Bertukar pasangan, sebuah ide gila yang hadir dari sosok Aryo, laki-laki yang telah melamar Haniyah lewat orang tuanya. Ternyata kecantikan dan kemolekan tubuh Calista membuat Aryo tergiur dan berniat membatalkan rencana pernikahan yang telah disusun orang tuanya. Mau menolak, tapi Haniyah sudah tidak sanggup lagi tinggal di rumah keluarga almarhum ayahnya, sementara dia hanya bisa keluar dari rumah itu setelah menikah. Alhasil akhirnya Haniyah setuju menikah dengan Elkan, sosok laki-laki yang tadinya akan menikah dengan Calista yang juga ditolak karena merasa tidak sederajat. Siapa sangka, ternyata Elkan adalah sosok yang berbeda dari penampilan awalnya. Dia yang memperkenalkan diri sebagai orang biasa ternyata adalah seorang pewaris dari sebuah kerajaan bisnis. Dan kejutan lain ternyata datang dari Haniyah yang bahkan dirinya sendiripun nyaris tidak percaya. Apakah keduanya akan bermuara pada satu tujuan yang sama pada akhirnya, atau malah berpisah jalan karena terlalu berat untuk bersama. Cari jawabannya di “Sang Pewaris.”
Lihat lebih banyak“Bagaimana kalau kita bertukar pasangan saja?” Sontak Haniyah menatap tajam pada Aryo. Orang tua laki-laki itu semalam melamarnya untuk menikah dengan putra mereka, dan sekarang dia meminta untuk bertukar pasangan.
“Apa maksudmu?” tanya Haniyah yang sedari tadi diam menonton perdebatan yang terjadi. “Sejujurnya kalau tahu orang tuaku melamarmu, aku tidak akan setuju.” Haniyah kembali menatap Aryo. “Calista jauh lebih menarik dibanding kamu Haniyah,” Aryo melihat Haniyah dengan sorot mata meremehkan. “Bayangkan kalau aku menghadiri undangan dari relasi bisnisku dan harus mengajak kamu yang berpenampilan…” Aryo tidak melanjutkan ucapannya, ekspresinya sudah menunjukkan kalau dia tidak suka dengan penampilan Haniyah yang berhijab. Haniyah berdecak kasar. Sudah cukup kesal dia sejak tadi menonton penolakan Calista atas lamaran Elkan, sementara Elkan bersikukuh ingin tetap melanjutkan rencana pernikahan yang sudah diatur keluarganya. “Jadi maksudmu, kamu menolak pernikahan ini karena Calista lebih menarik dari aku?” Aryo mengangguk pasti pada Haniyah yang lekas disambut seringaian tipis di wajahnya. “Aku kira seorang pimpinan perusahaan seperti kamu, akan lebih bijak dalam memilih sosok pendamping. Ternyata kamu sama saja dengan laki-laki lain yang lebih mementingkan fisik dan penampilan.” Satu sudut bibir Aryo terangkat. “Kamu pikir dengan penampilanmu seperti ini kamu bisa mendampingi calon CEO seperti aku? Sudah aku pastikan semua kolegaku akan memandang rendah padamu dengan penampilanmu yang seperti ini Haniyah.” Haniyah mengangguk pelan. “Padahal penampilan bisa dirubah seiring berjalannya waktu, tapi ya sudah…” Haniyah berdiri dari duduknya. “Sepertinya tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, aku permisi.” Haniyah baru berniat beranjak pergi, namun Elkan menahannya. “Kamu mau pergi? Kamu gak mau memperjuangkan hakmu disini?” Haniyah menoleh menatap Elkan, mata keduanya bersibobok. “Aku memang ingin menikah, tapi seberapa besarpun keinginanku untuk menikah aku tidak akan merendahkan diriku dengan memaksa lelaki yang tidak ingin menikah denganku.” “Kenapa tidak kalian setujui saja saranku? Kita bertukar pasangan. Kamu bisa menikah dengan Elkan dan aku akan menikah dengan Calista.” Aryo kembali menyampaikan usulnya membuat Haniyah dan Elkan menoleh bersamaan padanya. Haniyah malas menanggapi, kakinya melangkah pelan keluar dari cafe meninggalkan tiga pasang mata yang menatapnya dengan cara berbeda. Haniyah tidak pulang ke rumah keluarga Wiryawan, dia memilih untuk menghabiskan rasa kesalnya dengan berpindah ke cafe lain. Dia tahu keputusannya tidak lekas pulang akan menjadi bumerang saat sampai di rumah nanti, tapi hatinya terlalu sesak untuk saat ini. Dia perlu mengalihkan rasa sesaknya ke tempat lain agar tidak menjadi penyakit baru. Haniyah tidak menyalahkan Aryo yang telah menolak pernikahan ini. ‘Aryo benar, aku tidak akan bisa mengimbangi Aryo si calon CEO perusahaan besar itu. Aku hanya akan mempermalukan Aryo bila mendampingi dia ke acara penting. Sudah lebih baik memang kalau kami tidak melanjutkan rencana pernikahan ini.’ Meskipun dia berfikir begitu, tetap saja ada rasa tidak terima atas penolakan yang dilakukan Aryo. Menikah adalah satu-satunya cara agar dia dan ibunya bisa keluar dari rumah keluarga Wiryawan, dia sudah membayangkan kebebasannya akan segera datang, tapi mendengar ucapan Aryo tadi, harapan untuk segera keluar dari rumah itu seketika sirna. Tanpa disadarinya, airmatanya menetes perlahan. Nampaknya dia masih harus bertahan di rumah itu, menjadi budak di dalam rumahnya sendiri sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. “Kamu kabur dan datang ke cafe ini hanya untuk menngis?” Haniyah lekas menghapus airmata yang menetes saat mendengar suara seorang laki-laki yang tidak lain adalah Elkan. “Kamu ngikutin aku?” tanyanya pada Elkan yang mengambil duduk di seberangnya. “Gak juga, tadi setelah kamu keluar cafe aku masih bertahan di sana membujuk Calista, tapi tidak berhasil, jadi aku keluar dan datang ke cafe ini. Ternyata malah ketemu kamu.” Haniyah berdecih. “Cih! Secantik itu dia sampai kamu memohon ke dia?” Elkan menggeleng. “Bukan karena dia cantik, tapi karena dia pilihan kakakku. Setidaknya, aku harus menunjukkan usahaku untuk mendapatkan dia. Dan sudah kulakukan meskipun tidak berhasil.” Haniyah mengangguk malas. “Kamu gak mau mempertimbangkan saran mereka?” Haniyah mendelik. “Bertukar pasangan.” Tambah Elkan membuat Haniyah mengalihkan pandangannya ke tempat lain. “Kalau mau membalas Calista jangan melibatkan aku, aku gak mau ikut campur urusan kalian.” tolak Haniyah. “Aku gak ada rencana balas dendam. Sudah kubilang aku mempertahankan Calista karena kakakku yang memilih, itu artinya aku gak punya perasaan apapun ke dia.” Elkan menyandarkan kedua lengannya di atas meja. “Selain itu, aku harus menikah agar bisa keluar dari rumah kakakku.” Haniyah melirik Elkan, kalimat terakhirnya cukup menarik perhatian Haniyah. “Maksudmu?” “Aku mau hidup mandiri, aku gak nyaman kalau terus tinggal di rumah salah satu kakakku. Tapi mereka tidak mengizinkan aku keluar dari rumah sebelum menikah. Jadi kalau kita menikah, aku bisa keluar dari rumah itu dan memulai kehidupanku sendiri tanpa campur tangan mereka.” Haniya nampak berpikir. “Aku gak menerima pernikahan kontrak.” Elkan tersenyum pias. “Aku gak ngajakin kamu nikah kontrak.” Haniyah mendelik. “Kita nikah beneran saja.” Haniyah tidak menjawab. “Itupun kalau kamu mau nikah dengan laki-laki miskin yang kerjanya cuma jadi karyawan biasa.” Haniyah menyeringai. “Bagaimana?” tanya Elkan kembali. “Entahlah.” “Apa kamu sudah terlanjur jatuh cinta sama Aryo sampai sulit menerima ajakanku?” Haniyah menggeleng. “Lalu?” “Aku belum bisa memutuskan, semua ini tidak sesuai ekspektasiku.” Gumam Haniyah. “Karena ekspektasimu dalam menikah dengan seorang calon CEO, begitu?” Haniyah mendengus kesal. “Ekspektasiku adalah menerima lamaran, menikah dan keluar dari rumah keluarga Wiryawan bersama ibuku. Tidak perduli aku menikah dengan seorang CEO atau dengan seorang gembel sekalipun.” Elkan mengerling. “Kalau begitu, kita menikah saja, bagaimana? Kita bisa sama-sama keluar dari rumah tinggal kita sebelumnya dan hidup bersama.” “Aku bahkan gak yakin kamu serius ngajak aku nikah. Aku yakin kamu cuma mau membalas dendam ke Calista karena dia menolak lamaranmu.” Elkan terkekeh. “Sudah kubilang aku gak ada rencana untuk balas dendam, tapi kalau kamu gak percaya ya sudah.” Elkan bangkit dari kursinya dan meninggalkan Haniyah yang masih menikmati minumannya di balkon cafe.