"Siapa tadi kau bilang?" Kaisar bertanya pada kasim Yassa.
"Tadi pagi, pelayan Ratu memberi tahu, jika Kaisar sudah bangun, Ratu menunggu anda di Kediaman Putra Mahkota."
Kasim Yassa yang membantu Kaisar berpakaian memberitahukan bahwa tadi Ratu menyampaikan pesan melalui pelayannya."Lebih cepat sedikit, setelahnya kita sarapan di Kediaman Putra Mahkota!!" Kaisar memberi perintah.
Langkah Kaisar semakin bergegas, sedikit kekhawatiran muncul diraut wajahnya.
Apakah Ratu mencarinya karena kondisi Mattew? Semakin memikirkannya, samakin dia merasa gelisah. "Ayo lebih cepat!!"Kaisar langsung masuk aula dalam begitu sampai di kediaman Putra Mahkota.
Di luar pintu dia melihat Roland sedang berjaga. Tampang Roland benar - benar mengenaskan, dengan kantung mata yang hitam dan wajah tampak kuyu. "Roland..." "Tampangmu buruk sekali." Roland melihat Kaisar datang dan menyapanya, dia pun memberikan hormat. "Hamba memberi hormat pada Kaisar," ucapnya sambil menundukkan kepala.Kaisar menganggukkan kepala, "Bangunlah!"
Melihat Roland beberapa saat, Kaisar sadar akan sesuatu.
"Tunggu....." "Jika kau di sini, maka..."Roland paham maksud Kaisar, jadi dia segera menjawab.
"Hamba berhasil, dia berada di dalam, kami sampai sebelum fajar tadi.""Pantas saja mukamu terlihat lelah, istirahatlah dulu, biar Salim yang berjaga di sini menggantikanmu."
" Baik, terimakasih Kaisar."
Jujur Roland memang sangat lelah, dia dipaksa berkuda tanpa henti selama empat hari oleh Maureen, bahkan sebelumnya dia juga berkuda sendiri selama empat hari saat mengantarkan surat. Total ada delapan hari dia berkuda, tubuhnya benar - benar lelah. Setelah Kaisar menyuruh dia untuk beristirahat, tentu saja dia bergegas, apa lagi ada Salim yang menggantikannya. Salim adalah pengawal pribadi Kaisar. "Hamba permisi Kaisar." Kemudian Roland berjalan menjauh dan pergi istirahat."Kau, awasi dan jaga di sini!!!"
Perintah Kaisar pada Salim."Baik.!"
Kaisar sedikit gugup. Pasalnya dia belum pernah bertemu dengan putrinya. Dia hanya mendengar tentang Maureen dari cerita Mattew dan surat yang di kirim oleh Colin.
Kaisar membuka pintu, terlihat Ratu yang duduk di samping ranjang Mattew dengan memegang tangannya. Sedangkan di kursi panjang samping ranjang terdapat sosok yang sedang tertidur."Hamba memberi hormat pada Kaisar."
Ratu berdiri dan memberi hormat.Kaisar buru - buru membangunkannya.
"Tidak usah bersikap sopan saat hanya ada kita." Kemudia Kaisar melihat Mattew dan Maureen secara bergantian. "Bagaimana keadaannya?""Mattew masih sama, dia masih belum siuman," sambil mengusap air matanya dengan sapu tangan, Ratu mulai terisak.
Kaisar menenangkannya.
"Jangan menangis, dia akan baik - baik saja."Maureen terbangun karena mendengar suara dari Kaisar dan Ratu.
Dia mengerjapkan matanya dan duduk terbangun. Saat kesadarannya kembali, dia menyadari ada Kaisar di depannya. Dia langsung berdiri dan memberi hormat. "Hamba memberi hormat pada Kaisar." Dia belum pernah melihat secara langsung Kaisar, tapi dia pernah melihat lukisannya, jadi dia langsung mengenalinya."Tidak usah sesungkan itu pada Ayah," Kaisar langsung memeluknya.
