Home / Young Adult / SARGIO / SARGIO. 1

Share

SARGIO. 1

Author: Fitafyy
last update Last Updated: 2021-08-02 17:20:51

Ntah hari yang buruk atau hari yang sangat istimewa, karena pada hari itu Tuhan mempertemukan kita.

-

-

-

___Happy Reading___

Suara TV yang cukup keras mengisi kekosongan ruang keluarga. Seseorang kini tengah asik bermain ponsel sambil rebahan pada sofa dengan bungkus camilan yang berserakan di sekitar meja membuat sang Kakak geleng-geleng kepala melihat kelakuan Adik semata wayangnya itu. Selalu seperti itu setiap kali menonton TV malah jadi TV yang menonton dirinya.

Arkan Adelard Putra itulah namanya, lelaki yang kerap disapa Arkan itu melihat Salsa berjalan melewatinya tanpa menegur. "Mau ke mana Kak?" tanya Arkan penasaran karena Salsa berjalan menuju pintu teras sepertinya akan keluar.

"Beli nasi goreng di depan."

"Arkan mau dong," pinta Arkan langsung bangun dari sesi rebahannya.

"Idih! Beli sendiri sono!"

"Kan sekalian, Kak!"

"Aku bukan bonekamu bisa kau suruh-suruh dengan seenak maumu," ucap Salsa dengan menyanyikan lirik lagu Kekeyi. Dan berlari keluar.

"Awas lo, Kak!"

Salsa tertawa puas di luar sana mendengar teriakan Arkan tadi membuat Salsa senang karena berhasil mengerjai Adiknya itu. Salsa berjalan menyusuri jalanan beraspal dan akan menuju warung Mang Ujang yang berada di depan komplek perumahan ini, karena tidak terlalu jauh jadilah Salsa jalan kaki sekalian menghirup udara malam hari walau memang cukup dingin karena habis hujan.

"Bang nasi gorengnya dua ya," pesan Salsa, sesampainya di kedai Nasi Goreng Mang Ujang.

Nasi goreng langganannya, Salsa memesan dua porsi satu porsi untuk dirinya dan satunya lagi untuk Arkan, tadi hanya bercanda Salsa tidak mungkin setega itu pada adiknya sendiri karena Salsa adalah Kakak yang baik jadi Salsa berinisiatif membelikan Arkan nasi goreng juga, karena jika tidak pasti nasi goreng Salsa yang akan menjadi tumbalnya.

"Dibungkus Neng?" tanya Mang Ujang.

"Masa dibungkus Mang? ya digoreng lah 'kan nasi goreng, kalo dibungkus jadinya nasi bungkus dong," jawab Salsa.

Mendengar jawaban Salsa Mang Ujang sedikit mencibir itu membuat Salsa tertawa karena kembali berhasil menjahili orang-orang, sepertinya ini akan menjadi hobi baru Salsa selanjutnya.

"Udah Mang, iyain aja! Perempuan memang selalu benar!" sahut seorang pria yang sedang menikmati nasi gorengnya.

"Ini Neng, nasi goreng bungkusnya." Mang Ujang menyodorkan nasi goreng pesanan Salsa.

"Ihh! Mang Ujang baperan, kan tadi Salsa cuman bercanda," ucap Salsa menerima nasi gorengnya lalu memberikan uang selembar dua puluh ribuan.

"Iya Neng, perempuan emang selalu benar!" Sahut Mang Ujang. Duh bangga gue jadi perempuan! Batin Salsa lalu meninggalkan kedai tersebut dengan tawa yang mulai mereda.

Salsa terus berjalan menyusuri jalanan komplek yang lumayan sepi, karena habis hujan dan sudah cukup larut orang-orang pasti akan memilih tidur tidak seperti Salsa waktu tidur pun perutnya selalu merasa lapar.

