Share

7-MENCEKIK

Jujur, pikiranku kini kembali di kacaukan ketika aku melakukan kesalahan yang membuat Ayu menghilang kembali pada saat itu.

Tangan yang awalnya aku pegang erat sengaja aku lepas, karena aku mendengar sebuah suara dari semak-semak hutan yang bergerak di dalam kegelapan.

Namun, rupanya suara-suara itu sengaja ada agar aku lengah dan membuatku melepaskan tangan Ayu sehingga dirinya di tarik oleh sesuatu hingga menghilang kembali di dalam hutan yang sangat gelap ini.

Aku yang memaksakan diri memasuki semak-semak hutan tidak bisa melihat jejaknya sama sekali sekarang, semak-semak hutan yang rimbun dengan banyaknya tumbuhan yang berduri disana. Membuatku tidak bisa memaksakan diri lebih jauh ke dalam sana, tubuh Ayu yang kecil mungkin saja bisa masuk, namun aku tidak.

Sehingga, aku berhenti beberapa meter setelah aku masuk ke dalam semak-semak yang penuh duri itu, yang secara perlahan membuat tangan dan kakiku sedikit terluka sekarang.

Rasa sakit yang aku rasakan sebelum kejadian ini masih belum sembuh sepenuhnya, dan kali ini aku kembali merasakan sakit akan duri-duri ini yang membuatku tidak bisa memaksakan diri lagi.

Aku akhirnya mundur kembali, bahkan aku kini duduk di jalanan setapak itu dengan sedikit menundukan kepala.

Pikiranku kacau, hatiku tidak karuan. Aku terus-menerus berpikir yang tidak-tidak selama di hutan ini. Namun di satu sisi aku harus tetap bergerak dan menemukan Ayu bagaimanapun juga. Dan berharap bahwa hanya malam ini Satria meneror Ayu sampai seperti ini.

Tak lama aku kembali bangkit dan berjalan melewati pepohonan. Aku menyusuri hutan dan mencari tahu kemana arahnya Satria membawa tubuh Ayu sekarang.

Namun anehnya,

Suasana yang awalnya tenang ketika aku bersama Ayu di dalam hutan ini mendadak berubah, seperti ada aura yang membuat tubuhku menggigil sekarang. Ditambah, di sela-sela pepohonan hutan aku seperti melihat banyak sekali pasang mata yang sedang mengawasiku.

Entah siapa mereka, namun mereka hanya menatapku dengan heran di dalam kegelapan hutan. Mengawasiku dari segala sudut, sehingga membuat suasana sekitar mendadak mencekam.

Tanpa sadar, keringat dingin kini membasahi tubuhku, tanganku tidak henti-hentinya bergetar karena ketakutan sekarang. Bahkan, hutan yang awalnya hening kini mendadak berisik oleh sesuatu yang bergerak di tengah hutan, beberapa kali aku menutup telingaku karena suara-suara malam di dalam hutan membuat jantungku berdetak sangat kencang.

Hingga,

Langkahku mendadak terhenti, di tengah-tengah jalanan setapak yang aku lalui saat ini.

Karena, sepasang mata merah tiba-tiba muncul tak jauh di depanku, bersamaan dengan bayangan hitam yang bercampur dengan gelapnya hutan pada malam itu.

Matanya yang merah menyala terlihat sangat jelas, bahkan nyalanya mengalahkan cahaya dari sinar bulan yang berusaha masuk ke dalam hutan.

“A-apa itu?” Mulutku mengeluarkan suara dengan sedikit bergetar.

Tubuhku tiba-tiba terasa terhenti, ketika ada sesuatu di depanku yang menghalangiku ketika aku berlari melewati jalanan setapak ini.

Aku tidak melihat bahwa itu adalah hantu Satria yang sedang membawa Ayu, karena tubuhnya terlihat seperti asap hitam dengan mata yang memerah. Namun itu adalah sesuatu yang lain, yang membuat langkahku terhenti dengan rasa takut yang kembali muncul di seluruh tubuhku.

Meskipun, makhluk itu hanya terdiam dan tidak melakukan apapun. Namun tetap saja dia menghalangi jalanku untuk mencari Ayu di dalam hutan ini sehingga aku tidak bisa melewatinya sekarang.

Tidak ada yang bisa aku lakukan sekarang, aku hanya bisa terdiam dan tidak bisa menggerakan tubuhku karena tekanan yang kuat sehingga membuat tubuhku mendadak kaku.

Eughhh

Aku berusaha membuat tubuhku bergerak kembali. Dengan rasa takut yang kini mulai memuncak, aku mau tidak mau harus kembali berlari ke arah sebaliknya. Dan mencari jalan lain agar aku bisa melewati sepasang mata yang berdiri di jalanan setapak tersebut.

