Home / Thriller / SANG PEWARIS PERKASA / Chapter 3 - Young Master Fortman

Share

Chapter 3 - Young Master Fortman

Author: Dewa Amour
last update Last Updated: 2024-08-22 08:29:18

Angin pagi bertiup dengan kencang. Daun-daun maple berjatuhan di tepi sungai beku.

Tiga tahun yang lalu, itu waktu yang begitu singkat baginya. Juga memiliki banyak kenangan.

Aaron membuka mata. Sepasang iris hijau terang memancar dengan sempurna. Dipandanginya dari balik langit-langit kaca yang buram. Hujan salju kembali turun.

"Aku sangat mencintaimu! Aku sudah tidak sabar menunggu hari pernikahan kita."

Hawa dingin yang ditimbulkan, juga salju putih yang lembut membuatnya teringat pada gadisnya.

"Aku pun sangat mencintaimu. Sama seperti mu, aku tidak sabaran menunggu hari pernikahan kita."

Jesica tersenyum membalas tatapannya kala itu. Senyuman yang begitu manis.

Siapa sangka di sela indahnya harapan dan mimpi mereka itu, hal yang mengerikan harus terjadi.

"Aaron, aku bukan milikmu lagi! Aku kehilangan segalanya! Aku tak mau hidup lagi!" Jesica bicara dengan suaranya yang serak. Juga matanya yang sembab.

Selama tiga tahun ia mengenal gadis itu, ini untuk pertama kalinya Aaron melihat Jesica yang begitu hancur. Namun, dia tidak sempat memahami situasinya.

"Jesica!"

Hanya teriakan yang terdengar paraw. Juga manik hijau yang basah dan hampa. Jesica, gadis itu mengakhiri hidupnya tepat di depan mata kepalanya sendiri.

Dan sayangnya Aaron tidak dapat berbuat banyak. Di hadapannya, cinta dan tujuan hidupnya telah hancur.

"Jesica!"

Kewarasannya mulai pulih. Aaron berteriak kencang. Napasnya tersengal-sengal. Peluh dingin bercucuran dari milyaran pori-pori.

"Hei, jangan berisik!"

"Dasar tidak waras!"

Dua orang laki-laki yang sedang tertidur turut terjaga karena suara teriakan Aaron. Mereka jadi kesal, lantas melempar seember air ke tubuh pria di dalam penjara.

Aaron basah kuyup. Dia menggigil kedinginan. Dua orang laki-laki itu cuma tertawa lantas pergi.

Aaron hanya bisa mendengus kesal sambil mengangkat sepasang matanya. Api dendam terlihat berkobar di dalam sana.

Orang-orang itu sudah memperlakukan dia lebih dari seekor binatang!

Begitulah hidup yang ia jalani saat ini. Tertindas dan disiksa secara fisik dan psikis. Mungkin dia akan benar-benar menjadi gila jika terus berada di tempat ini.

Manik-manik hijau Aaron melirik ke arah pergelangan tangan kirinya. Gambar tato kepala serigala itu masih terlihat nyata. Maka memorinya kembali berkelana ke masa tiga tahun silam.

"Tuan Muda Fortman akan tiba di kota pukul sembilan pagi. Ayo siap-siap semuanya!"

"Baik, Pak!"

Mecco Company Group, perusahaan teknologi terbesar di San Alexandria Baru. Dan satu-satunya perusahaan yang masih bersinar di tengah krisis moneter yang sedang melanda kota tersebut.

Para staf tampak sibuk pagi itu. Kabar kedatangan ahli waris kerajaan bisnis membuat mereka tergesa-gesa.

Anthony Robbins Fortman, pendiri perusahaan tersebut memiliki seorang putra. Dan hari ini ia akan kembali setelah meraih gelar dan lulus dari studi bisnisnya.

"Letakkan semua buah apel merah di tepi meja. Tuan Muda Fortman sangat menyukai apel!"

Tidak hanya di kantor pusat Mecco Company Group, tetapi di mansion kediaman Tuan Fortman pun sama sibuknya.

Semua asisten sedang bekerja keras untuk menyambut kepulangan Tuan Muda Fortman.

"Aku dengar, Tuan Muda sangat tampan dan seorang yang punya selera tinggi. Kurasa, dia pria yang bersinar di San Alexandria sepanjang musim panas!"

"Ya, ya! Tuan Muda Aaron memang tampan! Dia juga cerdas dan memiliki selera yang bagus!"

"Dia bintang tahun ini!"

"Kau benar!"

Suara perbincangan para asisten di meja makan menyambangi indera pendengaran seorang pria yang baru saja turun dari undakan anak tangga.

