Share

Episode 06

"Lihat-lihat, ini hanya adalah sesuatu yang orang liar bisa lakukan, mereka mengatakan tidak dengan mulut mereka, tapi tubuh mereka tidak bisa mengendalikannya!" Kata Melisa tanpa menyadari apa yang sedang di lakukan oleh Gebbie.

''kau akan menyesali apa yang kau lakukan padaku!" Batin Gebbie.

"Ambil cek itu, pergi dan menjauh dari Mike!" Melisa mengusir Gebbie.

Gebby berdiri di tengah-tengah pesta dan membuat semua orang melihatnya, termasuk Mike dan ayahnya yang sedang adu mulut itu diam dan melihat ke arah Gebbie.

"Permisi semuanya? Untuk menginterupsi kalian semua, pertama aku ingin berterima kasih pada wanita muda ini untuk hadiah ucapan selamatnya pada perayaan pertunanganku dengan Mike. Jadi sekarang, aku ingin mengembalikan isyarat itu dan memberikan cek ini kembali padanya." Ucap Gebbie sambil melempar cek itu kembali ke wajah Melisa.

"Kau!" Melisa marah.

Melisa melayangkan tangannya hendak menampar wajah Gebbie, namun saat ia bergerak maju, meja itu bergerak dan semua biasanya, makanan dan kue pengantin mewah itu terjatuh ke lantai bersama dengan Melisa.

Semua orang termangu melihatnya.

Gebbie berlari keluar dari ruangan pesta itu.

"Tangkap gadis itu untukku! Jangan biarkan dia pergi!" Teriak Melisa.

Mike dan semua orang terkejut bukan main, pesta ayahnya kini hancur berantakan.

Beberapa pengawal berjas hitam berlari mengejar Gebbie.

"Cepat! Jangan biarkan dia lolos!" Teriak Melisa.

Ayah Mike semakin geram dan marah berbeda dengan Mike yang justru merasa senang.

"Mari kita menyerah satu sama lain! " Kata ayahnya.

"Bagaimana kau akan menyerah?" Tanya Mike.

"Aku akan membatalkan pernikahan ini, kau membatalkan pertunanganmu!" Kata ayahnya tegas.

"Baik, sepakat!" Kata Mike setuju dan pergi meninggalkan pesta itu.

Sementara itu, Di sebuah sekolah SMA swasta Gebbie juga bekerja disana sebagai guru pembantu untuk sementara waktu. Gebbie berdiri menatap kepala sekolah, sangat kepala sekolah sibuk membersihkan daun-daun bunga seperti yang sangat disayanginya. Gebbie akhirnya memberanikan diri memberikan berkas anggaran untuk kompetisi lintasan dan lapangan dan akan di mulai dalam sebulan.

"Kondisi dan rekor para siswa sangat baik, jika Agus dari kelas 11 terus berusaha dengan baik, maka aku yakin dia akan unggul selama kompetisi ini dan menerima beasiswa kuliah." Ucap Gebbie.

"Apa ini akan jadi 1 dari 3 universitas teratas?" Tanya kepala sekolah.

"Apa?" Gebbie terlihat binggung.

"Atau tingkat kedua? Atau tingkat ketiga? Tanya kepala sekolah lagi.

Gebbie pikir itu bukan sekolah manapun yang disebutkan, namun....

"Jika kau meminta sekolah menghabiskan uang mereka pada seorang siswa yang akan pergi ke beberapa perguruan tinggi tanpa nama, apa itu benar?" Ucap kepala sekolah sinis.

"Dia sangat berbakat, aku yakin dia akan melakukannya dengan baik." Ucap Gebbie membela diri.

"Baiklah aku paham! Tapi lupakan anggaran untuk saat ini, posisi direktur utama kosong sampai sekarang, kita bisa bicara lagi begitu direktur utama telah kembali." Kata kepala sekolah.

"Kompetisi dalam satu bulan, harap tinjau..." Pinta Gebbie langsung pada kepala sekolah.

"Nona Gebbie, bukankah kontrakmu berakhir sebentar lagi? Menjadi proaktif tak akan ada gunanya bagimu, kau harus mendengarkan orang tua. Menjadi proaktif hanya akan menimbulkan masalah." Kata kepala sekolah.

Gebbie Masih ingin bicara tapi kepala sekolah seperti tidak peduli. Akhirnya Gebbie pun keluar dari ruangan itu lalu ia langsung memukul dan meninju pintu ruangan. Ia mengumpat kesal di luar karena memang ia akan segera meninggalkan sekolah itu.

