Share

Bab 2

Penulis: Lerina
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-26 15:34:03

Hampir Fajar. 

Setelah perjalanan selama empat hari.  

Maureen dan Roland tiba di pintu gerbang  kota Herda. 

Pintu gerbang besar dan menjulang tinggi dengan megah berdiri kokoh seakan dibangun untuk melindungi kota Herda dari serangan - serangan luar. 

Roland berjalan lebih dulu dan menunjukkan plakat miliknya kepada petugas pemeriksaan. 

Setelah petugas melihat plakat milik Roland, mereka langsung hormat, dan mempersilahkan Roland masuk. 

"Dia bersamaku."

Tunjuk Roland pada Maureen.

Para petugas memberikan jalan pada Roland dan juga Maureen. 

Jarak antara pintu gerbang kota dan Istana tidaklah jauh. 

Roland menyejajarkan posisinya kudanya disamping Maureen. 

"Kita akan masuk melalui gerbang samping, akan terlalu mencolok jika kita masuk melalui gerbang depan!"

Roland memberi instruksi. 

Maureen hanya mengangguk, tidak ada emosi di wajahnya. 

Dia hanya fokus ke depan. 

Gerbang Istana bagian samping. 

Saat hari masih gelap .

Para penjaga Istana melihat dua orang menunggangi kuda menuju ke arah mereka. 

Secara prosedur, mereka harus memeriksa dan memastikan apa tujuan dua orang menuju ke Istana. 

Terlebih lagi hari masih gelap. 

"Berhenti, ada tujuan apa kalian datang ke Istana?" sang penjaga gerbang memberi pertanyaan. 

Roland turun dari kuda diikuti dengan Maureen. 

Roland berjalan mendekat ke penjaga gerbang dan menunjukkan plakat yang dia miliki. 

Penjaga gerbang terkejut setelah tau identitas Roland. 

"Anda adalah Tuan Roland, pengawal khusus Putra Mahkota."

Para penjaga itu membungkuk hormat pada Roland. 

"Maaf mengganggu perjalanan anda, silahkan masuk."

Penjaga gerbang itu bersikap lebih sopan dari sebelumnya. 

"Kalian urus kedua kuda itu!"

"Aku dan temanku akan berjalan kaki menuju kediaman Putra Mahkota!"

"Baik Tuan Roland."

Maureen memandang istana yang gemerlap. Tatapan dingin muncul dari matanya. 

Dia melihat Istana yang megah dan sangat luas. 

Pantas semua orang ingin masuk dan berkuasa di dalamnya.

Maureen memang kadang bertemu dengan adiknya, Mattew. 

Tapi, mereka lebih memilih untuk bertemu di luar Istana. 

Bukan hanya karena di luar suasana bebas, tapi jika mereka bertemu di Istana, banyak pasang mata yang akan mengawasi dan ingin tau. 

Benar - benar membuat tidak nyaman.

"Apa masih jauh?" Maureen yang berjalan mengikuti Roland mulai tidak sabar dengan lika liku jalan Istana. 

"Sebentar lagi...."

"Kediaman Putra Mahkota berada di bangunan Istana Dalam, kita harus masuk melalui bagian luar dulu baru bisa sampai," Roland menjelaskan. 

Cukup lama mereka berjalan hingga sudah sampai di area Istana dalam. 

Roland membimbing Maureen menuju kediaman Putra Mahkota. 

"Itu..." tunjuk Roland. 

"Itu adalah kediaman Putra Mahkota."

Maureen bergegas, meninggalkan Roland yang berjalan sedikit lambat. 

Dalam pikiran Maureen, dia hanya ingin tau bagaimana keadaan adiknya. 

Jika di hitung dari Mattew terkena racun, sudah hampir delapan hari berlalu. 

Dua orang pengawal yang berjaga di kediaman Putra Mahkota menghentikan Maureen yang akan masuk. 

"Berhenti, siapa kau? Lancang sekali, masih pagi buta sudah berkunjung ke sini...!!"

