Home / Romansa / SANG PEWARIS / GENG MOTOR

Share

GENG MOTOR

Author: UmiLily
last update Last Updated: 2025-07-21 22:00:16

Mereka berhasil sampai di rumah dengan selamat. Perasaan mengganjal di hati Anandita masih terus berlanjut dan itu memancing rasa penasaran Haniyah. Mereka berada di ruang tengah karena Anandita ditugaskan tidak meninggalkan Haniyah sampai Elkan datang.

“Mbak Dita kenapa? Kok kayak ada pikiran gitu?” tanya Haniyah penasaran.

“Mbak, saya minta izin hubungi Pak Elkan ya?” Haniyah mengangguk saat mendapat jawaban Anandita yang lebih ke arah bertanya.

Melihat Haniyah mengangguk, Anandita lekas menelepon Elkan. Kebetulan sekali saat itu Elkan masih bersama Brata dan Sultan.

“Gimana Mbak?” tanya Elkan dari seberang sana. Haniyah sengaja mengaktifkan pengeras suara agar Haniyah ikut mendengar.

“Kami sudah sampai di rumah dengan selamat Pak. Selama perjalanan ada satu motor yang mengikuti kami dari arah kampus, tapi kami berhasil meloloskan diri. Tapi… ada sesuatu yang mengganjal dalam kepala saya.”

“Apa?” tanya Elkan dari sebe
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • SANG PEWARIS    GENG MOTOR

    Mereka berhasil sampai di rumah dengan selamat. Perasaan mengganjal di hati Anandita masih terus berlanjut dan itu memancing rasa penasaran Haniyah. Mereka berada di ruang tengah karena Anandita ditugaskan tidak meninggalkan Haniyah sampai Elkan datang.“Mbak Dita kenapa? Kok kayak ada pikiran gitu?” tanya Haniyah penasaran.“Mbak, saya minta izin hubungi Pak Elkan ya?” Haniyah mengangguk saat mendapat jawaban Anandita yang lebih ke arah bertanya.Melihat Haniyah mengangguk, Anandita lekas menelepon Elkan. Kebetulan sekali saat itu Elkan masih bersama Brata dan Sultan.“Gimana Mbak?” tanya Elkan dari seberang sana. Haniyah sengaja mengaktifkan pengeras suara agar Haniyah ikut mendengar.“Kami sudah sampai di rumah dengan selamat Pak. Selama perjalanan ada satu motor yang mengikuti kami dari arah kampus, tapi kami berhasil meloloskan diri. Tapi… ada sesuatu yang mengganjal dalam kepala saya.”“Apa?” tanya Elkan dari sebe

  • SANG PEWARIS    AKSI KEJAR-KEJARAN

    Haniyah sempat terkejut saat melihat pesan yang ditunjukkan Anandita di ponselnya. Matanya tertuju pada sosok perempuan dewasa di hadapannya. Tidak ada raut kaget atau tertekan di wajah wanita itu, dia begitu tenang. Berbeda sekali dengan apa yang dirasakan Haniyah saat ini. Baru membaca pesan itu saja, dia sudah mulai panas dingin. Khawatir kalau sedang terjadi sesuatu, entah padanya atau pada suaminya.“Elkan gimana?” tanyanya pelan.Anandita tersenyum. “Jangan khawatir, di samping Elkan ada Fathur dan Farid di dekatnya. Mereka berdua punya kompetensi di atas saya.” Kening Haniyah mengernyit.“Mereka—” Kalimat Haniyah terhenti saat melihat Anandita mengangguk pasti. “Baiklah kalau begitu,” ucapnya tenang.Haniyah lalu mengajak Anandita duduk bersamanya dan memperkenalkannya pada Kamila."Mil, kenalin ini Mbak Dita, teman aku di Baswara," ucap Haniyah memperkenalkan keduanya. Kamila yang sejak tadi diam memperhatikan interaksi mereka akhirnya mengangguk pelan dan mengulurkan tangan

  • SANG PEWARIS    TUGAS UNTUK ANANDITA

    Ruang kerja Brata mendadak sunyi, ketika mendengar praduga Sultan. Membayangkan ada seseorang yang menyewa pembunuh bayaran untuk menghabisinya membuat Elkan tidak habis pikir. Siapa? Kenapa? Ada masalah apa?Elkan duduk bersandar, kepalanya sibuk berpikir siapa kira-kira yang melakukannya. Tapi, seberapa keras pun dia berpikir. Elkan tetap tidak menemukan jawaban.“Sekali lagi saya tidak ingin berspekulasi Pak. Tapi dari pola geraknya, kecepatan aksinya, dan cara dia menghindari kamera pengawas, saya tidak ragu... yang mengejar Elkan bukan orang biasa.” Elkan menegakkan tubuhnya dan menghela nafas kasar.“Tapi saya gak ngerasa punya musuh besar Pak Sultan. Rasanya membayangkan seseorang berusaha membunuh saya, kok kayak gak masuk akal ya,” ucap Elkan.

  • SANG PEWARIS    PENYELIDIKAN

    Sepeninggal Elkan, Carol kembali dalam mode diam, suara bip monitor jantung terus berdetak dalam irama monoton yang menjadi temannya di dalam ruang perawatan. Wajahnya sudah tidak terlalu pucat, dan bahkan tatapan matanya tajam—penuh perlawanan.Di sudut ruangan, Banyu dan dua polisi berdiri tegak. Yang satu membuka buku catatan, yang lain bersandar ke dinding, menatap Carol seperti membaca keheningannya. Sementara Banyu berdiri di sisi ranjang perawatan.“Kamu pasti tahu kalau Bara sudah diadili dan hanya tinggal menunggu keputusan hakim kan? Dia pernah menyebut namamu sekali, meskipun dia mengatakan ide menculik itu adalah murni idenya tanpa campur tanganmu. Tapi dia juga mengatakan kalau kamu ingin dia mengirimkan foto dan video saat dia melakukan sesuatu pada Bu Haniyah, itu benar?” Carol menyeringai mendengar pertanyaan Banyu tanpa menjaw

  • SANG PEWARIS    MENENGOK CAROL

    Haniyah tertegun saat mendengar cerita dari Elkan. Ia tidak habis pikir siapa yang sudah melakukan panggilan dari rumah sakit dan mengabarkan tentang kondisi Carol yang mengalami penurunan.Mengingat ia pernah menjadi korban penculikan, lalu dibuntuti seseorang yang tidak dikenal, hampir dilenyapkan dengan kecelakaan yang direkayasa. Sekarang, dia khawatir dengan keselamatan Elkan.“Kira-kira siapa yang ngikutin Hubby?” lirih Haniyah.Elkan menggenggam tangan istrinya, mengusapnya lembut dan mencoba menenangkannya. “Aku juga gak tahu Sayang. Mungkin saja yang tadi itu cuma perasaanku saja. Mungkin mobil tadi memang searah denganku, gelagatnya saja yang mencurigakan. Jangan khawatir ya.”Meski sudah mendengar kata-kata Elkan, Haniyah tetap ti

  • SANG PEWARIS    DIIKUTI

    Setelah bicara dengan Haniyah, Elkan bergegas ke rumah sakit. Ia baru saja mendapat telepon dari rumah sakit memberitahukan kondisi Carol yang tiba-tiba drop. Sejak ia dioperasi sebulan lalu, Carol sudah sempat sadarkan diri, namun meskipun begitu, dia bungkam dan tidak mau buka suara.Saat kondisinya sudah membaik, polisi berencana untuk membawanya ke Jakarta. Dalam pengawasan itu Carol berusaha kabur, lewat tangga darurat. Naasnya, dalam pelarian itu Ia salah menginjak pijakan ketiga dari atas saat dikejar pihak berwenang. Tumitnya terpeleset, tubuh kehilangan keseimbangan.Carol terguling menuruni tangga beton dari lantai tiga. Tubuhnya menghantam tiap sudut besi pembatas tangga, kepala terbentur sisi tembok, lalu diam tak bergerak di bawah tangga. Hal itu membuatnya mengalami patah tulang paha kanan dan kiri, paru-paru kanan kolaps karena terkena bent

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status