Tubuh Maureen menegang. Pelukan ini terasa aneh baginya. Dia tidak pernah menjumpai ayahnya sebelumnya, jadi hubungannya dengan ayahnya tidaklah dekat. Saat dipeluk seperti ini membuat rasa aneh dalam dirinya.
Kaisar melepaskan pelukannya.
Dia menelisik wajah putrinya. 'Mirip sekali dengan Mattew, apalagi saat dia memakai pakaian pria seperti ini, mereka benar - benar mirip'. "Kita sarapan dulu, setelahnya kita akan bicara!" Kaisar memberi perintah. Ratu dan Maureen mengangguk tanda setuju.Selang beberapa lama, saat selesai makan, mereka bertiga duduk dalam satu meja.
Mereka tau apa yang akan dibahas."Aku akan langsung ke intinya, Maureen kau tau apa maksudnya kau di minta kemari bukan?" Kaisar memandang Maureen.
Maureen mengangguk. "Kau sudah lihat kondisi adikmu, dia terkena racun kupu - kupu cahaya. Tabib Istana masih belum bisa menemukan penawarnya. Kami hanya bisa menekan racunnya sampai saat ini" Maureen mendengar dengan seksama. Sedikit paham dia sudah paham dengan keadaan Mattew."Ayah akan mengirim Mattew ke tempat yang aman dengan pengawal rahasia. Setelah Mattew keluar Istana dengan aman, kamu akan menggantikan Mattew untuk sementara."
"Setelah mendengar Mattew sakit, banyak fraksi yang meminta Andrew untuk dinobatkan sebagai Putra Mahkota." "Aku tidak bisa membiarkannya, Andrew punya sifat yang keras, belum lagi kakeknya sangat menginginkan kekuasaan." "Apa jadinya kerajaan ini jika dia naik tahta."Tatapan Maureen tajam.
Mesti hanya menduga, tapi kandidat utama yang meracuni adiknya adalah pangeran Andrew. Dia harus segera menyelidikinya semuanya dengan jelas.Dia tidak akan membiarkan siapapun menyakiti adiknya.
Kali mereka pergi secara bersama, menelusuri goa. Terlebih dulu Maureen mengambil tanaman Teratai Hijau. Mereka sepakat akan mengambil batu hijau saat kembali nanti. Perjalanan yang dilalui tidaklah terlalu sulit. Jalannya hanya dipenuhi oleh batu hijau, tetapi semakin ke dalam, batu hijau itu makin berkurang. Bahkan tidak ada cahaya yang masuk. Roland memutuskan untuk menyalakan obor yang dibawanya untuk penerangan. Sedikit bau amis tercium saat semakin masuk ke dalam goa. "Amis sekali," Bryan tak tahan untuk berkata. Maureen menyerahkan sapu tangannya untuk menutup hidung Bryan. "Semakin gelap, apakah akan kita lanjutkan?" tanya Roland. "Kita akan coba masuk sampai obor ini habis.""Bagaimana menurut kalian?" Maureen meminta pendapat. "Aku setuju, sudah sampai disini, sebaiknya lanjutkan saja," Bryan berpendapat. "Sebaiknya kita kembali dulu dan membuat persiapan yang lebih baik," Roland memberi saran. "Tidak bisa, terlalu lama dan memakan waktu.""Kita sudah kehabisan
Ketiga terpana, terlebih Maureen merasa bangga. Pasalnya tanaman Teratai Hijau muncul hanya seratus tahun sekali. Dan lagi, ini bisa menjadi bahan untuk menguatkan tubuh Mattew jika sudah sembuh dari racun Kupu Kupu Cahaya. "Kalian coba batu - batu berwarna hijau ini." Maureen menyodorkan beberapa batu kepada Roland dan Bryan. Keduanya mengambil dengan was - was. Maureen melihat reaksi mereka tak bisa untuk tidak tertawa. "Ha.. ha... ha... " "Kalian tenang saja, batu ini coba kalian sesap, rasanya manis dan itu mengandung cairan untuk memulihkan energi." "Aku tadi sudah menyesap beberapa." "Batu ini?" tanya Roland tidak percaya. Reaksi Bryan lebih parah. Dia mengendus, menjilat lalu menyesapnya. "Rasanya seperti memakan manisan mint." "Lumayan untuk dijadikan kudapan." "Apa kubilang..., enak kan?"
