共有

Bab 2

作者: Lerina
last update 最終更新日: 2024-12-26 15:34:03

Hampir Fajar. 

Setelah perjalanan selama empat hari.  

Maureen dan Roland tiba di pintu gerbang  kota Herda. 

Pintu gerbang besar dan menjulang tinggi dengan megah berdiri kokoh seakan dibangun untuk melindungi kota Herda dari serangan - serangan luar. 

Roland berjalan lebih dulu dan menunjukkan plakat miliknya kepada petugas pemeriksaan. 

Setelah petugas melihat plakat milik Roland, mereka langsung hormat, dan mempersilahkan Roland masuk. 

"Dia bersamaku."

Tunjuk Roland pada Maureen.

Para petugas memberikan jalan pada Roland dan juga Maureen. 

Jarak antara pintu gerbang kota dan Istana tidaklah jauh. 

Roland menyejajarkan posisinya kudanya disamping Maureen. 

"Kita akan masuk melalui gerbang samping, akan terlalu mencolok jika kita masuk melalui gerbang depan!"

Roland memberi instruksi. 

Maureen hanya mengangguk, tidak ada emosi di wajahnya. 

Dia hanya fokus ke depan. 

Gerbang Istana bagian samping. 

Saat hari masih gelap .

Para penjaga Istana melihat dua orang menunggangi kuda menuju ke arah mereka. 

Secara prosedur, mereka harus memeriksa dan memastikan apa tujuan dua orang menuju ke Istana. 

Terlebih lagi hari masih gelap. 

"Berhenti, ada tujuan apa kalian datang ke Istana?" sang penjaga gerbang memberi pertanyaan. 

Roland turun dari kuda diikuti dengan Maureen. 

Roland berjalan mendekat ke penjaga gerbang dan menunjukkan plakat yang dia miliki. 

Penjaga gerbang terkejut setelah tau identitas Roland. 

"Anda adalah Tuan Roland, pengawal khusus Putra Mahkota."

Para penjaga itu membungkuk hormat pada Roland. 

"Maaf mengganggu perjalanan anda, silahkan masuk."

Penjaga gerbang itu bersikap lebih sopan dari sebelumnya. 

"Kalian urus kedua kuda itu!"

"Aku dan temanku akan berjalan kaki menuju kediaman Putra Mahkota!"

"Baik Tuan Roland."

Maureen memandang istana yang gemerlap. Tatapan dingin muncul dari matanya. 

Dia melihat Istana yang megah dan sangat luas. 

Pantas semua orang ingin masuk dan berkuasa di dalamnya.

Maureen memang kadang bertemu dengan adiknya, Mattew. 

Tapi, mereka lebih memilih untuk bertemu di luar Istana. 

Bukan hanya karena di luar suasana bebas, tapi jika mereka bertemu di Istana, banyak pasang mata yang akan mengawasi dan ingin tau. 

Benar - benar membuat tidak nyaman.

"Apa masih jauh?" Maureen yang berjalan mengikuti Roland mulai tidak sabar dengan lika liku jalan Istana. 

"Sebentar lagi...."

"Kediaman Putra Mahkota berada di bangunan Istana Dalam, kita harus masuk melalui bagian luar dulu baru bisa sampai," Roland menjelaskan. 

Cukup lama mereka berjalan hingga sudah sampai di area Istana dalam. 

Roland membimbing Maureen menuju kediaman Putra Mahkota. 

"Itu..." tunjuk Roland. 

"Itu adalah kediaman Putra Mahkota."

Maureen bergegas, meninggalkan Roland yang berjalan sedikit lambat. 

Dalam pikiran Maureen, dia hanya ingin tau bagaimana keadaan adiknya. 

Jika di hitung dari Mattew terkena racun, sudah hampir delapan hari berlalu. 

Dua orang pengawal yang berjaga di kediaman Putra Mahkota menghentikan Maureen yang akan masuk. 

"Berhenti, siapa kau? Lancang sekali, masih pagi buta sudah berkunjung ke sini...!!"

Maureen menatap kedua penjaga itu dengan tatapan tajam dan membunuh, seakan dari matanya dia bisa menguliti dua penjaga itu. 

Roland berlari kecil menuju depan kediaman Putra Mahkota. 

"Dia bersamaku, kalian tidak usah waspada kepadanya," Roland memberi tahu pada dua penjaga itu. 

"Ah... Tuan Roland, ternyata anda sudah kembali?"

"Itu berarti dia.... " wajah kedua penjaga itu sedikit pucat. 

Mereka adalah orang kepercayaan Kaisar, dan salah satu dari pengawal rahasia milik keluarga kerajaan. 

Mereka juga tau tentang rahasia Putri dan Pangeran kembar. 

Keduanya langsung menunduk. 

"Maaf kami tidak mengenali anda Putri Maureen...."

"Kalian tidak usah memberi hormat padaku. Aku bukan Putri, aku kemari hanya ingin melihat adikku."