Aaron de Fortman, si bodoh itu akan kembali ke kota setelah lulus kuliah bisnis dan dapat gelar. Ia berdecak jengah, lantas berjalan sambil melempar tatapan dingin saat para asisten menyapanya.

"Ada apa ini? Pagi-pagi buta sudah heboh saja seolah Presiden San Alexandria akan datang ke rumah ini! Aku benar-benar muak!"

Marquez, dia datang sambil marah-marah menemui seorang wanita yang sedang minum kopi di teras balkon.

Wanita itu menyeringai tipis mendengar semua keluhan putra kesayangannya. "Kau tahu sendiri bukan? Kita cuma menumpang di rumah ini, dan pemilik aslinya akan pulang pagi ini. Kenapa kau sangat tersinggung?"

Marquez menatap punggung wanita di depannya dengan menyipitkan mata. "Lantas, kenapa kau diam saja saat putramu ini sedang berada di ujung tanduk? Kenapa tidak kau ledakan jet yang akan membawanya ke kota?!"

Marisa, wanita itu tersenyum tipis mendengarnya. Ia lantas memutar tubuhnya sampai berhadapan dengan laki-laki berjas hitam di belakangnya. Marquez menatapnya dengan ekspresi jengah.

"Sudah banyak cara yang kita lakukan untuk menyingkirkan Aaron, bukan? Tapi apa? Dia masih hidup dan akan pulang hari ini."

Marquez memicingkan matanya. "Dan kau suka melihatnya pulang ke rumah ini?"

Marisa tersenyum miring menanggapi. Manik hitam Marquez mengikuti langkah kecil wanita itu yang sedang menuju pagar balkon. Dari sana Marisa bicara lagi.

"Sepuluh tahun sudah kita tinggal dan menikmati uang Keluarga Fortman, tapi tentu saja itu belum cukup," katanya sambil mencengkeram cangkir kopi dalam genggaman.

Marquez mengepalkan buku-buku jemarinya mendengar semua penuturan sang ibu.

Dengan tatapan lurus ke depan, Marisa melanjutkan, "Pergilah ke bandara dan sambut kepulangan Aaron layaknya kerabat yang baik."

Marquez tercengang.

Marisa segera memutar tubuhnya menghadap laki-laki di belakangnya tadi. Tatapan Marquez membuatnya tersenyum tipis.

~•~

Bandara Internasional San Alexandria pukul 9:30

"Itu dia!"

"Tuan Muda Fortman!"

"Wah, dia ganteng sekali!"

"Oh Tuhan!"

Suara ricuh itu bukan hanya berasal dari lisan para reporter yang sedang berlarian sambil membawa kameranya, tetapi juga para gadis muda yang turut datang ke gedung tersebut hanya untuk melihat seorang pria yang sedang bersinar tahun ini.

Kemunculan seorang laki-laki berkaki panjang di bandara menyita perhatian publik. Terutama para wanita.

Aaron de Fortman, putra tunggal keluarga Fortman dan satu-satunya pewaris kerajaan bisnis Mecco Company Group.

Dia berjalan dengan gagah diikuti sepuluh orang bodyguard. Gambar tato kepala serigala tercetak jelas di pergelangan tangan kirinya.

Kilat lampu kamera membuat laki-laki berusia 22 tahun itu tampak sangat memukau bak seorang selebriti.

Langkah panjang sepasang pantofel hitam mengkilat terayun begitu mantap. Stelan jas hitam dari brand ternama membalut tubuh yang atletis bak sebuah karya seni.

Kacamata hitam bertengger menutupi sebagian wajah yang tingkat sempurnanya tidak dapat dilukiskan hanya dengan kuas dan kanvas.

Sebagai seorang eksekutif muda, Aaron membuat para wanita di bandara terus menjerit-jerit saking kagumnya.

"Tuan Muda Aaron!"

"Aaaaa!"

"Aku ingin pingsan!"

"Tuan Muda Fortman, tolong lihat kesini!"

Langkah Aaron dihentikan saat ia nyaris tiba di samping Bugatti metalik yang menunggu di depan bandara. Pria itu menoleh ke arah sekumpulan wartawan dan para wanita yang terus mengejarnya.

Dibuka kacamata hitam yang menutupi sebagian wajah. Seulas senyuman yang begitu manis membuat orang-orang itu menjerit histeris.

Dan di saat mereka saling mendorong untuk mendekati Aaron, para bodyguard segera menahannya. Aaron hanya melempar senyum manis, lantas masuk mobil.

"Kurasa, besok wajahmu akan muncul di sampul majalah dewasa. Para jurnalis akan menulis artikel tentang mu asal-asalan!"