Maureen menatap kedua penjaga itu dengan tatapan tajam dan membunuh, seakan dari matanya dia bisa menguliti dua penjaga itu. 

Roland berlari kecil menuju depan kediaman Putra Mahkota. 

"Dia bersamaku, kalian tidak usah waspada kepadanya," Roland memberi tahu pada dua penjaga itu. 

"Ah... Tuan Roland, ternyata anda sudah kembali?"

"Itu berarti dia.... " wajah kedua penjaga itu sedikit pucat. 

Mereka adalah orang kepercayaan Kaisar, dan salah satu dari pengawal rahasia milik keluarga kerajaan. 

Mereka juga tau tentang rahasia Putri dan Pangeran kembar. 

Keduanya langsung menunduk. 

"Maaf kami tidak mengenali anda Putri Maureen...."

"Kalian tidak usah memberi hormat padaku. Aku bukan Putri, aku kemari hanya ingin melihat adikku."

Ucap Maureen dengan cuek. 

"Silahkan anda masuk."

Kedua pengawal itu memberikan akses masuk pada Maureen dan Roland. 

Setelah masuk. 

Samar - samar Maureen mendengar suara isak tangis yang tertahan. 

Dari suaranya Maureen bisa mendengar kalau itu seorang wanita. 

Dia berhenti di depan pintu kamar adiknya. Dia menghirup nafas dan mengeluarkannya, kemudian dia membuka pintu kamar adiknya. 

Seorang wanita di dalam yang sedang menangis terkejut, saat mengetahui pintu kamar terbuka. 

"Lancang sekali..!!! 

"Kau pikir kau siapa berani masuk tanpa pemberitahuan..!!!"

"Ibu... Ini aku, Maureen."

Wanita yang ternyata adalah Ratu Calista, ibu Maureen dan juga Mattew, membalikkan badan. 

"Maureen....?"

Tatapan tak percaya muncul di wajahnya. 

Dia segera berdiri dan berjalan menuju Maureen dan memeluknya. 

Ada rasa rindu yang dalam, yang dia rasakan untuk putrinya yang tidak bisa diasuhnya sejak kecil. 

Ratu Calista memeluknya dengan sangat erat. 

Ada rasa aneh yang muncul di dada Maureen. 

Jujur dia memang tidak terlalu dekat dengan ibunya. Tapi dipeluk ibunya seperti ini membuat dia nyaman. 

Maureen pun membalas pelukan ibunya. 

"Maureen, adikmu... adikmu....," dengan tersedu - sedu Ratu berkata pada Maureen. 

Maureen tau ibunya sangat sedih, jadi dia sedikit menghibur ibunya. 

"Ibu tenanglah, tidak akan ada yang terjadi dengan Mattew. Dia akan sembuh dan baik - baik saja. Aku sudah ada disini."

Ratu Calista melepaskan pelukannya dan mengangguk mendengar ucapan Maureen. 

Dia membingkai wajah putrinya dengan tatapan lembut, ada rasa bersalah dalam hatinya melihat putrinya tumbuh jauh darinya. 

"Kakakku benar - benar menjagamu dengan baik."

"Istirahatlah lebih dulu, nanti setelah terang aku akan beri tahu ayahmu tentang kedatanganmu."

"Aku akan menyuruh pelayan menyiapkan kasur untukmu."

Maureen segera memotong. 

"Tidak usah ibu, keberadaanku bisa terekspos jika ibu meminta pelayan membersihkan kamar untukku."

"Ah.. Iya, maaf ibu benar -benar lupa karena senang kau bisa kemari."

"Aku bisa tidur di kursi dulu."

Maureen bisa melihat jika ibunya sedikit linglung karena khawatir dengan kondisi adiknya. 

Maureen berjalan ke kursi panjang yang ada di samping kasur Mattew, dia segera berbaring untuk istirahat. 

Jujur dia sangat lelah karena selama empat hari melakukan perjalanan tanpa henti.

Dia juga seorang manusia yang butuh istirahat.