Berjalan dengan kakinya yang bermain air yang terdapat genangan di jalan. Membuatnya mengingat kembali kejadian buruk di kala itu. Disaat hujan semuanya hancur, disaat yang bersamaan dia kehilangan kepercayaannya kepada seorang pria. Karena kekecewaannya kepada sang Ayah.

Tinn!!

Tinnn!!

Tinnnn!!!

Suara kelakson motor itu tidak menghentikan langkah Salsa untuk terus berjalan.

Cittttt!

Suara decitan ban motor berpadu dengan kasarnya aspal jalanan, membuat Salsa tersadar dan menghentikan langkahnya.

"Hey! Kalo mau mati jangan di sini dong!!" teriak seorang pria bermotor itu, lalu menghampiri Salsa yang bengong di tengah jalan tanpa melepas helm full facenya.

"Gue?" tanya Salsa menunjuk dirinya sendiri setelah berbalik badan menghadap asal suara tadi.

"Bukan! Ya gue ngomong sama lo lah masa sama peliharaan lo!" ucapnya sambil membuka helm fullfacenya lalu menaruhnya pada tangki motor.

Njirrr ada opa-opa nyasar, ganteng bangett!! jerit Salsa dalam hati.

"Gue gapunya peliharaan!!" seru Salsa lalu kembali berjalan meninggalkan pria asing itu.

Salsa hanya khawatir jika pria tadi komplotan para mafia atau geng motor yang akan menculiknya, Salsa tidak akan tertipu dengan paras tampannya.

"Seenggaknya lo, jangan di tengah jalan gitu bahaya," ucap pria tersebut membuat langkah Salsa kembali terhenti.

"Baru kali ini ada orang asing yang peduli sama gue," ucap Salsa pelan lalu minggir ke tepi jalan.

"Cuman mau ngasih tau, tuh!" Tunjuknya pada jembatan yang tak jauh dari mereka.

"Apaan?"

"Jembatan."

"Ya gue juga tau itu jembatan, maksudnya apa?"

"Kalo mau bunuh diri terjun aja gapapa."

Aji*g! Banget ni orang. Batin Salsa.

"Hidup gue emang rumit, tapi gue nggak tertarik buat ngakhirin hidup." Emang hati sama mulut gak satu server mah gini.

"Cuman mau ngasih tau, Tuhan kasih lo cobaan karna dia tau, lo itu mampu," ucap pria tersebut lalu melajukan motornya meninggalkan Salsa.

"Iya, gue tanpa rasa sakit ini bisa apa," monolog Salsa. Rasanya Salsa tidak akan sekuat sekarang dan mungkin hidup Salsa gak pernah ada tantangan, akan terasa lebih hambar dibandingkan memiliki banyak masalah dan berusaha menyelesaikannya perlahan.

Tak lama setelah pria tadi melaju bersama dengan motornya suara deru motor dari depan sana kembali terdengar.  Melaju dengan kecepatan di atas rata-rata, pria yang tadi sempat menegur Salsa kembali berputar arah menuju ke arah Salsa membuat Salsa sedikit bingung dan perasaannya tiba-tiba tidak enak. Melaju dengan cepat di atas jalan yang penuh dengan genangan air membuat air tersebut menyiprat kemana-mana, dan sialnya juga mengenai baju Salsa. Membuat Salsa berdecak kesal, lihat saja nanti jika ketemu orangnya. Untung saja nasi gorengnya masih aman, tetapi tetap saja Salsa tidak bisa memaafkan perbuatannya.

"Anjing lo woy!!!" teriak Salsa murka saat beberapa motor juga melakukan hal yang sama sepertinya orang-orang itu sedang mengejar pria tadi.

0_0

Beberapa kali suara alarm pada ponsel terus berdering tetapi tetap saja tidak membuat gadis tersebut bangun. Salsa masih bersembunyi di balik selimutnya yang menutupi seluruh tubuhnya, bukan hanya alarm yang Salsa acuhkan bahkan Arkan yang sedari tadi mencoba membangunkannya pun tak didengar oleh Salsa dia malah semakin erat memeluk bantal gulingnya.

"Kak bangun oyy! Kebo banget sih," geram Arkan menyikap selimut Salsa.

"Kak Salsa woyy!!!" teriak Arkan tepat di telinganya. Tetapi salsa tetap tidak bangun.

"Oke cara yang terakhir." Arkan berlalu bergi menuju kamar mandi, dan membawa segayung air lalu,

Byurrr

"Aaaa ujan ... ujann!!" jerit salsa sambil loncat-loncat di kasurnya dengan piyama yang sudah basah kuyup.

"Kek monyet lo Kak," ujar Arkan tertawa puas.

"Lo ngerjain gue? Setan!!" Satu bantal mendarat dengan tepat pada wajah Arkan membuat Arkan langsung menghentikan tawanya sebelum Salsa semakin murka.

"Udah siang begoo!! Noh liat jam 07:30."

"Whatt!! Kok lo nggak bangunin gue sihh!" Kebiasaan Salsa jika sedang datang bulan selalu bangun kesiangan, karna sedang tidak solat jadi Salsa bisa bangun siangan tetapi malah kebablasan.

"Lah, tadi gue ngapain? Ngasih buaya makan?!" geram Arkan.

"Bodo ah! Sana kluar, gue gak sekolah males!" sewot Salsa berjalan menuju kamar mandi sambil mengucek matanya.

"Enteng banget tu mulut ngomong, yah!!"

Tak menghiraukan ucapan Arkan, Salsa memilih memasuki kamar mandi untuk segera bersih-bersih tetapi Salsa teringat sesuatu yang membuatnya kembali keluar dari dalam sana. "Ehh lo sekolah 'kan?" tanya salsa dengan kepala yang keluar dari balik pintu kamar mandi.

"Iyalah!! Udah cepet sono, bau lo!!" ujar Arkan.

"Ck, iyaiya!"

Selesai bersih-bersih Salsa langsung turun untuk menemui Arkan, jangan sampai dia ditinggal. Melihat jam yang melekat pada pergelangan tangannya menunjukan pukul 07.15 membuat Salsa sedikit bernafas dengan tenang, dan Salsa baru sadar jika tadi Arkan tengah mengerjainya.

"Awas aja tu orang gabakal gue kasih uang jajan kalo ninggalin!" gerutu Salsa sambil menuruni tangga.

"Wah bener-bener ni orang, gue ditinggalin beneran, awas aja ketemu di sekolah!!" geram Salsa saat menuju garasi tidak menemukan motor Arkan. Dengan terpaksa Salsa harus berjalan untuk mencari angkutan umum.

Salsa sampai di depan kompleknya untuk mencari angkutan umum, sepertinya keberuntungan berpihak kepadanya angkutan datang, biasanya 'kan harus nunggu lama.

Tetapi tiba-tiba di tengah jalan angkutan itu berhenti.

"Bang kok berhenti? Bukannya belum sampai ya?" tanya salsa.

"Ehh maaf Neng mobilnya mogok. Nggak perlu bayar deh," ucap sang supir tak enak hati.

"Yasudah, saya sampai sini aja Bang." Salsa turun dari angkut dan tetap membayar ongkosnya.

"Masa gue jalan kaki," ucap Salsa miris.

Dilihatnya jam yang sudah menunjukan pukul 07:45, itu artinya 15 menit lagi jam pelajaran akan dimulai, karna KBM memang di mulai pukul 08:00, walaupun pukul 07:30 gerbang sudah ditutup setidaknya Salsa bisa sampai sekolah sebelum guru masuk kelas.

"15 menit lagi, seenggaknya gue gak telat dijam pelajaran." Monolog Salsa, lalu berlari.

Salsa terus berlari sampai ada motor yang melaju dengan begitu ugal-ugalan dan hampir nyerempet Salsa.

"Wahh gila ya tu orang!!" gerutu Salsa kesal untungnya dia tidak terkena motor tadi.

Salsa sudah capek, gak bisa lari lagi persetan dengan ulangannya! Salsa berhenti sebentar di tepi jalan. Sepertinya keberuntungan tidak berpihak kepadanya, tiba-tiba saja ada seekor anjing lepas membuat Salsa langsung berlari terbirit-birit.

Guk guk guk...

Anjing itu terus mengejarnya, sampai sang pemiliknya datang dan membawa pergi anjing tersebut.

"Huh ... huh ... gilaa, tu anjing emang bener-bener anjing banget yaa!!!" maki Salsa dengan nafas yang ngos-ngosan. Gimana sih kan itu emang anjing.

Setelah bernafas dengan tenang Salsa kembali melajukan larinya walau kakinya sudah berdenyut tak sanggup lagi untuk berjalan.

Beberapa menit sudah Salsa berlari tidak terasa ternyata sudah dekat dengan sekolah, Salsa bernafas lega walaupun dia tetap telat dan akan mendapat hukuman.

Ada untungnya juga tadi Salsa dikejar anjing, menambah semangat Salsa untuk berlari.

Saat beberapa langkah lagi menuju gerbang sekolah, tiba-tiba....

"Anjirr!!!" umpat Salsa.

"Woyy!! Lo nggak liat itu ada genangan air, mata lo di mana? Hah!" tanya Salsa menghampiri seorang pria yang mengemudikan motor tadi.

"Liat ni seragam gue kotor!!" ucap Salsa lagi.

"Sorry gue gak sengaja," ucap pria tersebut dan berlalu begitu saja.

Dengan mudahnya pria tersebut meminta penjaga sekolah untuk membukakan pagarnya. Ajaib sekali, sang penjaga sekolah langsung membukakan pintu gerbang selebar-lebarnya.

Motor hitam itu memasuki kawasan SMA Erlangga. Sepertinya Salsa tidak asing dengan motor itu, Salsa kembali berpikir dengan keras matanya menatap plat nomor motor tadi seketika Salsa mengingat sesuatu.

"Nahhh baru inget ni gue, itu kan motor yang semalem nyipratin air ke baju gue," monolog Salsa lalu menghampiri pria tadi.

"Heh!! Tanggung jawab lo!!" ucap Salsa sambil menendang motor itu.

Dibuka helm full facenya, lalu turun dari motor, ditatapnya Salsa dengan intens dari bawah sampai atas sampai berhenti pada wajahnya.

"Heh!! Tanggung jawab gak lo!!" ulang Salsa lagi dengan intonasi yang cukup tinggi.

"Heh!! Dikira gue ngehamilin lo apa!" seru pria tersebut yang masih tetap menatap Salsa.

"Ihh lo tu rese banget sih!!" ucap Salsa dengan menghentakan kakinya kesal.

"Itu yang di parkiran ngapain?!" teriak seorang guru mengintrupsi. Rasanya ingin tenggelam saja di rawa-rawa batin Salsa.

"Kalian ini, kenapa tidak masuk kelas??" tanya guru tersebut dia Pak Bambang guru BK di Erlangga ini.

"Berdiri di lapangan sekarang sampai istirahat!!" Final Pak Bambang.

Mereka berdua hanya bisa pasrah dan menjalani hukumannya, beruntung tidak ada yang melihat mereka karena KBM sudah dimulai.

"Ini semua gara-gara lo yah!!" ujar pria di sampingnya.

"Heh!! Enak aja ini tu gara-gara lo!!" balas Salsa kesal.

"Salah lo!!"

"Salah lo!!!"

Keduanya sama-sama saling menyalahkan, tak henti-hentinya mereka berdebat dan terus beradu mulut dengan tangan yang hormat menghadap bendera. Ntah ini hari yang sial untuk keduanya atau apa, yang pasti setelah kejadian ini mereka akan menjadi musuh bebuyutan.