Aaron cuma tersenyum tipis mendengar celoteh laki-laki yang duduk di sampingnya.

Marquez de Fortman, kakak tirinya itu bicara dengan sinis. Aaron tahu, jika dia tidak suka. Hubungan mereka pun tidak harmonis selama ini.

"Jujur saja, aku sedikit merasa heran karena melihatmu di bandara. Apa kau datang dengan inisiatif sendiri, atau Daddy yang ..."

"Daddy sedang ada rapat penting, makanya aku yang menjemput mu."

Aaron manggut-manggut. Itu tidak begitu penting baginya. Hingga saat ponsel pintar di saku jasnya berdering, ia mulai sibuk sendiri.

"Ya, ya, Honey! Aku pasti datang! Aku sungguh merindukanmu, Sayang!"

Ekor mata Marques melirik ke arah pria di sampingnya. Aaron terlihat sibuk dengan panggilan ponsel. Dia tahu siapa orang yang menghubungi laki-laki itu.

Jesica.

Shit!

Kenapa si brengsek Aaron memiliki segalanya?

Uang, prestasi, koneksi, warisan dan juga Jesica! Ini sungguh tidak adil baginya yang cuma anak tiri di keluarga Fortman.

Marquez tidak terima. Tangannya mengepal kuat, dadanya sesak mendengar perbincangan mesra antara Aaron dan pacarnya.

"Aku mencintaimu, Jesica!"

"Awas!"

Ckiitttt!!!

Brak!

Aaron sangat terkejut. Ponsel pintar jatuh dari genggaman disebabkan guncangan yang teramat keras.

Entah apa yang terjadi. Mobil sport yang ia tumpangi tiba-tiba menerobos pembatas jalan. Mobil itu mencapai mulut jurang dengan kecepatan yang tidak terkendali.

'Habislah kau, Young Master Fortman!'

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 100 - Pertarungan Belum Berakhir (Extra Part)

    Musim sepi di San Alexandria Baru. Embun pagi berjatuhan dari kuntum-kuntum Tulip dan Lily. Sinar jingga tampak samar dari ufuk barat. Menandakan hari mulai pagi.Tirai putih melambai-lambai karena embusan angin dari arah laut. Bayangan gunung tercipta dari kaca jendela besar di sekeliling rumah.Anak laki-laki berlarian sambil mengejar bola di halaman belakang rumah. Sejak mereka kembali dua tahun yang lalu, Bungalow Fortman kembali semarak."Nyonya, di mana saya harus meletakkan bunga ini?"Wanita yang sedang duduk menghadap ke arah teras balkon dibuat terkejut saat mendengar suara itu.Ia berputar guna menggapai wajah wanita paruh baya berseragam asisten yang berdiri di belakang."Letakkan saja di sana."Dia berkata seraya menunjuk ke arah meja kecil di samping balkon kamar. Wanita itu menunjuk dengan dagunya. Sebab kedua tangan tampak sedang menggendong bayi kecil yang sedang menyusu.Sang asisten mengangguk. Maka ia segera berjalan menuju meja yang ditunjuk. Kemudian diletakkan

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 99 - Anak Laki-laki ( END )

    Langkah sepasang tungkai panjang terayun mantap menuju lobi gedung putih di pusat kota. Rumah Sakit Ameer, San Francisco bagian Barat. Aaron datang ke tempat itu setelah membaca surel ilegal yang dikirim untuknya.Entah siapa pengirim surel tersebut, baik Neymar sekalipun tidak tahu dari mana alamat email itu.Namun hal itu tidak begitu penting bagi Aaron. Yang paling penting dia harus memastikan dua mayat yang berada di rumah sakit itu.Orang-orang di rumah sakit tampak sangat terkejut dan heran melihat kemunculan sekelompok orang di lobi. Mereka sangat tercengang setelah melihat pria yang berjalan di barisan paling depan.Aaron de Fortman.Siapa yang tidak mengenal pria itu?Bukan hanya Presiden Direktur Mecco Group, laki-laki berparas tampan itu juga merupakan Walikota San Alexandria Baru selama dua periode.Kemunculan Aaron di sana menyita perhatian publik. Awak Media yang kebetulan berada di sana langsung menyalakan kamera mereka."Itu Walikota San Alexandria Baru, Tuan Muda Fort

