seru Jihan lalu benar-benar pergi dari hadapan sang pria."Parah banget Jihan! Mahal banget tarifnya!" tutur Ilham kecewa."Dari mana gue mendapatkan uang sebanyak itu? Jika semua perhiasan ibu gue jual, masih belum cukup untuk membeli tubuh Jihan!" ujarnya kesal dalam hati."Gue harus jadi orang pertama yang mencicipi tubuh Jihan!" ucap Ilham dari kesungguhan hatinya.Jihan pun tiba di rumah sang nenek. Semua orang terlihat sedang duduk di ruang makan. Ternyata hari sudah gelap dan waktunya makan malam telah tiba."Dari mana kamu!" tegur Paman Kumar kepada sang keponakan. "Saya baru dari warung Bu Narti, P
Tak berapa lama, Tante Irawati mulai sibuk mempersiapkan pesanan dari Ilham. Kebetulan warung pun mulai sepi.Pria itu tersenyum penuh misteri."Ini waktu yang tepat bagi ku untuk mendekati Jihan," gumamnya senang dalam hatinya.Pria itu pun mulai mendekati Jihan yang sedang pura-pura sibuk."Hai Jihan, apa kabar? Gue butuh Lo untuk memanjangkan senjata gue! Bagaimana cantik?" seru Ilham sambil menggoyang-goyangkan sebuah kalung milik ibunya tepat di depan gadis itu.Jihan yang dari tadi sok sibuk. Mulai terusik dengan kedatangan Ilham yang mencoba untuk merayunya saat ini.Sang gadis segera menatap Ilham dengan sangat tajam."Hei! Idiot! Lo ngapain ke sini?" kesal Jihan."Omongan Lo kok kasar banget, Jihan? Gue ke sini di suruh ibu gue untuk belanja. Lo kok jadi sewot begitu?" Ilham sangat kaget dengan perkataan Jihan yang begitu kasar kepadanya."Sepertinya Jihan harus gue beri pelajaran agar dia bisa lebih sopan sama gue!" tekad Ilham dalam hati."Suka-suka guelah! Lagian ngapain L
Setelah mengantongi uang yang banyak. Gadis itu pun masuk ke sebuah kafe. Lalu memesan makanan yang sangat banyak. Jihan pun mulai asyik makan enak sendiri tanpa ada gangguan sedikit pun dari siapa pun.Saking senangnya Jihan menikmati hidangan mewah yang telah tersaji di depannya. Dia tidak tahu sama sekali jika di dalam kafe itu, kedua teman palsunya, Fabi dan Salma juga ada di dalam kafe tersebut bersama dengan pacar-pacar mereka, dan juga ada seorang laki-laki lain yang merupakan sahabat dari pacar Fabi yang dari tadi menatap tak berkedip ke arah Jihan.Fabi dan Salma mulai saling berbisik-bisik,"Fab, bukannya itu Jihan?" tanya Salma kepada Fabi."Iya itu, Jihan! Masih hidup juga tuh, anak! Gila!" tukas Fabi."Jihan dapat uang dari mana bisa makan enak di sini? Kafe ini kan terkenal mahal." Salma menjadi curiga."Sepertinya Jihan tidak tahu jika kita juga berada di sini," seru mereka berdua.Lalu Salma pun melihat jika Hendra, teman dari pacar Fabi terus saja melirik ke arah gadi
Di kafe itu tinggal ada Hendra dan Jihan. Pria itu baru saja menyatakan perasaannya kepada sang gadis yang masih belum dijawab oleh Jihan."Bagaimana Jihan, apakah kamu mau menjadi pacar ku?" tanya Hendra penuh harap."Tentu saja, aku mau kok, Ndra." jawab Jihan sambil menatap remeh ke arah pria itu."Terima kasih, Jihan! Aku sangat senang mendengarnya." Lalu tanpa sadar Hendra memeluk Jihan dan mencium pipi gadis itu.Hendra sangat kaget karena tidak ada penolakan dari Jihan. Membuat Hendra semakin senang untuk melakukan hal yang lebih.Ternyata Hendra adalah penjahat wanita. Namun Jihan sepertinya masih belum mengetahui perangai Hendra yang sesungguhnya."Ndra, aku ke toilet sebentar?" ucap Jihan memberi alasan. "Iya, Sayang. Silakan." ucap Hendra lalu mengusap lembut punggung Jihan, tentunya dengan sengaja.Ternyata tidak ada reaksi dari Hendra. Dia pun sangat senang saat ini.Gadis itu pun lalu pamit ke toilet karena penasaran dengan secarik kertas yang diberikan oleh Haikal dan
