Marisa melempar senyum manis pada Aaron. Dengan telunjuk ia menyentuh dagu lancip pemuda itu. Matanya menatap liar seolah amat menginginkan dia.
"Semua belum terlambat jika kau mau menjadi budakku," desisnya ke wajah Aaron. Pria itu menatap dengan mata terbakar. "Aku tak sudi!" Senyum di wajah Marisa memudar seketika. Matanya menatap nyalang pada Aaron. "Dasar keras kepala! Membusuk lah kau di tempat ini!" berangnya lantas pergi. Marquez yang menyimak menoleh satu kali ke punggung ibunya. lantas dia menaikan sudut bibirnya saat menatap pada Aaron. "Baiklah Young Master Fortman yang terhormat, selamat malam!" cibirnya lantas pergi. Aaron mendengus kesal mendengar gelak tawa para bajingan itu di ujung lorong. Tiga tahun terkurung di ruangan membosankan ini, sungguh tak patut dialami oleh pewaris keluarga Fortman yang lebih tersohor daripada seorang selebriti. Hawa dingin menusuk tulang menjelang pagi membuat tubuhnya menggigil. Dia membutuhkan selimut bulu tebal untuk melindungi pori-porinya. Namun, tak ada apa pun di sekitar. Pakaian yang melekat pun sudah bolong-bolong. Entah musim apa tahun ini. Mungkin musim salju. Aaron menengadah ke atas. Dari langit-langit kaca dia melihat butiran putih yang berjatuhan. Ya, sedang musim salju di San Alexandria Baru saat ini. Hawa dingin dan butiran salju membawa memorinya ke masa silam. Tiga tahun yang lalu ... "Will you marry me?" Sambil berlutut dan disaksikan ratusan tamu undangan, Aaron menyodorkan kotak kecil berisi cincin berlian seharga 10 milyar. Semua tercengang melihat aksinya malam itu. Terlebih Jesica Oliver, wanita itu menatap dengan mata berkaca-kaca. Dia gemetaran saat mengulurkan tangannya. Ini sungguh kejadian yang amat mengejutkan kota. Juga bagi keluarga besar Oliver. Satu-satunya pewaris Mecco Company Group melamarnya di tengah pesta tahun baru. Ini kejadian paling fenomenal sepanjang sejarah! Para wartawan sampai berdesak-desakan ingin mengambil gambar mereka. Wanita berambut merah dengan bola mata biru terang itu menyapu pandangan ke sekitar. Jantungnya berdegup amat kencang. Apakah ini mimpi? Jesica nyaris tak percaya. Keluarga Fortman memiliki kekayaan sekitar 500 milyar dolar di San Alexandria Baru. Belum lagi asetnya yang tersebar di luar negeri dan beberapa pulau. Tidak hanya akan kaya tujuh turunan, tetapi dia juga akan bermandi emas dan tidur beralaskan uang kertas! Menjadi istri Aaron de Fortman adalah impian para gadis di seluruh kota. Kini impian itu tertulis di garis tangannya. Tak ada wanita yang lebih beruntung darinya. Manik biru terang Jesica kembali ke wajah cerah Aaron. Kontak mata itu berangsur lembut. Jantungnya masih berdegup kencang. Lisannya terkunci dan tak dapat berkata-kata. Hatinya bergetar hebat. Dia menggigit bibir dan kepalanya mengangguk pelan. "Yeah!" Aaron memekik senang. Lamarannya diterima dengan baik. Tak sia-sia dia melakukan semua ini. Termasuk menerbangkan ratusan drone di langit San Alexandria dengan kertas putih bertuliskan "Jesica Oliver menikahlah denganku". Semuanya dia lakukan hanya untuk wanita yang bersamanya mengarungi lautan asmara selama tiga tahun terakhir. Tak ada laki-laki setampan dan romantis macam dirinya. Wanita di seluruh kota benar-benar iri pada nasib baik Jesica. Mereka sudah saling jatuh cinta saat sama-sama kuliah. Jesica gadis yang periang, humble, dan manis. Dia memiliki bola mata biru terang yang indah. Salah satu keistimewaan yang paling Aaron sukai darinya. Kehidupan percintaan di kalangan keluarga bangsawan tidak seperti kehidupan percintaan orang biasa. Keseharian Aaron sebagai Tuan Muda Fortman selalu ramai diburu oleh para pencari berita dan diperbincangkan oleh para gadis di salon kecantikan. Termasuk hubungan asmaranya dengan Jesica. Sebagai seorang model yang baru bersinar dan berasal dari keluarga yang biasa saja, bukan bangsawan. Tentu saja ini sangat istimewa bagi keluarga Oliver karena pewaris Mecco Company Group memilih putri mereka. Dengan pipi yang merah dan wajah tersipu malu, Jesica tak berani mengangkat matanya. Aaron hanya tersenyum gemas, lantas bangkit. Di depan semua orang yang bertepuk tangan untuk mereka. Dia berciuman dengan Jesica. Pesta terus berlangsung di malam tahun baru itu. Dan itu terjadi tiga tahun yang lalu saat dia masih berstatus sebagai Tuan Muda Fortman dan pewaris tunggal Mecco Company Group. Aaron memejamkan matanya mengingat semua momen indah itu. Hatinya bergetar luar biasa. Perasaannya berkecamuk dan jiwanya meraung pilu. Senyuman Jesica, caranya menatap. Dia amat lungguh. Gadis itu sangat malang ... Aaron menitikkan air mata saat mengingatnya. Pesta tahun baru itu dan kenangannya bersama Jesica, kini telah hanyut ke selokan bersama semua kelicikan Marquez dan ibu tirinya. Obat halusinasi mengambil alih kewarasan Aaron malam itu. Membuatnya melakukan hal buruk pada Jesica menjelang pernikahan mereka. Semua orang menganggapnya gila. Dia menyayat pergelangan tangan kekasihnya dan mengajaknya terjun dari lantai sepuluh unit apartemen. Kala itu Jesica memang sedang mabuk, dan Aaron berada di bawah kendali obat halusinasi. Menurut kabar, pasangan kekasih itu sempat terlibat pertengkaran hebat sebelum keduanya terjun dari gedung apartemen. Begitu berita yang tersiar pasal kematian tragis yang menimpa Jesica Oliver tiga tahun yang lalu. Namun, berita itu terdengar rancu dan menyimpan banyak misteri. Tidak mungkin Tuan Muda Fortman melakukan hal keji itu pada pacarnya. Para paparazi masih mencari tahu fakta sebenarnya hingga kini. Panggung entertainmen kehilangan bintang muda berbakat mereka. Kematian Jesica membuat seluruh kota menangis. Pasangan selebriti yang selalu ditunggu beritanya, kini lenyap sudah. Selain kejadian di malam tahun baru yang indah, Aaron tak dapat mengingat kejadian di malam nahas itu. Dia tersadar dan mendapati dirinya yang sudah berada di rumah sakit jiwa, dengan kedua tangannya yang dipasangi borgol. "Lepaskan aku! Aku tidak gila!" Tak ada yang peduli akan suara teriakan itu. Tidak ada orang gila yang mengaku dirinya gila. Namun, dia benar-benar tidak gila! Di usainya yang amat muda dan hendak menikah, dia dinyatakan tidak waras oleh para dokter kejiwaan. Rumah sakit jiwa terbesar di kota yang menanganinya kala itu. Mereka menyerah. Aaron dinyatakan mengalami gangguan jiwa dan tempramen yang parah karena Jesica telah mengkhianatinya dengan kakak tirinya sendiri. Semua itu hanya Hoax! Mereka bercakap omong kosong setelah seseorang memberinya sedikit uang. Aaron tidak mengerti dengan semua yang orang katakan padanya. Juga para simpati orang-orang politik, publik figur dan rekan-rekan bisnisnya. Dia sungguh tak tahu apa-apa. "Daddy sering melarang mu untuk minum-minum, tapi kau keras kepala! Akhirnya kau melakukan hal keji ini! Bahkan pada tunanganmu sendiri!" Tuan Besar Fortman menggeleng putus asa. Marisa berdiri di samping pria tua itu. Dengan wajah sedih, dia menutupi hidungnya menggunakan tisu, pura-pura menangis. "Aku tidak melakukan apa pun pada Jesica! Keluarkan aku dari sini!" Aaron berlari dari tepi ranjangnya. Dia berdiri sambil mencengkeram jeruji besi yang menjadi pembatas antara dia dan ayahnya. Ini kejam. Dia telah difitnah! Tuan Fortman tak sanggup melihat putranya yang hancur. Jantungnya tiba-tiba sakit. Dia ingin pergi. Marisa melempar senyum licik membalas tatapan Aaron, lantas dengan air mata buayanya dia memapah suaminya meninggalkan tempat itu. Aaron terus berteriak. Tuan Fortman mengalami shock berat. Dia jatuh pingsan. Semua itu terjadi tiga tahun yang lalu. Dia disiksa dan akan dibuat benar-benar gila oleh para dokter yang ibu tirinya bayar. Tekanan demi tekanan harus dia alami sepanjang hari, dan itu amat menyakitkan. "Apa yang sedang dia pandangi? Apakah mautnya?" Seorang laki-laki berpakaian mewah datang menemui Aaron di rumah sakit jiwa. Dia menyeringai melihat pria itu sedang duduk sambil menatap ke luar jendela. Marquez Fortman, dialah pelaku sebenarnya. Pria licik yang sudah mencuci tangan atas