"Sekolah ini menjijikan. Aku harus bersabar, tabunganku sebentar lagi cukup, aku akan segera masuk ke universitas itu." Kata Gebbie.

Sementara Gebbie sibuk mengoceh tiba-tiba teleponnya berdering dan itu adalah telefon dari teman masa kecilnya Rizky yang sudah hampir 10 tahun tidak bertemu. Rizky mengajak Gebbie bertemu di sebuah Cafe di tengah kota.

Gebbie segera pergi ke tempat yang di katakan Rizky, setelah hampir 10 menit menunggu, seorang pria tiba-tiba datang dan menyapa Gebbie.

"Gebbie..." Sapa pria itu.

"Maaf, kau siapa?" Gebbie tidak mengenali pria itu dan ia malah melongo binggung.

"Rizky tersenyum manis dan berkata, " Ini aku , Rizky". Katanya.

"Hah? Rizky?!" Gebbie tak percaya.

"Aku sedikit berubah, bukan? Aku telah mengubah beberapa bagian wajahku dalam setahun ini." Kata Rizky.

Gebbie masih tidak percaya dan ia membandingkan foto Rizky yang di ponselnya dengan pria yang ada di depannya itu.

"Menggapa? Kenapa kau mengubah wajahmu itu menjadi seperti ini, apa yang telah kau lakukan pada wajahmu?" Ucap Gebbie tidak percaya memegang kasar wajah Rizky.

"Bisakah kau melepaskan wajahku? Ini harganya $30.000 dollar." Akui Rizky.

Gebbie segera melepaskan wajah Rizky.

"Tidak apa-apa, dia mungkin terlihat berbeda sekarang tapi dia tetap pria yang sama." Gumam Gebbie yakin.

"Gebbie..." Ucap Rizky.

"Hmmmmmmmn..." Kata Gebbie.

"Gebbie, sekarang kita harus..." Ucap Rizky siap-siap mengeluarkan sesuatu dari jasnya.

"Akhirnya, apa itu hadiah?" Gumam Gebbie penuh semangat.

"Kita harus putus!" Kata Rizky santai.

"Apa?!" Gebbie terkejut dan binggung.

"Aku pergi kencan buta, kau tau standarku tinggi sejak kecil, kupikir tidak ada wanita yang bisa menenangkan hatiku, tapi akhirnya ku temukan dia dan dia ikut kontes kecantikan, proporsi tubuhnya bahkan sempurna, 34, 24, dan 32. Tapi dia mengancam akan meninggalkan aku jika kita masih punya hubungan, dia bahkan tidak terima alasan apapun walau ku katakan kau adalah temanku. Aku harap kau mau mengerti, aku pergi dulu, dah." Kata Rizky dan langsung pergi begitu saja.

Gebbie tak percaya dengan yang terjadi padanya dan ia merasa seperti sedang di lecehkan saja. Gebbie akhirnya pergi ke bar dan meminum habis minuman yang ada di depannya. Joshua pelayan bar itu melihat Gebbie dan menghampirinya.

"Sudah?" Tanya Joshua.

Semua orang menatap tingkah Gebbie namun Gebbie tetap minum dan terus minum sampai wajahnya memerah karena mabuk.

"Kenapa kau selalu bersikap menyedihkan disini?" Keluh Joshua.

"Gratis." Gebbie meminta Joshua menuangkan lagi wine untuknya.

Dalam keadaaan mabuk, Gebbie berbalik dan melihat semua pria yang ada di bar itu duduk saling berhadapan.

"Mereka para pria tampan,34, 24 dan 32? Kalian tau? Orang-orang juga menganggap aku seksi!" Ucap Gebbie lalu mencoba menggoda seorang pria yang duduk di sampingnya.

Si pria malah merasa jijik dan langsung melangkah pergi. Gebbie tak mau menyerah dan ia mencoba menggoda pria lain di sebelah kirinya dan si pria pun langsung bergegas pergi. Gebbie pun mulai mengeluh kesal dan menurutnya semua orang yang ada di bar itu pasti sudah buta.

"Semua orang yang ada disini pasti sudah buta!" Keluh Gebbie.

"Hey, ini bar homoseksual alias Gay!" Keluh Joshua.

Bersambung...πŸ‘‰

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status