Ucap Maureen dengan cuek. 

"Silahkan anda masuk."

Kedua pengawal itu memberikan akses masuk pada Maureen dan Roland. 

Setelah masuk. 

Samar - samar Maureen mendengar suara isak tangis yang tertahan. 

Dari suaranya Maureen bisa mendengar kalau itu seorang wanita. 

Dia berhenti di depan pintu kamar adiknya. Dia menghirup nafas dan mengeluarkannya, kemudian dia membuka pintu kamar adiknya. 

Seorang wanita di dalam yang sedang menangis terkejut, saat mengetahui pintu kamar terbuka. 

"Lancang sekali..!!! 

"Kau pikir kau siapa berani masuk tanpa pemberitahuan..!!!"

"Ibu... Ini aku, Maureen."

Wanita yang ternyata adalah Ratu Calista, ibu Maureen dan juga Mattew, membalikkan badan. 

"Maureen....?"

Tatapan tak percaya muncul di wajahnya. 

Dia segera berdiri dan berjalan menuju Maureen dan memeluknya. 

Ada rasa rindu yang dalam, yang dia rasakan untuk putrinya yang tidak bisa diasuhnya sejak kecil. 

Ratu Calista memeluknya dengan sangat erat. 

Ada rasa aneh yang muncul di dada Maureen. 

Jujur dia memang tidak terlalu dekat dengan ibunya. Tapi dipeluk ibunya seperti ini membuat dia nyaman. 

Maureen pun membalas pelukan ibunya. 

"Maureen, adikmu... adikmu....," dengan tersedu - sedu Ratu berkata pada Maureen. 

Maureen tau ibunya sangat sedih, jadi dia sedikit menghibur ibunya. 

"Ibu tenanglah, tidak akan ada yang terjadi dengan Mattew. Dia akan sembuh dan baik - baik saja. Aku sudah ada disini."

Ratu Calista melepaskan pelukannya dan mengangguk mendengar ucapan Maureen. 

Dia membingkai wajah putrinya dengan tatapan lembut, ada rasa bersalah dalam hatinya melihat putrinya tumbuh jauh darinya. 

"Kakakku benar - benar menjagamu dengan baik."

"Istirahatlah lebih dulu, nanti setelah terang aku akan beri tahu ayahmu tentang kedatanganmu."

"Aku akan menyuruh pelayan menyiapkan kasur untukmu."

Maureen segera memotong. 

"Tidak usah ibu, keberadaanku bisa terekspos jika ibu meminta pelayan membersihkan kamar untukku."

"Ah.. Iya, maaf ibu benar -benar lupa karena senang kau bisa kemari."

"Aku bisa tidur di kursi dulu."

Maureen bisa melihat jika ibunya sedikit linglung karena khawatir dengan kondisi adiknya. 

Maureen berjalan ke kursi panjang yang ada di samping kasur Mattew, dia segera berbaring untuk istirahat. 

Jujur dia sangat lelah karena selama empat hari melakukan perjalanan tanpa henti.

Dia juga seorang manusia yang butuh istirahat.

Roland yang dari tadi berdiri di luar pintu hanya mendengarkan interaksi anatara ibu dan putrinya. 

Dulu dia pernah mendengar Mattew berkata bila jika dia jadi Kaisar, maka dia akan membawa kembali pulang kakaknya, agar mereka sekeluarga bisa berkumpul. 

Sepertinya harapan Mattew sedikit terkabul. 

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 30

    Kali mereka pergi secara bersama, menelusuri goa. Terlebih dulu Maureen mengambil tanaman Teratai Hijau. Mereka sepakat akan mengambil batu hijau saat kembali nanti. Perjalanan yang dilalui tidaklah terlalu sulit. Jalannya hanya dipenuhi oleh batu hijau, tetapi semakin ke dalam, batu hijau itu makin berkurang. Bahkan tidak ada cahaya yang masuk. Roland memutuskan untuk menyalakan obor yang dibawanya untuk penerangan. Sedikit bau amis tercium saat semakin masuk ke dalam goa. "Amis sekali," Bryan tak tahan untuk berkata. Maureen menyerahkan sapu tangannya untuk menutup hidung Bryan. "Semakin gelap, apakah akan kita lanjutkan?" tanya Roland. "Kita akan coba masuk sampai obor ini habis.""Bagaimana menurut kalian?" Maureen meminta pendapat. "Aku setuju, sudah sampai disini, sebaiknya lanjutkan saja," Bryan berpendapat. "Sebaiknya kita kembali dulu dan membuat persiapan yang lebih baik," Roland memberi saran. "Tidak bisa, terlalu lama dan memakan waktu.""Kita sudah kehabisan

