Share

7-MENCEKIK

last update Last Updated: 2022-11-07 12:11:15

Jujur, pikiranku kini kembali di kacaukan ketika aku melakukan kesalahan yang membuat Ayu menghilang kembali pada saat itu.

Tangan yang awalnya aku pegang erat sengaja aku lepas, karena aku mendengar sebuah suara dari semak-semak hutan yang bergerak di dalam kegelapan.

Namun, rupanya suara-suara itu sengaja ada agar aku lengah dan membuatku melepaskan tangan Ayu sehingga dirinya di tarik oleh sesuatu hingga menghilang kembali di dalam hutan yang sangat gelap ini.

Aku yang memaksakan diri memasuki semak-semak hutan tidak bisa melihat jejaknya sama sekali sekarang, semak-semak hutan yang rimbun dengan banyaknya tumbuhan yang berduri disana. Membuatku tidak bisa memaksakan diri lebih jauh ke dalam sana, tubuh Ayu yang kecil mungkin saja bisa masuk, namun aku tidak.

Sehingga, aku berhenti beberapa meter setelah aku masuk ke dalam semak-semak yang penuh duri itu, yang secara perlahan membuat tangan dan kakiku sedikit terluka sekarang.

Rasa sakit yang aku rasakan sebelum kejadian ini masih belum sembuh sepenuhnya, dan kali ini aku kembali merasakan sakit akan duri-duri ini yang membuatku tidak bisa memaksakan diri lagi.

Aku akhirnya mundur kembali, bahkan aku kini duduk di jalanan setapak itu dengan sedikit menundukan kepala.

Pikiranku kacau, hatiku tidak karuan. Aku terus-menerus berpikir yang tidak-tidak selama di hutan ini. Namun di satu sisi aku harus tetap bergerak dan menemukan Ayu bagaimanapun juga. Dan berharap bahwa hanya malam ini Satria meneror Ayu sampai seperti ini.

Tak lama aku kembali bangkit dan berjalan melewati pepohonan. Aku menyusuri hutan dan mencari tahu kemana arahnya Satria membawa tubuh Ayu sekarang.

Namun anehnya,

Suasana yang awalnya tenang ketika aku bersama Ayu di dalam hutan ini mendadak berubah, seperti ada aura yang membuat tubuhku menggigil sekarang. Ditambah, di sela-sela pepohonan hutan aku seperti melihat banyak sekali pasang mata yang sedang mengawasiku.

Entah siapa mereka, namun mereka hanya menatapku dengan heran di dalam kegelapan hutan. Mengawasiku dari segala sudut, sehingga membuat suasana sekitar mendadak mencekam.

Tanpa sadar, keringat dingin kini membasahi tubuhku, tanganku tidak henti-hentinya bergetar karena ketakutan sekarang. Bahkan, hutan yang awalnya hening kini mendadak berisik oleh sesuatu yang bergerak di tengah hutan, beberapa kali aku menutup telingaku karena suara-suara malam di dalam hutan membuat jantungku berdetak sangat kencang.

Hingga,

Langkahku mendadak terhenti, di tengah-tengah jalanan setapak yang aku lalui saat ini.

Karena, sepasang mata merah tiba-tiba muncul tak jauh di depanku, bersamaan dengan bayangan hitam yang bercampur dengan gelapnya hutan pada malam itu.

Matanya yang merah menyala terlihat sangat jelas, bahkan nyalanya mengalahkan cahaya dari sinar bulan yang berusaha masuk ke dalam hutan.

“A-apa itu?” Mulutku mengeluarkan suara dengan sedikit bergetar.

Tubuhku tiba-tiba terasa terhenti, ketika ada sesuatu di depanku yang menghalangiku ketika aku berlari melewati jalanan setapak ini.

Aku tidak melihat bahwa itu adalah hantu Satria yang sedang membawa Ayu, karena tubuhnya terlihat seperti asap hitam dengan mata yang memerah. Namun itu adalah sesuatu yang lain, yang membuat langkahku terhenti dengan rasa takut yang kembali muncul di seluruh tubuhku.