perbuatan jahatnya pada Jesica. Tentu saja dia puas betul melihat Aaron berada di dalam sana. Malam tahun baru di pesta para politikus dan pebisnis. Aaron de Fortman dengan percaya diri melamar pacarnya di depan semua tamu yang hadir. Memang, itu malam yang indah dan penuh sejarah bagi pewaris Mecco Company Group, Aaron de Fortman. Namun, tidak untuk Marquez. Dia sangat kesal sampai mengamuk di kamarnya malam itu. Usianya baru 16 tahun, saat ibunya, Marisa mengajaknya ke rumah besar keluarga Fortman. "Mulai sekarang semua ini akan menjadi milikmu, Sayang ..." Ibunya berkata seperti itu sambil menangkup kedua pipinya. Marquez yang belia sudah mengerti apa yang ibunya maksud. Mereka bukan berasal dari keluarga kerajaan atau bangsawan. Namun, penampilan mereka cukup meyakinkan untuk berada satu meja dengan orang-orang tersebut. Marisa mati-matian berusaha menggoda Tuan Fortman yang begitu setia pada mendiang istrinya, Casandra Ramos. Ular itu rela melakukan apa saja. termasuk menjebak tua bangka kaya raya tersebut. Marquez muda tidak memiliki banyak teman karena karakter yang buruk. Psikopat dan sorot mata yang seram. Dia benci pada Aaron yang cerdas dan disukai banyak gadis di sekolah. Seekor babi harus diberi makan banyak terlebih dahulu sebelum dipotong. Ibunya berkata begitu. Marquez yang tidak paham hanya menatapnya dengan manik menggelap. Namun, kini dia mengerti arti kiasan yang ibunya sampaikan. Setelah hidup dalam hinar binar berlian dan makan menggunakan sendok emas, kini Aaron harus mendekam di dalam rumah sakit jiwa kelas berat. "Hei! Laki-laki tidak waras!" Marquez tergelak tawa bersama dua orang bodyguard usai berteriak begitu. Pria dengan seragam pasien biru muda di sana mengepalkan buku-buku jemarinya. Dia hafal betul, siapa yang datang membesuknya pagi ini. Aaron memejamkan mata penuh emosi. Dia lantas bangkit, berlari cepat dan langsung menyambar keras jas mahal Marquez. Pria itu melotot kaget. "Demi Tuhan aku akan menghabisi mu!" teriak Aaron dengan mata berapi-api.Kediaman Keluarga Fortman pagi hari. Apel para staf baru saja dibubarkan. Sambil memegang cangkir kopinya, Marisa memandangi orang-orang yang berhamburan di teras belakang rumah yang luas."Jadi, wanita itu sudah tiba di kota ini lagi?""Benar, Nyonya.""Lantas, kenapa kau bertanya padaku?"Smith dibuat terkejut saat tubuh tinggi dengan balutan stelan kantor pendek warna hitam itu memutar sampai menghadap padanya. Ia segera menundukkan wajah dari tatapan tajam Marisa.Wanita itu tersenyum miring. Ia berjalan satu langkah ke depan sampai melewati Smith. Ditepuk satu bahu pria itu sebelum ia benar-benar berlalu darinya."Aku tahu, dan kau tahu pasti apa yang harus kau lakukan," desis Marisa.Smith cuma mengangguk menanggapi.Marisa menarik nafas, lantas ia berjalan menuju lorong. Miranda sudah kembali ke kota. Begitu kabar yang disampaikan oleh Smith. Ternyata mata-matanya tak berguna. Bahkan mereka gagal menghabisi wanita itu di dermaga."Nyonya, orang yang Anda pesan sudah datang."Si
Pusat Kejiwaan sore hari.Langkah panjang seorang pria terayun mantap menyusuri lorong rumah sakit. Di sepajang lorong tampak para pasien yang sibuk dengan aktifitas masing-masing. Semuanya mengalami gangguan mental yang parah."Apa sudah ada kabar tentang Miranda?""Belum, Tuan."Shit!Marquez mendengus kesal mendengar jawaban dari asistennya. Sudah nyaris satu tahu pasca Miranda kabur darinya. Dan malam panas penuh kenikmatan itu, mana mungkin bisa ia lupakan. Saat tangannya menjamah dan bermain di setiap inci tubuh Miranda.Sssh ... kecantikan wanita itu bagai kokain yang memabukkan. Dan semua sensasinya tak dapat ia mengingatnya dengan jelas, seperti apa rasanya. Yang pasti sangat nikmat."Tuan jangan cemas, orang-orang Max masih mencari Nona Miranda." Asisten bicara lagi. Saat manik-manik Marquez mengincar wajahnya, ia langsung menunduk."Bagaimana dengan Eve? Apa bajingan itu masih ada di markas?" tanya Marquez. Menurut informasi, Miranda kabur dengan membawa gadis kecil bersam
