_________"Ini banyak banget, Kak. Apa istrimu tidak marah?" Aline membuka satu persatu paper bag yang berisi pakaian dengan ragam merk.Yazid hanya duduk dengan kaki satu di angkat dan diletakan pada betis kaki sebelah. Dengan tangan mengapit rokok yang berkali-kali disesapnya sehingga menguarkan asap yang membumbung tinggi, membalas dengan anggukan kepala."Bagaimana, kau suka, Aline?" Yazid menatap instens pada sosok perempuan yang tengah berbinar membuka satu persatu pakaian pemberiannya."Suka banget, Kak."Aline berseru girang."Itu belum seberapa."Pernyataan Yazid membuat gerakan adik tirinya yang tengah sibuk melipat kembali pakaian yang jumlahnya banyak, terhenyak. Aline menatap sosok laki-laki berusia tiga puluh tahun didekatnya menyesap rokok yang masih seukuran jari telunjuk."Maksudnya-"Pertanyaan itu terbantahkan saat terdengar suara pintu diketuk,
_________"Khaila tidak mau, Khaila mau cari bunda!" Amuknya.Dengan susah payah Haris menahan kakinya agar tidak nekad membuka pintu. Ia berkali-kali menenangkan Khaila yang terus menerus menendang-nendang dua daun pintu meminta dibuka."Sayang, cari bundanya esok saja ya!" Dengan lembut Haris berjongkok, dan memeluk putrinya dengan erat untuk menenangkan "Sekarang sudah malam, hujan lagi.""Khaila takut kan sama petir?""Tapi, Khaila kasian sama bunda. Pasti bunda dan dedek bayi kehujanan!" khaila menengadah, menatap ayahnya disela membiarkan air mata itu mengalir dari lubang kecil di pelupuk matanya."Kita harus cari bunda, Ayah!" Khaila menarik kerah baju ayahnya. Namun, dengan lembut Haris menarik diri."Esok saja ya, sayang! Sekarang takut hujan!""Gak mau,""Sayang!""Pokoknya tidak mau, Khaila maunya sekarang, Titik!" Bantah Kh
______"Hei, siapa yang mencuri anakku?"Aline yang baru selesai menenggak air untuk sekedar menghilangkan dahaga, dikejutkan kala kembali ke tempat dimana ia meletakkan Syahdan, bayi itu tidak lagi ada. Panik dan rasa bersalah bergumul dalam benaknya hingga ia mencari-cari seperti orang kese-tanan."Mbak, lihat anak yang mencuri anak saya, Gak?" Aline mendongak sehingga tubuhnya sebagian masuk ruangan."O, jadi yang ditaruh di depan ruko itu anak Mbak?" Sinis pemilik toko saat ditanyai."Sudah di ambil tuh sama bapaknya!" Mata Aline membeliak mendengar jawaban ketus wanita bertubuh gempal di hadapannya. "Maksudnya?"Wanita yang menggunakan lipstik orange itu menunjuk ke arah jalan. Aline segeralah menoleh kemana jari telunjuk itu mengarah. Dan, seketika tangannya membekap mulut serta kepala yang menggeleng cepat."O, Terima kasih, Mbak!"Alin
________"Biar Mas saja, Yang!" Cegah Justine saat Risma beringsut hendak bangkit. "Kamu disini saja jaga Zidan!"Mendengar kalimat itu, Risma balas menatap suaminya isyarat tanya yang langsung mendapatkan anggukan sebagai jawaban. "Terima kasih, Mas!"Justin melukis senyum di bibirnya yang tipis serta mendaratkan sejenak kecupan singkat di pucuk kepala berbalut hijab itu. Sedangkan Halimah, wanita sebagai asisten rumah tangga itu melangkah mundur setelah dipastikan penyampaiannya diterima baik oleh sang majikan. Siap kembali untuk melanjutkan aktivitasnya mengelap guci-guci yang sempat tertunda."Apa maksudmu menampakan batang hidungmu? Apa juga katamu yang ingin mengambil hakmu?" Justin memberondong pertanyaan setelah ia berada di luar gerbang setelah beberapa detik melangkah cepat dan tahu siapa yang datang."Aku hanya ingin mengambil alih asuh anakku, Justin." Lantang laki-laki yang kini memiliki cam
_______"Apa yang terjadi dengan Maheera?" Haris me-me-kik dengan menatap Risma.Wanita yang belum lama menyandang gelar sebagai istri dan