6Walaupun telah berpamitan kepada Tante Irawati, Jihan tetap kena marah Paman Kumar karena pulang larut malam.Seketika suasana di rumah terasa tegang. Paman Kumar sangat marah karena Jihan terlambat pulang, dan dia tidak tahu bahwa Jihan sebenarnya baru saja pulang dari pertemuan dengan pacar barunya, Hendra. Jihan mencoba menjelaskan alasan keterlambatannya, akan tetapi dia tetap dimarahi oleh Paman Kumar."Jihan, apa yang kamu lakukan di luar rumah? Sudah larut malam, dan kami semua sangat khawatir. Kamu tahu betapa berbahayanya jika seorang gadis pulang terlalu malam! Ikuti peraturan Paman! Ingat kamu hanya menumpang di sini! Jangan suka-sukamu semuanya!" hardik Paman Kumar.Jihan seketika mengepalkan tangannya menahan emosi yang sangat membara dari dalam hatinya. Dia sangat kesal mendengar ucapan dari pamannya sendiri.Di ruangan itu ada Tante Irawati, Tante Nini. Bahkan Nenek Omas juga turut berada di sana. Namun tak satupun yang membelanya. Jihan terpaksa membela dirinya sendir
Hari-hari pun berlalu, Jihan tetap membantu Tante Irawati di pasar. Namun bedanya, Jihan tidak lagi mau menemui Hendra, padahal mereka telah resmi berpacaran. Bahkan Jihan juga tidak lagi mau melayani Ilham karena pikirannya sedang kusut. Satu lagi tujuannya utamanya yang belum tercapai yaitu menjarah harta kekayaan Tante Irawati.Sementara Ilham yang terus dicuekin oleh Jihan menjadi tak sabar untuk menikmati servis dari gadis itu yang sungguh memabukkan dirinya.Untuk itu, pria itu pun nekat datang ke pasar. Ilham pura-pura disuruh ibunya untuk belanja. Namun sebelum dia ke pasar, Ilham lebih dulu membekali dirinya dengan sejumlah perhiasan sang ibu, yang akan dirinya pakai untuk merayu Jihan, gadis pujaan hatinya."Kali ini Jihan pasti mau aku ajak jalan-jalan!" harap pria itu dalam hatinya.Sesampai di pasar, Ilham lebih dulu memantau warung sembako milik Tante Irawati. Dia tidak mau ketahuan oleh Tante dari Jihan yang terkenal cerewet itu. Telah beberapa menit Ilham menunggu. Nam
"Ayo kita mandi bareng, Jihan!" seru Ilham lalu dengan cepat, menggendong tubuh telanjang Jihan ke dalam kamar mandi."Ilham! Kamu mau ngapain! Nanti kita kena macet jika makin lama pulang ke Jakarta!" sergah Jihan kepada pria itu."Hanya sebentar kok, Sayang! Please! Aku masih menginginkan mu!" Lalu dengan cepat Ilham meletakkan tubuh Jihan ke dalam bathtub. Pemuda itu lalu memutar kran sehingga air hangat mulai terisi dalam bathtub itu, kemudian Ilham ikut masuk ke dalamnya. "Ih! Ilham geli!" seru Jihan saat jari-jari lihai milih pria itu mulai bermain di kedua bukit kembar miliknya.Pucuk dua aset pribadi milik Jihan yang begitu besar dan padat khas bukit kembar milik wanita yang masih perawan sungguh membuat hasrat Ilham semakin membara.Puas memilin-milin ujung pink kecoklatan milik Jihan. Sekarang giliran lidah Ilham yang begitu lincah mulai melakukan bagiannya di pucuk bukit kembar Jihan."Ah ... Ssssshh," desis Jihan tak sanggup menahan gelojak membara yang berasal dari dala