"Kalian diam atau saya tambahkan hukuman?!" ucap Pak Bambang tegas. Dengan menodongkan pistol di tangannya. Gimana rasanya jika di sekolah guru BKnya seperti ini? Serem ya, dikit-dikit nodongin pistol walau hanya pistol mainan, ntah sepertinya itu pistol milik Arya, anaknya yang berumur lima tahun yang sering dibawa Pak Bambang ke sekolah.

"Bapak ngapain sih, sekolah bawa-bawa pistol gitu?" tanya Salsa.

"Buat nembak orang lah!" seru Pak Bambang.

"Orang mah Pak, kalo mau nembak itu make bunga dikasih coklat gitu biar romantis." gerutu Salsa.

"Bego!!" Gio sedikit mendorong Salsa sampai hampir terjatuh.

Dorr!

Bunyi pistol ditembakan, membuat mereka diam dan kembali berdiri tegak menghadap bendera. Tenang tidak ada pelurunya kok, lagian Pak Bambang juga menembaknya ke atas, prihal pistol tersebut hanyalah pistol mainan dengan peluru plastik yang memang jika ditembakkan tetap akan terasa sakit walau tidak membuat orang terluka, itu salah satu cara Pak Bambang untuk menakuti murid-muridnya agar tetap disiplin.

Cukup aneh memang tetapi itulah Pak Bambang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SARGIO   SARGIO. 60 (End)

    Cinta yang sesungguhnya adalah mereka yang tak berkata tapi bertindak. Dan bukan melepaskan, tetapi mengikhlaskan.Disaat mata itu mulai terbuka timbul berbagai macam pertanyaan yang muncul dalam benaknya. Ini di mana, sedang apa aku di sini? Kenapa aku bisa ada di tempat ini? Mengapa kepalaku rasanya sangat berat, dan seluruh tubuh ini seperti remuk tak berbentuk bahkan untuk bergerak saja rasanya sakit. Benak seorang gadis malang yang tak pernah ingin berada dalam situasi seperti sekarang.Ingatannya berputar pada kejadian di hari itu, Salsa memejamkan matanya sesaat. Suara klakson kereta api melebihi kerasnya klakson truk maupun bus, yakni berfrekuensi sebesar 400-700 HzV. Anehnya kenapa saat Salsa akan melintasi perlintasan kereta api tersebut, seakan dia tiba-tiba tuli tak mendengar suara apapun, atau mungkin karena Salsa sedang panik waktu itu mengingat Gio yang berlumur darah

  • SARGIO   SARGIO. 59

    Sahabat.Kita memang dipertemukan oleh pendidikan, tapi seiring berjalannya waktu kebersamaan kita menciptakan sebuah kekeluargaan. Apa itu sahabat? Orang pikir sahabat adalah mereka yang selalu bersama kita disaat suka maupun duka, kenyataannya tidak lah seperti itu. Terkadang yang selalu bersama kita pun mempunyai niat lain bukan untuk menjadi sahabat melainkan memanfaatkan. Perlu diketahui jika sahabat yang sebenarnya adalah mereka yang selalu memberi support system, bukan hanya itu mereka juga teman yang baik paling tidak pendengar yang baik. Dia memperhatikan bagaimana hal sehari-hari yang remeh-temeh mempengaruhi kita. Dia tidak bisa membaca pikiran kita tapi dia tahu kapan kita sedang berbahagia, sedih, bersemangat atau cemas. Seperti persahabatan antara Salsa, Gio, dkk. Bahkan disaat Sals