Meskipun, makhluk itu hanya terdiam dan tidak melakukan apapun. Namun tetap saja dia menghalangi jalanku untuk mencari Ayu di dalam hutan ini sehingga aku tidak bisa melewatinya sekarang.

Tidak ada yang bisa aku lakukan sekarang, aku hanya bisa terdiam dan tidak bisa menggerakan tubuhku karena tekanan yang kuat sehingga membuat tubuhku mendadak kaku.

Eughhh

Aku berusaha membuat tubuhku bergerak kembali. Dengan rasa takut yang kini mulai memuncak, aku mau tidak mau harus kembali berlari ke arah sebaliknya. Dan mencari jalan lain agar aku bisa melewati sepasang mata yang berdiri di jalanan setapak tersebut.

Aku baru menyadari, memasuki hutan adalah keputusan yang salah. Hutan yang di dalamnya banyak sekali cerita-cerita seram dari para warga desa akhirnya aku merasakan juga, dan memang benar, aku merasa tertekan disini sekarang, aku benar-benar ingin segera keluar dari hutan ini dan pulang bersama Ayu untuk kembali beristirahat di dalam kamar dan bangun di pagi harinya.

Sebuah tetesan kecil air mata tiba-tiba keluar dari mataku pada saat itu, aku tidak mengerti kenapa Satria tidak tenang setelah meninggal, bukan seperti ini yang aku inginkan. Perasaanku kini bercampur menjadi satu, bahkan aku sendiri tidak tahu perasaan ku sekarang saking paniknya aku pada saat ini.

Aku bisa saja membalikkan badan dan pulang sendiri ke rumah, tapi tidak mungkin aku lakukan, ada Ayu yang harus aku selamatkan terlebih dahulu.

Karena kalau tidak, maka Ayu akan mati.

Di saat kebingunganku pada saat itu, aku akhirnya melakukan hal yang menurutku sangatlah bodoh untuk dilakukan. Karena aku sudah tidak tahu harus berbuat apa lagi pada kondisi seperti ini.

Krosak

Aku akhirnya berlari ke arah semak-semak hutan, dan membiarkan tubuhku terkena duri-duri tajam yang melukai ku pada saat itu. Aku berusaha sekuat tenaga, menyibak semua semak-semak dengan kedua tanganku, karena hanya ini jalan satu-satunya agar aku terhindar dari bayangan hitam tersebut.

Rasa perih mulai terasa di sekitar tanganku, aku hanya merenyit kesakitan ketika aku sengaja membiarkan tubuhku melewati semak-semak hutan yang berduri itu, karena tidak ada cara lain yang bisa aku lakukan ketika berada di situasi sekarang.

Aku terus-menerus melangkah masuk, melewati beberapa semak-semak yang menghalangi jalanku. Kaki, tangan bahkan wajah kini terasa perih akibat luka yang disebabkan duri dari semak-semak tersebut.

Aku mencoba bertahan dari rasa perih yang aku rasakan agar aku bisa terhindar dari sesuatu yang aku lihat tadi.

Namun,

Ketika aku keluar dari semak-semak hutan dengan luka yang memenuhi tubuhku. Aku menemukan sebuah tempat kecil yang dikelilingi oleh pepohonan hutan.

Hosh hosh hosh

Nafasku terengah-engah. Aku sedikit membungkukkan badanku untuk menahan kedua kakiku agar aku tidak terjatuh.

Jujur, aku benar-benar tersiksa sekarang. Seluruh tubuhku perih, suara nafasku berat, bahkan jantungku terus-menerus berdetak kencang.

Namun, aku tidak boleh berhenti disini, aku harus menemukan Ayu dan membawanya pulang bagaimanapun caranya. Sehingga, aku kembali memaksakan diriku untuk berjalan kembali melewati tempat tersebut.

Satu langkah

Dua langkah

Tiga langkah aku berjalan, Aku kembali dikejutkan oleh sesuatu yang membuat aku tercengang,

Karena, dibalik sebuah pohon besar yang akan aku lewati sekarang, aku melihat sesuatu yang sedang melayang di antara pepohonan hutan yang lebat itu. Dengan salah satu tangan yang sedang mencekik Ayu dengan keadaan yang tidak sadarkan diri sekarang.