Roland yang dari tadi berdiri di luar pintu hanya mendengarkan interaksi anatara ibu dan putrinya. 

Dulu dia pernah mendengar Mattew berkata bila jika dia jadi Kaisar, maka dia akan membawa kembali pulang kakaknya, agar mereka sekeluarga bisa berkumpul. 

Sepertinya harapan Mattew sedikit terkabul. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 3

    "Siapa tadi kau bilang?" Kaisar bertanya pada kasim Yassa. "Tadi pagi, pelayan Ratu memberi tahu, jika Kaisar sudah bangun, Ratu menunggu anda di Kediaman Putra Mahkota." Kasim Yassa yang membantu Kaisar berpakaian memberitahukan bahwa tadi Ratu menyampaikan pesan melalui pelayannya. "Lebih cepat sedikit, setelahnya kita sarapan di Kediaman Putra Mahkota!!" Kaisar memberi perintah.Langkah Kaisar semakin bergegas, sedikit kekhawatiran muncul diraut wajahnya. Apakah Ratu mencarinya karena kondisi Mattew? Semakin memikirkannya, samakin dia merasa gelisah. "Ayo lebih cepat!!"Kaisar langsung masuk aula dalam begitu sampai di kediaman Putra Mahkota. Di luar pintu dia melihat Roland sedang berjaga. Tampang Roland benar - benar mengenaskan, dengan kantung mata yang hitam dan wajah tampak kuyu. "Roland..." "Tampangmu buruk sekali." Roland melihat Kaisar datang dan menyapanya, dia pun memberikan hormat. "Hamba memberi hormat pada Kaisar," ucapnya sambil menundukkan kepala.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 4

    Hari sudah semakin terang. Kaisar harus meninggalkan mereka untuk rapat dengan para menteri. Sebelum pergi, tadi dia meminta Maureen untuk membersihkan diri dan mengenakan pakaian Mattew. Kaisar ingin Ratu mengajak Maureen berkeliling, selain untuk memperkenalkan Maureen pada tempat - tempat di Istana, itu juga bertujuan untuk mberi tahu semua orang bahwa Putra Mahkota sudah sehat. Sehingga dia bisa mencegah para menteri yang meminta Mattew turun tahta. Seseorang pelayan wanita masuk ke kamar Putra Mahkota. "Dia adalah Mulan, dia akan melayanimu saat kau ada dalam kamarmu.""Sedangkan kasim Haris, hanya melayanimu sebagai formalitas dimata orang luar, "Ratu Calista menjelaskan. "Untuk sementara kamu akan menempati kamar sebelah." "Setelah Mattew dibawa keluar Istana, kau bisa menempati kamarnya." "Kamu tenang saja, aku dan ayahmu sudah mengganti semua pelayan dan pengawal di Kediaman ini dengan orang - orang kepercayaan kami."Maureen yang awalnya khawatir dengan identita

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 5

    Kediaman Ibu Suri."Yang Mulia Ibu Suri, Yang Mulia Ratu dan Putra Mahkota meminta ijin untuk menemui anda," ucap pelayan. Ibu Suri yang hendak meminum teh menghentikan aktivitasnya. Dia menatap dayang pengasuhnya, bibi Nanik dengan bingung. "Bukankah kondisi Putra Mahkota sedang koma? Kenapa dia bisa berada di sini? Dia sudah sembuh?""Maaf, hamba juga tidak tau Yang Mulia," bibi Nanik dengan bingung menjawab pertanyaan Ibu Suri. "Suruh mereka masuk!!!" Ibu Suri memberi perintah. Setelah mendapat ijin dari Ibu Suri, Ratu Calista masuk lebih dulu diikuti oleh Maureen. "Hamba memberi hormat pada Ibu." Dengan lembut Ratu memberi hormat pada Ibu Suri. "Hamba memberi hormat pada nenek," Maureen yang berada di sebelah Ratu juga melakukan penghormatan. "Bangunlah kalian!!""Pelayan, siapkan teh untuk Ratu dan Putra Mahkota!!" Ibu Suri memberi perintah. Ratu segera menolak. "Maaf Ibu, kami hanya mampir sebentar." "Kami mampir hanya ingin menyapa anda, dan memberitahu kalau kea