Aku baru menyadari, memasuki hutan adalah keputusan yang salah. Hutan yang di dalamnya banyak sekali cerita-cerita seram dari para warga desa akhirnya aku merasakan juga, dan memang benar, aku merasa tertekan disini sekarang, aku benar-benar ingin segera keluar dari hutan ini dan pulang bersama Ayu untuk kembali beristirahat di dalam kamar dan bangun di pagi harinya.

Sebuah tetesan kecil air mata tiba-tiba keluar dari mataku pada saat itu, aku tidak mengerti kenapa Satria tidak tenang setelah meninggal, bukan seperti ini yang aku inginkan. Perasaanku kini bercampur menjadi satu, bahkan aku sendiri tidak tahu perasaan ku sekarang saking paniknya aku pada saat ini.

Aku bisa saja membalikkan badan dan pulang sendiri ke rumah, tapi tidak mungkin aku lakukan, ada Ayu yang harus aku selamatkan terlebih dahulu.

Karena kalau tidak, maka Ayu akan mati.

Di saat kebingunganku pada saat itu, aku akhirnya melakukan hal yang menurutku sangatlah bodoh untuk dilakukan. Karena aku sudah tidak tahu harus berbuat apa lagi pada kondisi seperti ini.

Krosak

Aku akhirnya berlari ke arah semak-semak hutan, dan membiarkan tubuhku terkena duri-duri tajam yang melukai ku pada saat itu. Aku berusaha sekuat tenaga, menyibak semua semak-semak dengan kedua tanganku, karena hanya ini jalan satu-satunya agar aku terhindar dari bayangan hitam tersebut.

Rasa perih mulai terasa di sekitar tanganku, aku hanya merenyit kesakitan ketika aku sengaja membiarkan tubuhku melewati semak-semak hutan yang berduri itu, karena tidak ada cara lain yang bisa aku lakukan ketika berada di situasi sekarang.

Aku terus-menerus melangkah masuk, melewati beberapa semak-semak yang menghalangi jalanku. Kaki, tangan bahkan wajah kini terasa perih akibat luka yang disebabkan duri dari semak-semak tersebut.

Aku mencoba bertahan dari rasa perih yang aku rasakan agar aku bisa terhindar dari sesuatu yang aku lihat tadi.

Namun,

Ketika aku keluar dari semak-semak hutan dengan luka yang memenuhi tubuhku. Aku menemukan sebuah tempat kecil yang dikelilingi oleh pepohonan hutan.

Hosh hosh hosh

Nafasku terengah-engah. Aku sedikit membungkukkan badanku untuk menahan kedua kakiku agar aku tidak terjatuh.

Jujur, aku benar-benar tersiksa sekarang. Seluruh tubuhku perih, suara nafasku berat, bahkan jantungku terus-menerus berdetak kencang.

Namun, aku tidak boleh berhenti disini, aku harus menemukan Ayu dan membawanya pulang bagaimanapun caranya. Sehingga, aku kembali memaksakan diriku untuk berjalan kembali melewati tempat tersebut.

Satu langkah

Dua langkah

Tiga langkah aku berjalan, Aku kembali dikejutkan oleh sesuatu yang membuat aku tercengang,

Karena, dibalik sebuah pohon besar yang akan aku lewati sekarang, aku melihat sesuatu yang sedang melayang di antara pepohonan hutan yang lebat itu. Dengan salah satu tangan yang sedang mencekik Ayu dengan keadaan yang tidak sadarkan diri sekarang.

Tubuhnya terlihat lemas, rambutnya yang panjang terlihat terurai ke bawah seperti tidak berdaya. Bajunya yang awalnya bersih kini kotor dengan tanah, bahkan tangan dan kakinya terlihat berdarah dan memar.

Apalagi, kakinya terlihat di seret seperti hewan yang baru saja diburu dari hutan ini. Tubuh Ayu yang kecil itu seperti sebuah benda yang tidak berharga yang di seret paksa di tengah hutan.

“SATRIAAA, KENAPA KAMU MEMBAWA AYU SEPERTI ITU!”

Secara tak sadar, aku berteriak sekencang-kencangnya sambil berlari ke arahnya sekarang. Karena aku tahu, bahwa itu adalah hantu Satria yang melayang sambil membawa Ayu dengan cara mencekiknya dan menyeret kakinya, cara yang sangat sadis yang dilakukan oleh seorang bapak yang menginginkan anaknya ikut mati bersamanya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
dedi rosadi
bagus ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status