Malam kian larut. Miranda buru-buru sembunyikan pistol ke balik bantal saat terdengar langkah yang mendekati pintu kamar. Itu pasti Marquez. Dia harus berhati-hati."Selamat malam, Nona. Menu makan malam Anda sudah siap."Fuuh ...Rupanya hanya seorang asisten. Miranda bisa bernafas dengan lega. "Letakkan saja di sana. Aku masih belum lapar."Asisten mengangguk. Segera ia berjalan menuju pada meja di dekat sofa. Maka diletakkan apa yang dibawanya di sana."Selamat malam, Nona." Ia lantas membungkuk lalu pergi.Miranda cuma melirik. Dia lantas bangkit dari tepi ranjang lalu berjalan menuju ke arah jendela. Di mana Aaron dan timnya saat ini? Bukankah di kota sudah aman terkendali, tapi kenapa mereka belum datang juga?Hawa dingin malam menyapu wajah Miranda. Aroma sup ikan salmon dari atas meja menginginkan dirinya pada Eli. Sup ikan itu menu favoritnya.*Aaron masih berada di Ostia. Setelah mengincar dari kejauhan, akhirnya ia berhasil memasuki villa di mana Nacos disekap.Sayangnya d
Ostia, kota kecil di tengah kepadatan San Alexandria Baru. Terlihat dari kejauhan sebuah kapal yang sedang menuju dermaga. Di hari Minggu menjelang malam pergantian tahun, akan ada banyak kapal yang datang ke Ostia.Bukan hanya keindahan panoramanya yang eksotis, Ostia bagai surga yang tersembunyi di dunia nyata. Laut Noer yang airnya kehijauan dan bening bagai kaca, daratan pantai luas dengan pasir putih yang hangat, juga perbukitan di kaki Gunung Eart yang membuat sejuk mata memandang.Tidak hanya itu, Ostia menyajikan aneka ragam menu makanan di musim panas yang lezat. Seperti Lasagna dan Taco. Ada juga barbeque dan ramen. Para pengunjung menjadi lapar jika membayangkan semua makanan enak itu.Di antara orang-orang yang baru keluar dari kapal, tampak Aaron dan Nacos. Juga Luca dan Neymar yang berjalan di belakang mereka. Matanya menyapu pandangan ke sekitar. Mereka tak boleh lengah.Tidak seperti kebanyakan orang yang datang berkunjung ke Ostia, kedatangan Aaron dan kawan-kawan bu
Ostia, kota kecil di tengah kepadatan San Alexandria Baru. Terlihat dari kejauhan sebuah kapal yang sedang menuju dermaga. Di hari Minggu menjelang malam pergantian tahun, akan ada banyak kapal yang datang ke Ostia.Bukan hanya keindahan panoramanya yang eksotis, Ostia bagai surga yang tersembunyi di dunia nyata. Laut Noer yang airnya kehijauan dan bening bagai kaca, daratan pantai luas dengan pasir putih yang hangat, juga perbukitan di kaki Gunung Eart yang membuat sejuk mata memandang.Tidak hanya itu, Ostia menyajikan aneka ragam menu makanan di musim panas yang lezat. Seperti Lasagna dan Taco. Ada juga barbeque dan ramen. Para pengunjung menjadi lapar jika membayangkan semua makanan enak itu.Di antara orang-orang yang baru keluar dari kapal, tampak Aaron dan Nacos. Juga Luca dan Neymar yang berjalan di belakang mereka. Matanya menyapu pandangan ke sekitar. Mereka tak boleh lengah.Tidak seperti kebanyakan orang yang datang berkunjung ke Ostia, kedatangan Aaron dan kawan-kawan bu
Hari sudah malam saat mobil yang dikemudikan oleh Marquez tiba di sebuah bungalow mewah. Itu rumah rahasia yang ia sembunyikan dari Aaron. Bungalow itu berada di sebuha pulau di Westalis. Sensor keamanannya sangat canggih. Semua area dipasangi kamera pengawas dan jebakan. Juga seratus orang penjaga terlatih yang siap membantai siapa pun yang menyusup ke sana.Miranda menyapu pandangan dari dalam mobil. Di mana dirinya saat ini? Shit! Sepertinya dia tidur amat pulas sampai tak tahu kapan mereka keluar dari kapal."Kau sudah bangun?" Marquez melirik ke arah wanita yang duduk di sampingnya. Miranda, wanita itu tampak linglung. Dia tersenyum melihatnya. Kini mereka sudah amat jauh dari San Alexandria Baru. Aaron tak akan mampu mengejarnya lagi.Masih dengan wajah bingung, Miranda bertanya. "Kita di mana?""Rumahku."Miranda terkejut, "Rumahmu? Eh, bukankah kita akan ke markas ISA untuk menemui Aaron di Westalis? Kenapa malah ke pulau asing ini?"Marquez tersenyum tipis. Sial! Miranda sa
"Kami kehilangan jejak Dokter Miranda.""Apa?"Dominique melirik ke arah pria tinggi yang berdiri di sampingnya. Aaron pasti akan sangat kecewa karena ISA tak becus diandalkan. "Siapkan helikopter. Aku sendiri yang akan menjemput Miranda."Semua orang tercengang mendengranya. Tuan Muda Fortman bicara sesuka hati saja. Mau mencari Miranda seorang diri? Tentu saja mereka tidak setuju."Tuan Muda, tolong berikan kami kesempatan sekalli lagi. Kami akna berusaha melacak keberadaan Dokter Mirada dan timnya." Dominique yang nyaris hilang muka berusaha membujuk Aaron. Dia dan Jeremy yang mendirikan ISA. Kini Tuan Muda Fortman sudah kembali. Organisasi menemukan pemimpinnya lagi. Namun ISA terancam bubar jalan jika misi mereka untuk menemukan Miranda gagal terus. Dominique mulai pusing. Membiarkan Aaron pergi mencari Miranda, itu sama saja menutup organisasi.Masih dengan perasaan yang tak nyaman, Dominique menunggu tanggapan Aaron. Hingga saat manik-manik biru terang itu melirik ke arahnya
Mabes Organisasi ISA pukul dua sore. Mobil-mobil mewah memasuki gerbang. Kunjungan Aaron ke sana membuat semua orang tercengang."Aku ingin bertemu dengan Miranda."Sambil duduk berhadapan dengan Pimpinan Organisasi, Dominique--Aaron mengutarakan maksud kedatangannya ke sana.Neymar sangat terkejut sekaligus seang. "Dokter Miranda sedang ada misi khusu bersama tiga agen lainnya.""Misi khusus?" Aaron mengernyit.Dominique mengangguk, "Miranda, Jeremy dan Luca berangkat ke pulau untuk mencuri senjata musuh. Nacos turut menemani mereka dalam misinya.""Nacos?""Benar, Tuan Muda. Nacos turut serta membantu misi ISA. Bukankah Anda pun berteman baik dengannya?"Mendengar penuturan Dominique, Aaron terdiam. Setahunya, Nacos sudah meninggalkan Alexandria. Apa mungkin dia kembali lagi?"Apa kalian yakin jika dia Nacos?" papar Aaron.Dominique dan Neymar saling pandang. "Maksud Anda?"Aaron hanya memejamkan mata lalu membuang pandangan ke arah jendela. Sial! Mereka sudah dikecoh!"Sekarang jug