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 6

    "Dia sudah bangun?"Tangan Pengeran Andrew yang hendak makan tiba - tiba terhenti karena menerima kabar ini. "Keberuntungan benar - benar berada di dekatnya." Jika di pikir - pikir nasib Putra Mahkota benar - benar beruntung. Dia yang terkena racun mematikan dan masuk dalam kondisi vegetatif bisa bangun bahkan belum ada sebulan. Bukankah sesuatu yang sangat ajaib. Pangeran Andrew yang mendengar laporan bawahannya hanya bisa tersenyum sinis. Rasa iri yang terlihat jelas muncul diwajahnya. Seandainya....... Ah..Semakin dia memikirkannya, semakin dia membenci dirinya sendiri.Pangeran Andrew adalah anak Kaisar dari selir Jeslin. Selir yang seharusnya menjadi Ratu. Tetapi karena Kaisar lebih memilih Calista menjadi Ratunya, menyebabkan Jeslin harus menerima dia hanya menjadi seorang selir. "Roy... !!!" "Kita ke arena pacuan kuda.""Baik, pangeran..." Roy yang mendapatkan perintah langsung menyiapkan pakaian berkuda Pangeran Andrew. Pangeran Andrew dan Roy kasimnya, men

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 7

    Angin bertiup dengan pelan, membawa beterbangan daun - daun berwarna kuning yang sudah jatuh dari ranting - ranting pohon.Sebuah hutan yang cukup jauh dari kerajaan.Hutan yang jarang terkena sinar matahari, membuat tanahnya lembab dan basah.Banyak hewan -hewan berbisa hidup di dalam hutan tersebut.Terdapat sebuat tempat di sisi hutan tersebut.Terlihat seperti lubang goa yang sempit, padahal jika di masuki goa itu menyimpan ruangan yang cukup besar di dalamnya.Dalam sebuah ruangan rahasia, sebuah goa yang cukup besar di dalamnya terdapat seorang wanita tua sedang menyiapkan sebuah ramuan di dalam kuali yang ada di atas tungku .Mulutnya tak henti - henti tertawa karena merasa rencananya sudah berhasil.Sambil terus mengaduk - aduk kuali tersebut dia menambahkan bahan - bahan ke dalamnya.Suhu kuali yang sangat panas, tidak menghilangkan bau busuk dan lembab yang ada di dalam goa. Terlebih lagi, bangkai tikus dan burung yang berserakan menambah bau tidak sedap dalam goa itu.kSeak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 8

    Dua hari berlalu, Maureen sudah bisa menghafal letak, nama dan kegunaan bangunan - bangunan yang ada di Istana. Dia juga sudah mengawasi Rumah Lebah Es yang berada di taman tengah. Nanti malam adalah saat dimana Mattew akan dikirim keluar untuk menjalani pengobatan khusus. Kaisar bahkan sudah menyiapkan pengawal khusus yang akan melindungi Mattew. Tiba - tiba pengawal meminta ijin untuk melapor pada Maureen yang sedang belajar di aula dalam kediaman Putra Mahkota. "Kau bilang tadi siapa?" Maureen yang sedang membaca buku, mau tidak mau meletakkan bukunya. "Ada seseorang di gerbang depan yang mengaku sebagai teman anda Yang Mulia." "Dia berkata dari keluarga Shilan."Maureen sedikit memijit pelipisnya. Ternyata rasa kedutan yang dia rasakan dua hari ini berasal dari kedatangan Bryan. Bagaimana orang itu bisa sampai berada disini? "Suruh dia masuk, dan langsung bawa ke kediamanku..!""Baik Yang Mulia." Pengawal itu langsung keluar dan pergi menuju gerbang depan. Bryan de