Sebuah pondok di atas bukit tampak tersembunyi di antara rimbunnya pohon-pohon murbei yang rindang. Di sekeliling pondok terlihat ladang sayuran yang menghijau. Di sana tampak punggung seorang wanita yang sedang memetik sayuran.Ubi Wortel begitu besar dengan warna yang amat cerah saat dicabut dari tanah. Wanita itu memekik senang. Ia lantas menaruh beberapa wortel pada keranjang rotan di sisinya. "Sepertinya paprika sedang berbuah lebat. Aku ingin buatkan Eli sup ikan salmon dengan potongan paprika. Kurasa anak itu akan makan banyak," ujarnya sambil menoleh ke arah beberapa pohon paprika yang buahnya tampak banyak dan matang-matang."Uhuk! Uhuk!"Terdengar suara batuk-batuk dari arah kamar tanpa pintu. Cuma tirai putih yang melambai karena embusan angin. Anak perempuan tampak duduk di tengah ranjang. Dia yang sedang batuk-batuk.Wanita di ladang mendengar suaranya saat sedang memetik paprika. Dengan cepat ia bergegas menuju arah pondok. Dibuka topi besar yang menutupi kepala, Mirand
Kapal menepi di sebuah dermaga. Mereka sudah tiba di Alexandria Baru setelah berlayar dari Salvador Timur. Udara di teluk sangat dingin menjelang pagi tiba. Semua penumpang kapal mengenakan jaket tebal dan topi berbulu. Di antara mereka tampak seorang pria yang baru keluar dari pintu kapal.Aaron mengenakan mantel tebal warna hitam, fedora hitam dan memegang cerutu. Dia sedang mengelabui para mata-mata di dermaga agar tidak melihat wajah aslinya.Mata-mata berdiri di atas geladak kapal. Mereka segera mengincar dengan teropong jarak jauh saat para penumpang keluar. Hampir saja mereka menemukan Aaron. Tapi penampilan pria itu tidak mencirikan."Selamat datang di Alexandria Baru! Surga di dunia yang Tuhan ciptakan untuk kita!""Ayo sialkan!""Mari-mari!"Petugas dermaga menyambut para penumpang dengan penuh semangat. Terutama para turis yang datang untuk berlibur di kota mereka. Aaron berada di antaranya. Dia tampak sibuk dengan batang cerutunya dan berpura-pura acuh."Anda bawa koper s
Sebuah villa di pesisir pantai. Tampak beberapa orang pria yang sedang berjemur sambil menikmati segelas espresso. Di antaranya, Max duduk santai sambil menikmati panorama laut yang tenang."Bagaimana, apa sudah ada kabar tentang wanita itu?"Sambil menikmati sebatang cerutu, ia bertanya pada dua orang anak buah yang baru saja bergabung. "Belum, Bos. Sepertinya mereka pergi ke luar pulau."Mendengar penuturan mereka, Max mengincar dari balik fedora putih di kepalanya. "Lantas apa kerja orang-orang kalian di dermaga? Kenapa menangani seorang wanita saja tidak becus?!" katanya dengan kesal.Dua orang pria itu saling pandang. Dengan takut-takut satu darinya segera menyahut, "Mereka juga sedang mencarinya, Bos. Namun Tuan Marquez memintanya untuk berjaga-jaga juga di stasiun kereta cepat."Mendengar jawaban mereka, Max naik pitam. Pria itu segera bangkit dari kursi rotan yang ia duduki. Dengan cepat matanya mengincar wajah dua orang pria di belakang. Tangannya segera menyambar masing-mas
Mansion kediaman Tuan Fortman malam hari."Apa?!""Jadi orang-orang yang kau bayar itu belum kembali?!"["Belum, Tuan. Mereka juga tak bisa dihubungi.]"Shit!"Brak!Marquez mendengus kesal usai melempar ponselnya ke tengah meja kaca di depan. Dia sudah membayar mahal para bandit dari luar kota untuk menemukan Aaron hidup atau mati. Nyatanya dia gagal lagi."Tuan Muda, apa yang bikin kau marah malam-malam begini?"Wanita yang masih bergelung dalam selimut memberinya seringai tipis saat manik hitam Marquez mengincar. Dia sangat terkejut saat pria itu mendekat dan langsung menjambak rambutnya yang kusut."Siapa yang beri hak padamu untuk bertanya?" desis Marquez amat murka.Wanita itu tampak meringis kesakitan. "Maafkan saya, Tuan ..."Marquez hanya menggeleng dan segera melempar wanita itu ke kasur. Dia segera meninggalkan kamar dengan hanya mengenakan jubah tidurnya saja."Aku mau Mirnda dan Aaron! Bawa mereka padaku!" Di tengah rumah pria itu kembali mengamuk. Suaranya sampai terden