Bab 28"Benar - benar seperti manisan, enak sekali," Maureen berkata lirih. Tanpa sengaja matanya menangkap sesuatu yang terang di arah dalam goa. Dia segera memakai pakaiannya yang hampir kering. Kemudian segera menuju ke arah dalam goa dan memeriksa cahaya terang itu. Cahaya warna hijau tua terang yang berada di tengan sebuah batu. Maureen terkejut!! "Itu kan.....""Aku benar - benar beruntung," Maureen berteriak gembira. Itu adalah tanaman Teratai Hijau. Teratai Hijau adalah tanaman yang bisa disebut seperti tanaman mitos. Sangat berguna untuk mengembalikan stamina dan bahkan bisa membuat orang yang sudah renta menjadi sangat kuat. Kabarnya dalam seribu tahun sekali tanaman itu muncul. Dan tempat munculnya pun tidak menentu. Tergantung dari benih yang terbawa oleh angin. Maureen pernah melihat gambar Teratai Hijau dalam lukisan. Dan sekarang, dia benar - benar melihatn
Morgan segera beranjak dari duduknya. Dia keluar dan memanjat pohon. Dia duduk di atas pohon dan memandang hamparan langit malam yang berhiaskan kerlap kerlip bintang. "Setidaknya langit tidak pernah meninggalkanku." "Dia selalu mengirimkan bintang yang indah untukku." Tenggelam dalam keheningan dan kedamaian yang dia ciptakan sendiri. Morgan seolah tidak mau kembali ke kenyataan tentang siapa dirinya dan apa yang sedang dia lakukan. Bayang - bayang tentang masa lalunya yang buruk ingin sekali dilupakannya, tapi sedikit demi sedikit muncul kembali. "Kenapa harus aku?" "Ada begitu banyak manusia tapi kenapa harus aku?" Setetes air mata kembali jatuh. Morgan sebenarnya memiliki hati yang lembut. Kalau saja bukan karena ibunya, dia tidak akan bertindak sejauh ini.
Keakraban yang membuat Roland cemburu. Tanpa memperdulikan Maureen dan Bryan, dengan cekatan Roland menancapkan pegangan pada dinding - dinding tebing. Meskipun susah bagi Roland untuk masuk di pembicaraan Maureen dan juga Bryan, dia mengalihkan perhatiannya pada alat - alat yang dia pasang. Dengan cekatan dia hampir menyelesaikan semuanya. Maureen dan Bryan bahkan tidak percaya jika Roland mampu menyelesaikannya. "Bagaimana kau bisa melakukan semuanya?" Maureen berjalan mendekati Roland dan bertanya. Raut wajah ingin tau tergambar jelas di wajahnya. "Aku hanya melakukan apa yang aku bisa." "Setidaknya ini akan cukup berguna nantinya." Ketiganya memasang tali dan mengaitkannya dengan pegangan itu agar tubuh mereka tidak terjatuh. Sampai ditengah ketinggian, pemandangan yang menakjubkan tersajikan untuk mereka bertiga. Unt
Di depan sebuah gubuk kecil. Seorang berpakaian hitam berdiri sambil bersandar di dahan pohon. Wajahnya tampan dengan mata tegas dan aura dingin menyelimutinya. Dia sedang mengawasi sekitarnya, matanya yang tajam bagaikan mata elang, memandang ke depan seolah akan menguliti mangsanya. "Tuan...," seseorang yang berpakaian hitam juga muncul dari dalam gubuk dan menyapanya. Dia menoleh dengan acuh tak acuh. "Ada apa?" tanyanya. "Gadis itu sangat berisik, apa sebaiknya kita sumpal saja mulutnya?" tanya seorang berpakaian hitam yang baru saja keluar. "Biarkan saja." "Nanti kalau dia capek, dia akan berhenti sendiri," katanya sambil menatap tajam di kejauhan. Menyadari tuannya sedang menatap sesuatu, anak buahnya merasa cemas.