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 9

    Setelah kepergian Bryan, Maureen dengan langkah cepat pergi ke ruang kerja Istana. Saat tengah hari biasanya Kaisar akan berada di sana untuk memeriksa laporan dari para menteri. Haris yang mengikuti dibelakangnya terpaksa harus sedikit berlari untuk mengimbangi langkah Maureen. "Apa Kaisar ada didalam?" Maureen melihat kasim Luo yang berdiri didepan pintu ruang kerja. "Hormat pada Yang Mulia Putra Mahkota." "Menjawab Putra Mahkota." "Kaisar ada didalam, apakah anda ingin menemuinya?""Ya..,aku ingin menemuinya," jawab Maureen. "Sebentar, akan hamba sampaikan kedatangan anda pada Kaisar." "Mohon anda tunggu sebentar." Kasim Luo berbalik dan masuk ke dalam ruang kerja. Maureen menunggu dengan tidak sabaran. Dia terus meremas kedua tangannya tanda tak sabar."Putra Mahkota?" "Ada apa dia kesini?""Hamba tidak tau Kaisar, tadi Putra Mahkota hanya berkata ingin menemui anda." Kasim Luo memberitahukan. "Suruh dia masuk!""Baik Kaisar.""Yang Mulia..." "Kaisar mengijinkan a

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 10

    Malamnya. Proses pemindahan Mattew keluar dari Istana diawasi ketat oleh Kaisar. Bahkan Kaisar dan Ratu sendiri berada di Kediaman Putra Mahkota untuk mengantarnya. Saat ini Maureen mengenakan pakaian prianya dia menutup separuh wajahnya menggunakan kain hitam. Dia akan ikut mengantar Mattew menuju tenpat persembunyian yang sudah disiapkan oleh ayahnya. "Kau akan ikut mengantarnya," Ratu Calista melihat Maureen yang mengenakan pakaian prianya tak tahan untuk bertanya. "Iya ibu, lagipula nanti aku harus menemui temanku di luar gerbang kota." Maureen menjelaskan bahwa dia akan menemui Bryan di kluar gerbang kota. "Pastikan semuanya sudah siap dan tidak ada kesalahan." Kali ini Salim diminta Kaisar untuk memimpin pengawal khusus yang ditugaskan untuk melindungi Mattew. Roland yang tadi siang menerima surat Maureen, langsung datang ke Istana begitu mengetahui rencana ini. Sebenarnya dia ingin ikut melindungi Mattew di tempat persembunyian, tapi Kaisar menolak, karena akan s

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15

Bab terbaru

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 30

    Kali mereka pergi secara bersama, menelusuri goa. Terlebih dulu Maureen mengambil tanaman Teratai Hijau. Mereka sepakat akan mengambil batu hijau saat kembali nanti. Perjalanan yang dilalui tidaklah terlalu sulit. Jalannya hanya dipenuhi oleh batu hijau, tetapi semakin ke dalam, batu hijau itu makin berkurang. Bahkan tidak ada cahaya yang masuk. Roland memutuskan untuk menyalakan obor yang dibawanya untuk penerangan. Sedikit bau amis tercium saat semakin masuk ke dalam goa. "Amis sekali," Bryan tak tahan untuk berkata. Maureen menyerahkan sapu tangannya untuk menutup hidung Bryan. "Semakin gelap, apakah akan kita lanjutkan?" tanya Roland. "Kita akan coba masuk sampai obor ini habis.""Bagaimana menurut kalian?" Maureen meminta pendapat. "Aku setuju, sudah sampai disini, sebaiknya lanjutkan saja," Bryan berpendapat. "Sebaiknya kita kembali dulu dan membuat persiapan yang lebih baik," Roland memberi saran. "Tidak bisa, terlalu lama dan memakan waktu.""Kita sudah kehabisan