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 29

    Ketiga terpana, terlebih Maureen merasa bangga. Pasalnya tanaman Teratai Hijau muncul hanya seratus tahun sekali. Dan lagi, ini bisa menjadi bahan untuk menguatkan tubuh Mattew jika sudah sembuh dari racun Kupu Kupu Cahaya. "Kalian coba batu - batu berwarna hijau ini." Maureen menyodorkan beberapa batu kepada Roland dan Bryan. Keduanya mengambil dengan was - was. Maureen melihat reaksi mereka tak bisa untuk tidak tertawa. "Ha.. ha... ha... " "Kalian tenang saja, batu ini coba kalian sesap, rasanya manis dan itu mengandung cairan untuk memulihkan energi." "Aku tadi sudah menyesap beberapa." "Batu ini?" tanya Roland tidak percaya. Reaksi Bryan lebih parah. Dia mengendus, menjilat lalu menyesapnya. "Rasanya seperti memakan manisan mint." "Lumayan untuk dijadikan kudapan." "Apa kubilang..., enak kan?"

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 28

    Bab 28"Benar - benar seperti manisan, enak sekali," Maureen berkata lirih. Tanpa sengaja matanya menangkap sesuatu yang terang di arah dalam goa. Dia segera memakai pakaiannya yang hampir kering. Kemudian segera menuju ke arah dalam goa dan memeriksa cahaya terang itu. Cahaya warna hijau tua terang yang berada di tengan sebuah batu. Maureen terkejut!! "Itu kan.....""Aku benar - benar beruntung," Maureen berteriak gembira. Itu adalah tanaman Teratai Hijau. Teratai Hijau adalah tanaman yang bisa disebut seperti tanaman mitos. Sangat berguna untuk mengembalikan stamina dan bahkan bisa membuat orang yang sudah renta menjadi sangat kuat. Kabarnya dalam seribu tahun sekali tanaman itu muncul. Dan tempat munculnya pun tidak menentu. Tergantung dari benih yang terbawa oleh angin. Maureen pernah melihat gambar Teratai Hijau dalam lukisan. Dan sekarang, dia benar - benar melihatn

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 27

    Morgan segera beranjak dari duduknya. Dia keluar dan memanjat pohon. Dia duduk di atas pohon dan memandang hamparan langit malam yang berhiaskan kerlap kerlip bintang. "Setidaknya langit tidak pernah meninggalkanku." "Dia selalu mengirimkan bintang yang indah untukku." Tenggelam dalam keheningan dan kedamaian yang dia ciptakan sendiri. Morgan seolah tidak mau kembali ke kenyataan tentang siapa dirinya dan apa yang sedang dia lakukan. Bayang - bayang tentang masa lalunya yang buruk ingin sekali dilupakannya, tapi sedikit demi sedikit muncul kembali. "Kenapa harus aku?" "Ada begitu banyak manusia tapi kenapa harus aku?" Setetes air mata kembali jatuh. Morgan sebenarnya memiliki hati yang lembut. Kalau saja bukan karena ibunya, dia tidak akan bertindak sejauh ini.

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 26

    Keakraban yang membuat Roland cemburu. Tanpa memperdulikan Maureen dan Bryan, dengan cekatan Roland menancapkan pegangan pada dinding - dinding tebing. Meskipun susah bagi Roland untuk masuk di pembicaraan Maureen dan juga Bryan, dia mengalihkan perhatiannya pada alat - alat yang dia pasang. Dengan cekatan dia hampir menyelesaikan semuanya. Maureen dan Bryan bahkan tidak percaya jika Roland mampu menyelesaikannya. "Bagaimana kau bisa melakukan semuanya?" Maureen berjalan mendekati Roland dan bertanya. Raut wajah ingin tau tergambar jelas di wajahnya. "Aku hanya melakukan apa yang aku bisa." "Setidaknya ini akan cukup berguna nantinya." Ketiganya memasang tali dan mengaitkannya dengan pegangan itu agar tubuh mereka tidak terjatuh. Sampai ditengah ketinggian, pemandangan yang menakjubkan tersajikan untuk mereka bertiga. Unt

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 25

    Di depan sebuah gubuk kecil. Seorang berpakaian hitam berdiri sambil bersandar di dahan pohon. Wajahnya tampan dengan mata tegas dan aura dingin menyelimutinya. Dia sedang mengawasi sekitarnya, matanya yang tajam bagaikan mata elang, memandang ke depan seolah akan menguliti mangsanya. "Tuan...," seseorang yang berpakaian hitam juga muncul dari dalam gubuk dan menyapanya. Dia menoleh dengan acuh tak acuh. "Ada apa?" tanyanya. "Gadis itu sangat berisik, apa sebaiknya kita sumpal saja mulutnya?" tanya seorang berpakaian hitam yang baru saja keluar. "Biarkan saja." "Nanti kalau dia capek, dia akan berhenti sendiri," katanya sambil menatap tajam di kejauhan. Menyadari tuannya sedang menatap sesuatu, anak buahnya merasa cemas.

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status