ibu itu tak memberikan Jawaban, hanya jari telunjuk yang di arahkan ke arah dimana semula ia duduk."Maheera?"Haris dan Justine reflek me-me-kik saat melihat sosok yang dimaksud. Tanpa komando, keduanya berlari ke arah dimana perempuan bercadar itu berada."Maheera, apa yang terjadi padamu?" Haris merengkuh bahu Maheera, dan sedikit menekan tengkuknya.Maheera hanya menjawab dengan gelengan kepala, sedangkan mulutnya tidak berhenti terus memuntahkan cairan berwarna merah yang kental dan berbuku-buku. Meksipun terhalang oleh kain niqab, Tapi tak membuat darah itu tersembunyi sebab tembus dan berceceran di lantai setelah mengenai rol yang dikenakannya."Maheera!""Antar aku ke kamar, Mas!" Pinta Maheera mengabaikan pertanyaan-pertanyaan suaminya.Haris terdiam sejenak dan menoleh ke arah Risma, Ibunya menuntut penjelasan. Namun, belum dapat jawaban
_______"Aku,""Aku hanya tak ingin kau tahu penderitaanku, Kak!" Tutur Maheera serak seraya menatap suaminya nanar. "Aku mengidap penyakit ini sejak berumur lima tahun,""Lantas, kenapa kau sembunyikan ini, Maheera. Justru tindakanmu yang seperti ini membuat aku harus menanggung derita dua kali lipat!""Aku hanya ingin menikmati sisa hidupku untuk mengabdi pada sosok yang bernama suami, Kak. Setelah tidak mungkin pada kedua orang tua sebab mereka telah tiada," Maheera berucap lirih dengan tetap menatap suaminya nanar."Itu alasan selanjutnya kenapa aku ingin dinikahi kakak!" Tuturnya lagi dengan suara yang hampir tidak terdengar.Mendengar kalimat yang cukup menyayat, tak bisa Haris untuk tidak tersedu. Air matanya menitik kembali bersamaan dengan tangan yang merangkul tubuh Maheera. Padanya Haris memang belum ada cinta, sebab tak juga berhasil menggantikan sosok Aline. Hanya iba, serta rasa tanggung jawab yang membuat selama ini ia bersikap teramat lembut dan memperlakukan Maheera s
"Mas Romli?" Pekik Aline lantas bangun saat mendengar suara rintihan dari luar. Diiringi suara bugeman dan sumpah serapah seseorang. Ia membenarkan sesaat hijab yang acak-acakan usai menyingkapnya sebab Syahdan, serta mengancingkan atasan dasternya yang sudah Kumal dan robek di beberapa bagian. Melangkah cepat tanpa peduli putranya yang kembali merengek.Kriet!Pintu kayu yang sudah usang dibuka paksa, Aline mendongak untuk melihat apa yang telah menjadi sebab kericuhan."Mas Romli!"Kali ini tak hanya me-me-kik, tapi juga berlari tanpa menggunakan alas kaki. Ia biarkan kaki telanjangnya menerjang tanah kering saat melihat sosok suaminya telah terhuyung sebab kena amukan dua laki-laki yang tak asing lagi."Mas Yusra, Mas Yandi?""Apa yang kalian lakukan?" Aline menarik tangan suaminya untuk bangkit."Kenapa kalian siksa suamiku?""Dia tidak pantas dapat pembelaan, Aline!"
______"Nek?""Iya, Sayang!" Mutmainah segera mengusap wajah dengan kasar serta menarik napas dalam-dalam. Detik sebelumnya, mulut bergincu merah itu telah refleks mengkhawatirkan sosok Aline. Yang, tentunya memang berasal dari hati kecilnya yang tak ia sadari."Maksud nenek tadi, bunda Khaila?" Gadis berusia delapan tahun itu menengadah disela tangannya menarik-narik sisi gamis yang Mutmainah kenakan. "Kalau begitu, antarkan Khaila ketemu Bunda, Nek!""Khaila rindu Bunda, Khaila ingin memeluk Bunda, Khaila juga ingin melihat Adek bayinya bunda!""Khai-""Sayang, Kan hari ulang tahun Khaila masih lama. Jadi, sekarang Khaila fokus saja belajar ya!" Tutur Mutmainah menenangkan. Wanita berusia paruh baya itu sedikit membungkuk serta tangannya mengusap pipi gembil Mikhaila. "Kenapa setiap Khaila ingin bertemu bunda, Nenek selalu bilang nanti pas ulang tahun. Ayah bilang nanti pas