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 29

    Ketiga terpana, terlebih Maureen merasa bangga. Pasalnya tanaman Teratai Hijau muncul hanya seratus tahun sekali. Dan lagi, ini bisa menjadi bahan untuk menguatkan tubuh Mattew jika sudah sembuh dari racun Kupu Kupu Cahaya. "Kalian coba batu - batu berwarna hijau ini." Maureen menyodorkan beberapa batu kepada Roland dan Bryan. Keduanya mengambil dengan was - was. Maureen melihat reaksi mereka tak bisa untuk tidak tertawa. "Ha.. ha... ha... " "Kalian tenang saja, batu ini coba kalian sesap, rasanya manis dan itu mengandung cairan untuk memulihkan energi." "Aku tadi sudah menyesap beberapa." "Batu ini?" tanya Roland tidak percaya. Reaksi Bryan lebih parah. Dia mengendus, menjilat lalu menyesapnya. "Rasanya seperti memakan manisan mint." "Lumayan untuk dijadikan kudapan." "Apa kubilang..., enak kan?"

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 28

    Bab 28"Benar - benar seperti manisan, enak sekali," Maureen berkata lirih. Tanpa sengaja matanya menangkap sesuatu yang terang di arah dalam goa. Dia segera memakai pakaiannya yang hampir kering. Kemudian segera menuju ke arah dalam goa dan memeriksa cahaya terang itu. Cahaya warna hijau tua terang yang berada di tengan sebuah batu. Maureen terkejut!! "Itu kan.....""Aku benar - benar beruntung," Maureen berteriak gembira. Itu adalah tanaman Teratai Hijau. Teratai Hijau adalah tanaman yang bisa disebut seperti tanaman mitos. Sangat berguna untuk mengembalikan stamina dan bahkan bisa membuat orang yang sudah renta menjadi sangat kuat. Kabarnya dalam seribu tahun sekali tanaman itu muncul. Dan tempat munculnya pun tidak menentu. Tergantung dari benih yang terbawa oleh angin. Maureen pernah melihat gambar Teratai Hijau dalam lukisan. Dan sekarang, dia benar - benar melihatn

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 27

    Morgan segera beranjak dari duduknya. Dia keluar dan memanjat pohon. Dia duduk di atas pohon dan memandang hamparan langit malam yang berhiaskan kerlap kerlip bintang. "Setidaknya langit tidak pernah meninggalkanku." "Dia selalu mengirimkan bintang yang indah untukku." Tenggelam dalam keheningan dan kedamaian yang dia ciptakan sendiri. Morgan seolah tidak mau kembali ke kenyataan tentang siapa dirinya dan apa yang sedang dia lakukan. Bayang - bayang tentang masa lalunya yang buruk ingin sekali dilupakannya, tapi sedikit demi sedikit muncul kembali. "Kenapa harus aku?" "Ada begitu banyak manusia tapi kenapa harus aku?" Setetes air mata kembali jatuh. Morgan sebenarnya memiliki hati yang lembut. Kalau saja bukan karena ibunya, dia tidak akan bertindak sejauh ini.

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 26

    Keakraban yang membuat Roland cemburu. Tanpa memperdulikan Maureen dan Bryan, dengan cekatan Roland menancapkan pegangan pada dinding - dinding tebing. Meskipun susah bagi Roland untuk masuk di pembicaraan Maureen dan juga Bryan, dia mengalihkan perhatiannya pada alat - alat yang dia pasang. Dengan cekatan dia hampir menyelesaikan semuanya. Maureen dan Bryan bahkan tidak percaya jika Roland mampu menyelesaikannya. "Bagaimana kau bisa melakukan semuanya?" Maureen berjalan mendekati Roland dan bertanya. Raut wajah ingin tau tergambar jelas di wajahnya. "Aku hanya melakukan apa yang aku bisa." "Setidaknya ini akan cukup berguna nantinya." Ketiganya memasang tali dan mengaitkannya dengan pegangan itu agar tubuh mereka tidak terjatuh. Sampai ditengah ketinggian, pemandangan yang menakjubkan tersajikan untuk mereka bertiga. Unt