Tubuhnya terlihat lemas, rambutnya yang panjang terlihat terurai ke bawah seperti tidak berdaya. Bajunya yang awalnya bersih kini kotor dengan tanah, bahkan tangan dan kakinya terlihat berdarah dan memar.

Apalagi, kakinya terlihat di seret seperti hewan yang baru saja diburu dari hutan ini. Tubuh Ayu yang kecil itu seperti sebuah benda yang tidak berharga yang di seret paksa di tengah hutan.

“SATRIAAA, KENAPA KAMU MEMBAWA AYU SEPERTI ITU!”

Secara tak sadar, aku berteriak sekencang-kencangnya sambil berlari ke arahnya sekarang. Karena aku tahu, bahwa itu adalah hantu Satria yang melayang sambil membawa Ayu dengan cara mencekiknya dan menyeret kakinya, cara yang sangat sadis yang dilakukan oleh seorang bapak yang menginginkan anaknya ikut mati bersamanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
dedi rosadi
bagus ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   EXTRA BAB-AKU (PENULIS)

    Suasana Bandung pada sore itu sangatlah ramai. Maklum, liburan panjang membuat banyak orang terutama dari ibukota mengunjungi Bandung untuk sekedar ke restoran atau ke tempat-tempat wisata yang bisa membuat pikiran mereka kembali fresh setelah penat oleh pekerjaan mereka di setiap harinya. Aku, yang menjadi penulis dari cerita ini, kini mempunyai hobby baru, selain menuangkan tulisanku di dalam karyaku, aku juga kini menjadi seorang podcaster amatir dengan gimmick sebagai duo demit yang seringkali mengomentari manusia dalam podcastku. Cerita horor yang aku tulis dalam keadaan serius, membuatku harus mencari kesibukan lain sehingga aku bisa melepas tawa meskipun obrolannya masih sama tentang tahayul, mitos, juga para mahluk yang ada di sekitar kita. Matahari sore itu tampaknya sedikit mendung, tepat ketika aku keluar studio. Aku hari ini berencana untuk bertemu seseorang yang ingin bercerita di tempat kerjanya yang sekarang. Sebuah cerita yang mungkin saja bisa aku angkat menjadi cer

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   110-WANITA TUA

    Sebuah desa yang menjadi mitos dalam keluarga dirinya, yang katanya desa itu ditinggalkan oleh ayahnya sendiri karena suatu hal yang tidak dia ketahui kini berada tepat beberapa meter di depan matanya.Pepohonan yang lebat serta ilalang yang menutupi hingga melebihi tubuhnya membuat desa ini sangat susah untuk diketahui. Bahkan warga di Desa Muara Damar yang kini menjadi sebuah kecamatan besar pun tidak mengetahui bahwa ada desa di tengah hutan seperti ini.Bahkan mereka pun terlihat enggan untuk berjalan selama enam jam lebih hanya untuk ke tempat ini, karena mereka takut hewan buas yang mungkin akan menerkam mereka di tengah hutan. Mereka pun sebenarnya tidak mengetahui bahwa ada sebuah desa terlupakan di tengah hutan yang tinggalkan oleh penghuninya yang salah satunya ayahnya sendiri.Ayahnya masih ingat bagaimana dia tiba-tiba terbangun seperti mimpi, dan terbangun di pagi hari di dekat rawa-rawa seberang Desa Muara Damar bersama dengan para warga yang lain. Namun semuanya tidak i

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   109-PENJELASAN

    Aku masih ingat Bu Cucu berkata ‘TAHAAAAAN!’ dengan keras di dekatku, aku benar-benar tidak kuat ketika tuselak itu masuk ke dalam tubuhku, rasa sakit disertai rasa dingin benar-benar aku rasakan di dalam tubuhku, seperti ada ratusan jarum yang menusuk-nusukku dari dalam.Sungguh cara yang gila yang aku lakukan, namun sudah tidak ada cara lain lagi karena hal itu harus aku lakukan.Butuh waktu lima belas menit hingga tuselak itu seluruhnya masuk ke dalam tubuh, tubuhku yang merasakan sesuatu yang asing langsung melakukan penolakan dan ingin memuntahkannya, namun Bu Cucu berkata bahwa aku harus bisa menahannya hingga tuselak itu bersemayam di dalam tubuhku dengan segel dari Bu Cucu agar tidak bisa memberontak dari dalam sana.Hingga akhirnya.Aku melihat Ayu yang awalnya berdiri dengan tegap tiba-tiba jatuh seketika dengan luka darah yang mengucur dari punggungnya, jantungnya mendadak berhenti tepat ketika tuselak itu masuk ke dalam tubuhku.Aku sempat berteriak dan ingin menangkap tub