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 98 - San Francisco

    Kediaman Fortman pukul tujuh pagi."Tuan Muda, hari ini jadwal Anda sangat padat. Namun jangan lupa meminum obat Anda."Luca berkata seraya mengikuti langkah panjang Aaron. Mereka berjalan bersisian di lorong rumah.Neymar dan sepuluh orang bodyguard sudah menunggu di pelataran bersama mobil-mobil yang akan mereka tumpangi pagi ini.Sebagai walikota Aaron sangat sibuk. Namun penyakit mental yang dia derita bisa kumat kapan saja. Oleh karena itu, Luca selalu mengingatkan dia untuk meminum obat.Mendengar penuturan sang asisten, Aaron sangat muak. Namun dia tahu jika kesehatan mentalnya amatlah penting."Luca, apa sudah dapat kabar tentang proyek pembangunan Bank Century di daerah Selatan?""Saya sudah kirim orang untuk meninjau langsung ke lokasi. Anda nggak usah capek-capek ke sana."Langkah Aaron dihentikan seketika. Luca cukup terkejut karenanya. Dia segera menunduk saat mata Tuan Muda mengincar wajahnya."Aku tidak percaya jika tidak melihatnya dengan mata kepala ku sendiri," desis

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 97 - Setelah Mereka Berpisah

    Setelah kembali ke kota, Miranda lebih banyak menghabiskan waktu sendiri di rumah orang tuanya. Serangkaian peristiwa yang terjadi sepanjang tahun, dia ingin melupakannya. Termasuk Aaron."Cuacanya sangat cerah, apa Anda tak ingin keluar untuk mengajak Tuan Muda berjalan-jalan?"Wanita yang sedang duduk di sofa dibuat mengernyit saat mendengar suara itu. Dialihkan pandang dari halaman buku tebal ilmu kedokteran yang sedang ia baca.Berta-asisten yang bekerja di rumah mewah itu tersenyum menanggapi saat manik-manik hijau itu melirik."Juan tidak akan suka. Cuaca di sini terlalu panas untuk kulitnya yang sensitif."Berta tersenyum."Tuan Muda sangat istimewa, bukan? Anda sangat beruntung memiliki putra sepertinya." Ia berkata begitu untuk meluaskan hati wanita itu, lantas kembali melempar senyum sebelum pergi.Miranda, dia masih duduk di sofa dekat dengan balkon kamar. Mendengar penuturan Berta, nafasnya terasa berat.Juanito, putranya mengalami kelainan langka. Anak laki-laki berusia e

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 96 - MASA YANG BERBEDA

    Siang berganti malam. Hawa dingin menusuk hingga ke tulang. Di suatu kamar, Miranda menggigil dalam balutan selimut yang tebal. Pria yang berdiri di ambang pintu cuma tersenyum smirk melihatnya."Apa kau mau aku hangatkan?"Suara itu membuat mata Miranda melirik. Marquez, pria itu sedang berjalan menuju padanya. Dia sudah bisa menebak apa yang akan pria itu lakukan. Hingga pintu didorong dengan kaki, Marquez pun datang padanya.Hari-hari terus berganti. Pendeta mendatangi kediaman Marquez di Swedia. Hari pernikahan sudah ditetapkan. Menyadari semestanya sudah hancur lebur, Miranda hanya bisa menunduk pasrah.Aaron de Fortman, laki-laki yang semestinya berdiri dengannya di atas altar, kini entah hilang ke mana. Bersama semua kenangan mereka, Miranda menutup buku harian.Jiwanya amat rapuh. Tiada lagi tempatnya guna bertumpu. Namun meski derasnya kesusahan ini, dia tak bisa bertindak. Bayi dalam rahimnya kian berkembang. Ia membutuhkan seorang ayah. Tetapi, bukan Marquez!"Gaun penganti

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 95 - MASA TERPURUK

    'Sudah nyaris enam bulan dia berada dalam cengkeraman pria itu. Namun Nona Miranda tidak menyadari celaka yang ia alami. Pria itu memberinya obat tidur pada menu makan malamnya. Dia datang pada Nona Miranda setiap malam dan mengganggunya. Kini Nona Miranda sedang mengandung bayi bajingan itu.'"TIDAK!"Prang!Malam nyaris menemukan pagi. Casandra merasa cemas saat Luca dan Neymar mengantar Aaron pulang. Pria itu mabuk berat dan tampak sangat kacau. Aaron tak sadarkan diri di kamar cukup lama. Hingga suara gaduh tiba-tiba terdengar dari sana.Casandra sangat prihatin melihat kondisi putra angkatnya itu. Dia sudah dengar dari Luca dan Neymar. Aaron sepertinya sangat depresi saat ini."Aku sudah katakan agar berhenti mencari wanita itu! Kenapa kalian tidak dengar?"Luca dan Neymar hanya diam dengan tak berani mengangkat sepasang mata ke depan pria tua di depannya. Tuan Besar Fortman sangat murka setelah tahu putranya jatuh depresi. Pria itu lantas memanggil Luca dan Neymar ke kantor."A

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status