  • SARGIO   SARGIO. 58

    Sesakit apapun fisiknya, hati akan jauh lebih merasakan sakit ketika separuh jiwanya tengah terluka.Ternyata apa yang Ethan ucapkan tadi pada Revan dan Galih hanya omong kosong belaka, dia bilang akan pulang sebentar untuk bersih-bersih ternyata Ethan malah menuju rumah sakit sebelah yang tidak jauh dari rumah sakit tempat Gio dan Salsa dirawat.Sesampainya di parkiran rumah sakit Ethan memarkirkan mobilnya, dengan cepat lelaki itu keluar dari mobil sampai-sampai dia lupa jika sudah meninggalkan ponselnya di dalam mobil. Kaki panjangnya melangkah dengan cepat menyusuri koridor, melewati beberapa ruangan wajahnya terlihat marah tangannya pun mengepal kuat, ntah siapa yang akan Ethan temui sampai membuatnya bersikap aneh seperti itu.Tepat di depan salah satu ruangan Ethan menghentikan langkahnya, menarik nafas panjang lalu kakinya kembali melangkah untuk memasuki ruangan itu. Di dalam sana terdapat seorang

  • SARGIO   SARGIO. 57

    Bukan dunianya yang kejam, tetapi manusianya yang tidak bisa memanusiakan, manusia.Suasana kali ini cukup panas karena perdebatan dua orang yang terpaut usianya cukup jauh, yang satu masih remaja sedangkan satunya lagi sudah berkepala empat. Aksi cekcok itu terjadi karena keduanya yang saling menyalahkan, tepatnya di hadapan Polisi. Mereka sedang diwawancarai oleh pihak kepolisian atas kejahatan yang telah mereka lakukan, terduga kejahatan tersebut sudah direncanakan sejak lama, dan disusun sedemikian rupa."Saudara Dirga, jadi benar jika anda adalah dalang dibalik kejahatan yang diterima oleh keluarga Pak Agra?" tanya Pak Polisi yang berada di hadapan mereka."Benar pak! Semua ini salah dia!" Rio berseru dengan lantang."Tutup mulut kamu Rio!" bentak Dirga. "Dasar anak tidak tahu terima kasih."Ucapan Rio tadi cukup menyulut emosi Dirga, tetapi

  • SARGIO   SARGIO. 56

    Matanya perlahan terbuka, samar-samar ia seperti menangkap bayangan seseorang yang akhir-akhir ini terus berada dalam pikirannya, seakan tidak percaya Gio berusaha menyadarkan dirinya dengan kembali menutup matanya dan membukanya kembali, berulang kali dia melakukannya sampai pada akhirnya Gio benar-benar sadar jika apa yang dilihatnya bukanlah halusinasi semata. Melihat gadisnya tak sadarkan diri di hadapannya dengan posisi yang sama-sama terikat oleh tali. Gio rasa ia sudah gagal melindungi Salsa, amanah dari Juna belum sepenuhnya Gio laksanakan seharusnya Salsa tidak berada di tempat ini. Gio benar-benar khawatir melihat keadaan Salsa sekarang, ntah bagaimana bisa Salsa sampai sini dalam keadaan pingsan pasti terjadi sesuatu padanya. Gio sekarang sangat merasa bersalah karena tidak bisa melindungi Salsa, sekarang malah Salsa yang kena imbasnya, rasanya air mata ingin tumpah melihat orang-orang sekitarnya satu persatu terluka karenanya

  • SARGIO   SARGIO. 55

    Bugh! Satu pukulan tersebut mampu membuat seseorang tersungkur, beberapa pria berbadan besar dengan seragam yang sama-sama serba hitam itu langsung maju bersiap untuk membalas tetapi, langsung dihentikan oleh Dirga yang mengangkat tangannya sambil berusaha bangun dibantu dengan beberapa anak buahnya, dengan sombongnya dia meludah tepat di hadapan Agra. Agra yang sudah tak lagi dapat menahan amarahnya dia kembali maju dan meraih kerah kemeja Dirga, lagi-lagi beberapa anak buah Dirga maju bersiap menghentikan Agra tetapi Dirga melarangnya dan membiarkan Agra. "Hentikan semua ini!" ucap Agra penuh penekanan. Prok! Prok! Prok!... Dirga tertawa sambil berte

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status