‘Tidak ada ruginya sepertinya, dengan menikah dengan dia aku dan Ibu bisa keluar dari rumah Wiryawan, setelah itu kami akan menjalani kehidupan yang bebas dari belenggu keluarga almarhum ayah.’ Tapi pikiran Haniyah terlalu penuh untuk mengiyakan permintaan Elkan saat itu. Jadilah keduanya berpisah tanpa ada keputusan dari keduanya. *** Haniyah menarik nafas panjang sebelum kakinya menapaki teras rumah keluarga Wiryawan. Dia kembali ke rumah saat malam menjelang, sudah bisa dipastikan kalau dia akan menerima bentakan atau bahkan hukuman fisik dari ibu tiri dan pamannya. Haniyah berdiri di balik pintu, ketika menyadari ada tamu di dalam rumah. Hatinya sedikit lega, setidaknya dia tidak akan dimarahi saat ini, karena om dan ibu tirinya akan sangat bersikap sopan ketika ada orang bertamu ke rumah. Pelan-pelan dia mengetuk pintu, mengucap salam dan meminta izin masuk ke dalam rumah. Semua mata memandang kedatangannya sementara dia hanya sekedar melihat sekilas dan segera masuk ke ruang belakang meninggalkan dua keluarga itu melanjutkan pembicaraan mereka. Haniyah melangkah masuk ke salah satu kamar di bagian belakang. Dimana ada ibunya yang sedang menunggu kepulangannya. “Kamu baik-baik saja Nak?”“Kamu gimana sih? Kenapa ngelakuin sesuatu tanpa rundingan dulu sama Mommy?” Elvina kesal mendengar Cerita dari Calista.“Kamu juga Mas, bisa-bisanya kamu ngelakuin hal kayak gitu di rumah ini, pake ketahuan sama Elkan lagi!” Kali ini amarahnya tertuju pada Danu.“Kamu tahu kan kalau aku ngincar Humairah sudah lama? Dia akan keluar dari rumah ini sebentar lagi, ini kesempatan buat aku dapatin dia.” Kilah Danu.“Kalau terjadi sesuatu dengan dia, Haniyah bisa membuat kita kehilangan semua harta ini Mas. Mas tahu kan kalau harta ini bisa kita pakai karena dia masih hidup.” Danu menggeram.“Nanti kalau semua harta ini sudah pindah ke tangan kita, kamu bisa ngelakuin apapun sama mereka, sekarang jangan macam-macam Mas.” Teriakan Elvina menggema dalam ruangan tertutup milik keluarga Wiryawan.*Sementara itu, Haniyah sedang merawat ibunya di dalam kamar.Humairah sudah cukup lama sakit, tidak hanya fisik tapi juga mentalnya. Bukan pertama kali Danu berusaha melecehkan Humairah di rumah itu,
Sementara Haniyah sedang sibuk di gudang, Calista malah sedang membongkar isi lemari Haniyah. Dia mengambil selembar baju dan hijab yang sering dipakai Haniyah, lalu tanpa membereskannya kembali dia keluar dengan memakai pakaian Haniyah melekat di badannya.“Cih, apa bagusnya pakaian ini? Kalau bukan karena rencanaku, aku gak akan mau memakai baju murahan seperti ini.” Calista mengumpat saat pakaian Haniyah terpasang di badannya.*Di Tempat lain, Elkan sedang menatap ponselnya. Sebuah video baru masuk ke ponselnya, Elkan menggeram, meskipun tidak terlihat wajahnya tapi dari belakang terlihat kalau perempuan yang bergelayut manja di lengan pria itu adalah Haniyah.Tangan Elkan mengepal, apalagi saat melihat video lain yang masuk dan menunjukkan kalau dua orang dalam video itu masuk ke dalam hotel. Elkan mengenali hotel itu, segera diambilnya kunci mobil dan melaju ke hotel yang letaknya ditengah kota itu.Mobil Elkan membelah jalanan Jakarta, sedikit menyesal dia karena hari ini tidak