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 25

    Di depan sebuah gubuk kecil. Seorang berpakaian hitam berdiri sambil bersandar di dahan pohon. Wajahnya tampan dengan mata tegas dan aura dingin menyelimutinya. Dia sedang mengawasi sekitarnya, matanya yang tajam bagaikan mata elang, memandang ke depan seolah akan menguliti mangsanya. "Tuan...," seseorang yang berpakaian hitam juga muncul dari dalam gubuk dan menyapanya. Dia menoleh dengan acuh tak acuh. "Ada apa?" tanyanya. "Gadis itu sangat berisik, apa sebaiknya kita sumpal saja mulutnya?" tanya seorang berpakaian hitam yang baru saja keluar. "Biarkan saja." "Nanti kalau dia capek, dia akan berhenti sendiri," katanya sambil menatap tajam di kejauhan. Menyadari tuannya sedang menatap sesuatu, anak buahnya merasa cemas.

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 24

    Di tempat lain. Maira merasakan nyeri di belakang kepalanya. Pandangannya gelap karena matanya ditutup menggunakan kain hitam. Tangannya diikat di belakang tubuhnya. Sedangkan tubuhnya diikat di tiang. Samar - samar, Maira masih bisa mendengar suara seseorang sedang menyesap minumannya. Bau arak bercampur sesuatu ramuan tercium jelas di hidungnya. "Siapa kau!!" teriaknya. Untung saja mulut Meira tidak disekap, jadi dia bisa berteriak melampiaskan kekesalannya. Tidak mendapat jawaban Maira menggeliat berusaha melepaskan ikatan di tubuhnya. Tapi usahanya sia - sia. "Sialan..!!!" umpatnya. "Diamlah gadis kecil, sekeras apapun kau berteriak dan berusaha melepaskan talinya, itu sudah tidak berguna." "Jadi diamlah dan simpan tenagamu." Suara itu... Itu suara laki - laki. Maira terdiam, meski tidak terlalu pandai bela diri, dia bisa menebak jika orang yang menyekapnya bukan orang sembarangan. Yang perlu dia lakukan sekarang adalah diam mengamat

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 23

    Dengan nafas yang tersenggal - senggal, seorang pria dengan baju basah kuyup masuk kedalam sebuah penginapan. Para pelayan melihatnya dengan terkejut. Tampangnya mengenaskan, dengan banyak noda lumpur yang menempel di wajahnya. Dia bergegas masuk dan bertanya ke meja penjaga. "Apakah sekitar kemarin ada dua orang laki - laki yang menginap disini?" Kemudian pria itu mengatakan ciri - ciri mereka. Penjaga penginapan itu mengingat - ingat, dan tersadar. "Ah...ada..., kemarin ada dua orang pria yang memesan dua kamar tidur." "Mereka bilang sedang menunggu teman mereka." Penjaga penginapan menelisik wajah yang ada dihadapannya. "Apakah kau salah satu dari mereka?" "Kau yang mereka tunggu...?" tanyanya dengan ragu - ragu.

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 22

    Tidak ada jawaban pasti yang diterima oleh Maira. Bahkan ayahnya seperti menyembunyikan sesuatu. Rasa cinta yang dia rasakan selama 5 tahun ini seperti sia - sia. Bahkan kak Bryan juga tidak menemuinya. Bukankah seharusnya kak Bryan menyapanya dan sekedar menanyakan kabarnya. Tapi sama sekali dia tidak perduli. "Ayah....," Maira dengan terisak - isak memanggil ayahnya. Tuan Mahesa Huang, ayah Maira hanya bisa diam saja. "Jangan seperti anak kecil Maira, kau sudah dewasa, maka bersikaplah seperti orang dewasa," ayahnya berkata. Mendapat jawaban yang tidak memuaskan dari ayahnya, Maira menjadi lebih sakit hati. Dia seperti dipermainkan. "Silahkan kalian istirahat di kamar tamu, aku sudah menyiapkannya, " Jimmy Shilan berkata. "Maaf sudah merepotkan anda tuan Shilan," ayah Maira tidak enak dengan kebaikan tuan Shilan.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status