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   108-PAGI TIBA

    Srak, srak, srak, Tanah yang berwarna coklat tua disertai dengan banyak sekali akar-akar pohon yang berada di dalam tanah kini secara perlahan aku pindahkan kembali setelah aku gali selama beberapa jam ini. Sinar matahari yang terik sangatlah terasa dengan bau keringat yang menyengat karena dari semalam aku tidak sempat membersihkan diri atas apa yang terjadi. Aku mengangkat tanganku, menutupi wajahku yang penuh keringat, melihat langit yang kini biru dengan sedikit awan di atas sana. Apa yang terjadi semalam kini kembali berubah menjadi normal kembali ketika matahari tiba. Namun bedanya, kini semuanya telah usai. Desa Muara Ujung yang awalnya ramai, penuh dengan canda tawa, penuh dengan rasa semangat dari orang-orang yang hidupnya kembali ke titik nol di tempat ini, kini harus terusir oleh apa yang keluargaku lakukan. Haaaaaahhh Aku menghela nafas panjang, tepat ketika aku menyelesaikan pekerjaanku sekarang, aku menurunkan cangkul yang aku bawa di tanah, dan memandang sebuah pek

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   107-USAHA TERAKHIR

    Kedua tanganku benar-benar berkeringat, aku menahan Ayu agar tidak bisa bergerak dengan cara apapun, parang yang aku tancapkan masih terlihat menembus punggungnya.Aku sengaja menusuknya ke arah dada, agar parang itu tidak tertahan oleh tulang rusuk yang bisa menyulitkanku ketika aku menahan Ayu.Aku benar-benar menjadi pembunuh sekarang, pembunuh dari anak tiriku sendiri, meskipun tubuhnya kini di selimuti oleh sesuatu kekuatan yang gelap yang membuatnya bisa bergerak meskipun seharusnya tubuhnya telah mati akibat luka yang dia terima.Namun tetap saja, aku adalah bagian dari pembunuhan itu, pembunuhan terhadap anak kecil tidak berdosa yang didalamnya terdapat suatu makhluk yang mengerikan.Aku yakin, Ayu sekarang sudah tiada, dia hanyalah sebuah tubuh kosong yang diambil Alih oleh tuselak.Sehingga, ketika Bu Cucu mengambil tuselak itu dengan kedua tangannya, maka tubuhnya akan seketika berhenti bergerak.“TAHANN MINAH, SEDIKIT LAGI!” kata Bu Cucu yang dengan sigap menarik bayangan

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   106-TENAGA YANG TERSISA

    ‘Aku harus bertanggung jawab.’‘Aku harus mengakhiri semua ini.’‘Ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena kalau Bu Cucu meregang nyawa, maka para warga desa tidak bisa lagi melarikan diri dan mereka bisa menjadi korban.’Suara-suara itu berkecamuk dalam diriku, ditengah-tengah suasana genting yang bisa saja mengakibatkan nyawaku melayang.Aku melihat ke sekeliling ketika sebuah angin yang sangat besar menghempaskan semua yang ada di sekitarku sehingga banyak dari mereka yang terpental ke segala arah.Banyak anak kecil yang terlepas dari pangkuan ibunya, banyak juga para orang tua yang terjatuh dan terguling di semak-semak. Semuanya benar-benar kacau.Apalagi, Bu Cucu sudah tampak kelelahan dengan luka yang dia terima pada saat itu.Tanganku tiba-tiba bergetar hebat, parang yang masih aku pegang dengan erat aku lihat dengan seksama.Keberanian dan ketakutan tercampur aduk saling beradu satu sama lain di dalam diriku pada saat itu.Apakah yang akan aku lakukan sekarang, apakah aku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status