“Kamu belum terus terang ke Haniyah Kan?” Elkan dan Raisa menoleh bersamaan ke sumber suara, Raisa.“Belum Mbak, aku bingung mau cerita darimana.” Haniya memandang kakak beradik itu bergantian.“Cerita apa?” tanyanya penasaran.“Boleh Mbak yang cerita?” Elkan mengangguk mempersilahkan, kemudian Raisa memilih duduk di samping kanan Haniyah dan Ibu duduk di samping kirinya.“Kamu tahu tentang keluarga Prasetya Han?” Haniya menggeleng pelan, dia memang tidak tahu apapun tentang keluarga itu. Selama ini hidupnya hanya berkutat antara kampus dan keluarga Wiryawan.“Harly Ahmad Prasetya, seorang pengusaha yang punya banyak bisnis di masa mudanya. Meninggal dalam kecelakaan saat ketiga putranya masih duduk dibangku SD. Salah satu putranya itu adalah Elkan.” Haniyah menatap Elkan, jadi dia anak seorang pengusaha? Bukan orang biasa?“Papa meninggalkan bisnis untuk ketiga putranya sebelum Beliau meninggal.” Raisa menjeda ucapannya sesaat.“Ada tiga jenis usaha. Satu bisnis perhotelan yang saat
“Haniyah!” Haniyah yang sedang berjalan berdampingan dengan sahabatnya, Kamila menoleh ke sumber suara.Kamila berdecak kagum melihat sosok laki-laki tampan berdiri di hadapannya. Sementara Haniyah mengerjap tidak percaya melihat lelaki yang sebentar lagi menjadi suaminya itu tiba-tiba ada di area kampus.“Ngapain di sini?” Tanya Haniyah sedikit berbisik.“Mau jemput calon istri?” Sebelas alis Haniyah terangkat.Tiba-tiba sekali Elkan datang ke kampus menjemputnya, belum lagi apa tadi dia bilang? Calon istri? Wah, sebuah kemajuan sekali mendengar Elkan menyebut kata-kata itu.“Apaan sih?” Keluh Haniyah.“Calon istri? Ini calon kamu Han?” Pada akhirnya Kamila penasaran pada interaksi keduanya.Haniyah hanya tersenyum canggung. Sementara Elkan justru tersenyum lebar dan memperkenalkan diri pada Kamila.“Saya Elkan, tunangan Haniyah.” Kamila bersorak gembira mendengar kalimat Elkan. Tanpa disadarinya dia melompat lalu memeluk Haniyah.“Kok gak bilang sih kalau sudah tunangan?” Haniyah me
“Kalau aku menerima lamaranmu, kita akan menikah tanpa cinta Elkan.” Keduanya saling tatap untuk beberapa lama. “Entah suatu saat nanti akan ada cinta diantara kita atau malah salah satu dari kita akan menaruh hati pada orang lain.” Elkan mendekati Haniyah.Keduanya saling bersitatap, saling mencari jawaban dari mata lawan bicara mereka. Saling mencari ragu dari sudut pandang masing-masing.“Aku tidak berniat mempermainkan pernikahan Haniyah.” Elkan mengucapkan kalimat itu dengan pandangan serius menatap Haniyah, hingga akhirnya Haniyah memutus kontak mata mereka dan menghela nafasnya berat.“Ayo masuk.” Ajaknya.“Kamu sudah punya jawabannya?” Haniyah mengangguk. “Apa?” Elkan nampak penasaran.“Nanti di dalam aku jawab.”“Di sini dulu kenapa sih? Biar aku bisa siapkan diri untuk merespon jawaban kamu nanti.” Haniyah yang tadinya sudah berjalan ke arah pintu memutar badannya melihat Elkan sambil menyipitkan pandangannya.“Kamu berharap aku jawab apa?” tanyanya kemudian.“Diterima.” Jaw
Malam itu Haniyah tidak bisa tidur dengan nyenyak. Berulang kali memejamkan mata tapi dia tidak kunjung bisa tidur. Kalimat Aryo dan Elkan bergantian bermain di kepalanya, membuatnya merasa seperti dipermaikan keadaan.Esok harinya.Seperti biasa, Haniyah membersihkan rumah besar keluarga Wiryawan sejak subuh hari sebelum berangkat ke kampus. Meskipun dia adalah putri kandung di rumah itu, namun dia tidak diperlakukan selayaknya putri, dia lebih diperlakukan sebagai pembantu.Seandainya bisa kabur, dia akan dengan senang hati meninggalkan rumah yang semakin lama semakin terasa seperti neraka itu. Hampir tiap hari dia akan mendengar ucapan kasar untuknya dan ibunya, dan tidak jarang juga dia akan merasakan tamparan atau pukulan di salah satu anggota tubuhnya ketika dia melanggar aturan yang dibuat ibu tiri dan omnya.Kalaulah tidak terikat dengan surat wasiat kakek dan ayahnya, dia akan memilih hidup di jalan dibanding menjadi upik abu di istananya sendiri.“Keluar Han, itu ada Elkan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen