Beranda / Rumah Tangga / SEMUA KARENA SUAMI KEDUA /  8. RUTH DAN HIZKIA RIBUT DI RUMAH BUNDA

Share

 8. RUTH DAN HIZKIA RIBUT DI RUMAH BUNDA

Penulis: Novisi
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-29 13:56:57

Entah telah sejauh apa hubungan antara Hizkia dan Naomi. Kerja sama antarperusahaan akan membuat mereka hampir setiap hari bertemu. Menerka-nerka hal itu tidak baik bagi pikiran mama Elkana, rasa tidak percaya diri pun kian mendominasi Ruth.

Ruth kembali ke kamarnya sekitar pukul dua puluh dua setelah menidurkan Elkana. Sempat ingin beristirahat bersama Elkana saja namun ia ingat ini bukan di rumah mereka. Tentu saja tidak tepat bersikap egois dan kekanakan saat ini.

Ternyata Hizkia belum tidur dan sedang duduk melipat kaki dengan tangan terangkat di sandaran sofa kamar menunggu istrinya. Mama Elkana masuk lalu menutup pintu. Ia mengerling cepat dan menemukan suaminya tengah menatapnya.

Ruth berjalan melewati suaminya menuju ranjang tanpa sapaan sedikit pun. Hizkia yang menunggu istrinya tapi dicuekin benar-benar habis kesabaran. Perlakuan mama Elkana semenjak di Jakarta sampai tiba di Palembang bikin Hizkia geram. 

Beranjak dari duduknya, Hizkia menarik lengan mama Elkana yang tadinya melangkah naik ke ranjang. Kini mereka saling berhadapan. Rasa sesak menyelimuti hati Ruth tatapan tajam Hizkia bukanlah tanda merindu melainkan amarah.

"Lepas!" Ruth menarik diri, menoleh pada jendela kamar yang telah tertutup rapi.

Hizkia menatap wajah istri yang telah beberapa hari tak dilihatnya. Apa sebegitu tidak diinginkan kehadirannya oleh sang istri? Jauh datang dari Jakarta bukannya mendapat sambutan baik dari istri malahan wajah jutek.

"Ini sudah malam. Aku mau istirahat." Mama Elkana meneruskan perkataan tanpa ingin tahu mengapa kini mereka berdiri saling berhadapan. Hatinya masih inginkan jarak dengan suami.

"Tidak menanyakan kabarku?" Hizkia bertolak pinggang, menatap tajam istri yang tak sudi bersemuka dengannya. Ruth melipat tangan di dada, bila diterjemahkan isi pikiran Ruth 'bodo amat'.

"Pasti kabarmu baik. Kalau tidak, tidak sampai ke sini," Ruth menjawab sekenanya.

"Apakah tidak ada percakapan suami-istri yang normal setelah tidak bertemu beberapa hari?" tanya Hizkia masih ingin berlama-lama.

Mendengar itu, emosi mama Elkana malah memuncak. 

Dia menatap suaminya dan tersenyum tipis lalu menjawab, "Normal!? Mau kamu apa dari percakapan suami istri, rumah tangga ini saja tidak normal. Mengapa kamu ke sini dan tidak menghabiskan malam bersama kekasihmu saja?" 

Hizkia diam menelusuri ekspresi Ruth yang berkaca-kaca. Sesak rasa dada Ruth bila berurusan dengan suaminya. 

 "Oh, kalian ingin terang-terangan berhubungan? Seharusnya kamu tidak pernah menerima pernikahan ini," tekan Ruth.

 "Kamu cemburu?" Hizkia entah mengharapkan jawaban apa dari pertanyaannya.

"Bukan soal penting cemburu atau tidak," jawab Ruth seraya mengalihkan pandangannya ke jendela kembali.

Tercipta keheningan di antara Ruth dan Hizkia beberapa saat. 

Ruth menganggap percakapan selesai. Ia menaikkan kakinya ke ranjang. Belum lagi sempurna, Hizkia kembali menegakkan tubuh Ruth menghadap padanya. Baginya, percakapan belum selesai, tetapi istrinya seenaknya mau merebahkan diri.

"Apa lagi!?" tantang mama Elkana menatap suaminya dengan kesal. Jangan bilang Hizkia mengajak debat malam ini. Padahal selama hampir setahun pernikahan, Hizkia sosok yang tenang di mata Ruth.

"Apa begini kamu bersikap sebagai istri saat bersama abang? Bersikap tidak hormat pada suami?" 

Pertanyaan sederhana itu menyindir hati Ruth.

Mama Elkana benar-benar tidak habis pikir mengapa jadi ia yang tampak salah? Bukannya mengoreksi diri sendiri, Hizkia sungguh menyulut api. Mereka sama-sama emosional.

"Jangan - pernah - bawa-bawa - pernikahanku - dulu. Pernikahan kami sangat bahagia tanpa sandiwara. Kalau kamu mau bicara to the point saja. Apa!? Mau izin berpoligami atau cerai?" tanya Ruth langsung ke inti pembicaraan.

Merembet ke mana-mana kalimat mama Elkana. Membuat Hizkia tidak sabar dan geram. Ia menarik mama Elkana sampai membentur dadanya. 

Dagu perempuan itu dicengkeram dan nada ancaman dibisikkan di telinganya, "Ini rumah Bunda. Jangan menyulut amarahku. Jangan pernah ulangi lagi dua kata itu dalam pernikahan kita. Aku tidak segan buat kamu menderita kalau lepas dari aku. Walau aku jauh lebih muda, belajarlah menghargai suami." 

Hizkia lalu melepas dan sedikit mendorong Ruth sampai terduduk di ranjang. Ruth terkejut, napasnya terjeda. Ia menghela napas berat dan mengedip-ngedipkan mata tidak menyangka akan sikap berbeda Hizkia. Ruth sampai gemetar.

Hizkia memilih mengambil bantal dan selimut dari ranjang untuk tidur malam di sofa. Ia memunggungi Ruth. Agaknya merasa kecewa dengan penyambutan istrinya hari ini.

Ruth masih terduduk, melihat di ranjang hanya tersedia bantal. Ia membutuhkan sesuatu untuk menghalau rasa dingin di kamarnya. Ruth menarik selimut dari lemari dan berjalan sepelan mungkin menuju tempat tidur. Ruangan rasanya mencekam sekali dibanding tadi ia masuk. Ruth terintimidasi sikap suaminya.

💕💕

Sarapan pagi berempat pemandangan manis yang jarang terjadi. Mama Elkana menyuapi buah hatinya yang berceloteh terus dan memainkan finger food kesukaannya.

"Bunda, besok siang kami berencana kembali ke Jakarta. Apa bunda ingin ikut ke Jakarta?" Pernyataan itu membuat hangat hati Magdalena, ia mengira semalam hubungan anak mantunya semakin baik.

Lain hal dengan Ruth yang diam terpaku karena pagi tadi mereka belum membicarakan rencana kepulangan ke Jakarta.

"Bunda bukan ngga mau ya, Nak. Ketepatan beberapa hari ini pesanan katering Bunda penuh. Ada pesanan untuk acara perusahaan dan sekolah, Nak. Bunda sudah menyusun jadwal kosong, beberapa bulan lagi baru bisa berkunjung ya, Nak," Magdalena menjelaskan, pagi ini ia banyak tersenyum.

"Oke, Bunda. Nanti dikabari kalau mau ke Jakarta ya, Bun," menantunya menanggapi.

Mama Elkana bisa apa, terpaksa menuruti suami kembali ke Jakarta atau hal tak terduga bisa dilakukan oleh Hizkia. Padahal ia masih kesal dengan Hizkia yang seenaknya. Ia masih ingin menikmati kekesalan eh bukan... kebersamaan dengan bundanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • SEMUA KARENA SUAMI KEDUA   117. BERSAMAMU

    Lima bulan berlalu. Sepanjang periode itu ada kabar mengejutkan dari Lidya. Perempuan itu membuat pengakuan melalui video yang dipublikasi pada media sosial miliknya.Sembari menangis perempuan itu berkata, "Saya Lidya Prameswardjo memohon maaf telah membuat masalah, keributan dengan pengusaha muda Hizkia Perkasa Alamsyah. Saya telah menuduhnya melakukan kejahatan penganiayaan dan asusila yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Adapun motivasi saya tidak lain karena memiliki kekaguman pada yang bersangkutan. Tidak ada pihak lain di belakang saya, seperti yang diberitakan beberapa media. Besar harapan saya, Hizkia berkenan memaafkan saya."Video itu telah sampai pada Hizkia, dikirim oleh Hidayat. Penasihat hukum Hizkia tahu bahwa kliennya tidak begitu aktif mengikuti pemberitaan di media sosial."Dasar Lidya! Malah melindungi orang-orang yang di belakangnya!" seru Hizkia tidak habis pikir. Pengakuan itu tidak mendapat maaf dari Hizkia, sebab bukan seperti itu yang dimaksud oleh Hizkia.

  • SEMUA KARENA SUAMI KEDUA   116. LIDYA AJAK DAMAI

    "Mama Elkana...," bisik Hizkia.Tidak ada sahutan dari Ruth, tadi dirinya langsung bertudung selimut dengan posisi membelakangi Hizkia. Perempuan itu tidak bersedia bicara padanya, maka Hizkia berusaha merayu dengan ucapan penjelasan."Aku bukannya tidak percaya sama kamu. Hanya antisipasi kalau-kalau ada yang masuk rumah tanpa izin," ucapnya perlahan sembari sedikit mengguncang tubuh Ruth. "Aku memang sudah menyediakan tenaga pengamanan untuk di rumah, tetapi aku tetap perlu waspada dengan CCTV tersembunyi itu, Ma," terangnya detail.Ruth masih bergeming, tidak menyahut sama sekali. Hizkia menyusun kembali kalimatnya. "Kamu jangan ngambek. Ini tandanya aku sayang kamu dan anak-anak. Tidak ingin terjadi hal buruk pada kalian," imbuhnya lagi. "Sini loh, bicara sama aku," tambahnya.Mama Elkana masih tidak bersedia membuka selimut yang membungkusnya. Lantas, Hizkia perlahan menyingkap dari arah kepala Ruth. Sebenarnya, ia agak ragu melakukannya, khawatir Ruth akan mengamuk.Saat Hizkia

  • SEMUA KARENA SUAMI KEDUA   115. PERKARA CCTV

    Sorenya, Hizkia pulang ke rumah setelah berdiskusi di kantor bersama tim kuasa hukum yang dikoordinatori oleh Hidayat. Sementara, Ruth dan Elkana telah menanti kedatangan dirinya."Sepertinya kamu lelah sekali," ujar Ruth di depan teras."Sangat," sahutnya pendek. Hizkia berjongkok menyapa Elkana yang sangat senang melihat papanya pulang dari kantor."Papa punya hadiah buat kamu, El," ucap Hizkia menyerahkan bungkusan dalam tas jinjing."Hore...," respon Elkana. Ia melonjak senang mendapat bingkisan dari papanya. "Apa ini, Papa?" tanyanya."Yang waktu itu pernah kamu bisikin ke Papa," sahut Hizkia, "buka di dalam ya, Nak," imbuhnya."Siap, Papa." Lantas, Elkana masuk ke dalam rumah menuju ruang keluarga untuk membuka hadiah dari papanya.Kini, tinggal Ruth dan Hizkia di teras. "Aku senang kasus kamu tidak terbukti, tadi aku sempet nonton berita," jelas Ruth.Mereka bergerak masuk ke dalam rumah. "Ya, pihak berwajib menghentikan kasus ini karena tidak ada unsur tindak pidana. Dan... ya

  • SEMUA KARENA SUAMI KEDUA   114. HASIL PIHAK BERWAJIB

    Setelah menunggu proses yang cukup alot dari pihak berwajib, hari ini ditetapkan bahwa dugaan penganiayaan dan kekerasan seksual yang dialami oleh Lidya tidak terbukti dilakukan oleh Hizkia."Kita telah memeriksa saksi dan bukti CCTV tidak ada bukti pendukung ke arah sana." Begitu berita yang diliput oleh salah satu media televisi. Ruth sedang duduk menonton berita di televisi setelah suaminya pergi ke kantor. Ia mengelus dada menandakan kelegaan.Ruth sebenarnya tidak diperbolehkan oleh Hizkia untuk mengonsumsi berita terkait dirinya yang berkonflik dengan Lidya. Pria itu tidak menginginkan sang istri banyak pikiran dan berimbas pada kehamilannya."Syukurlah, kebenaran yang menang," ujar Ruth mengusap air mata yang jatuh di pipinya. Ia pun merasa lebih lega karena apa yang dilihatnya di apartemen bukanlah seperti yang dipikirkannya saat memergoki Lidya dan Hizkia.Nama Hizkia telah kadung buruk di tengah masyarakat, pria itu pernah menyatakan rencana pada Ruth untuk melaporkan Lidya.

  • SEMUA KARENA SUAMI KEDUA   113. INDAH

    Ruth mendengar suara kendaraan suaminya memasuki halaman rumah. Ia sedang duduk di ruang tamu sambil mengecek ponsel, ada banyak berita terkait suaminya.Perempuan itu menyambut kepulangan suaminya. Dengan wajah kurang semangat, Hizkia memasuki rumah."Papa El, sudah pulang. Tidak jadi ke kantor?" tanya Ruth heran.Hizkia mendesah sembari menjatuhkan bokongnya di sofa ruang tamu. "Aku dikejar-kejar pemburu berita. Nama baikku jatuh, susah payah aku membangunnya," sesalnya.Ruth hanya diam menatap suaminya. "Mau bagaimana... harus kamu hadapi," sahut Ruth.Hizkia menoleh pada istrinya, "Ini salah aku sama kamu... dari awal harusnya aku dengerin kamu untuk waspada terhadap suster itu," sesalnya lagi. Ia menyentuh tangan istrinya. "Menyesal aku tidak gubris intuisi kamu, Mama El," tambahnya lagi.Ruth tersenyum mendengar penuturan suaminya. Belum pernah ia mendengar suaminya mengakui kebenaran nalurinya sebagai istri. Perkataan itu membuat satu rasa yang istimewa dalam diri Ruth. Darahny

  • SEMUA KARENA SUAMI KEDUA   112. MENULAR

    Pagi ini Ruth telah berada di dapur untuk menyiapkan sarapan. Setelah semua beres, ia kembali ke dalam kamar untuk membangunkan suaminya.Hizkia semalam berpesan untuk dibangunkan pagi hari, ia ada janji bertemu dengan kuasa hukumnya setelah beberapa hari lalu mengalami kondisi badan yang kurang fit. Saat Ruth akan membangunkan suaminya, mendadak perut perempuan itu bergejolak hebat. Lantas, ia beralih ke kamar kecil untuk menuntaskannya.Hizkia terbangun saat mendengar suara Ruth yang asing dari kamar kecil. Segera saja ia menyingkap selimut dan gegas menuju sumber suara."Heh, kamu kenapa?" tanya Hizkia khawatir, ia hanya bisa menyentuh punggung istrinya tanpa tahu harus berbuat apa. Ruth tidak menjawab karena tenggorokannya terasa penuh dan harus dikeluarkan.Huek...Ruth kembali memuntahkan isi perutnya yang kosong. "Ya ampun, apakah mualku tempo hari menular?" ucap Hizkia begitu saja, menatap ke cermin menatap istrinya.Ruth membersihkan sisa cairan muntah di bibirnya."Atau k

  • SEMUA KARENA SUAMI KEDUA   111. AKU DI SINI

    Gegas Hizkia turun dari ranjang menuju kamar kecil. Pria itu kembali memuntahkan isi perutnya, tetapi yang keluar cairan sedikit saja. Hanya saja, ia perlu mengerahkan tenaga yang besar agar puas untuk tidak mual lagi. Rasa kaki Hizkia seperti jeli yang kenyal dan lemas. Kepalanya bahkan sampai menyentuh pinggiran wastafel agar tidak menumpu pada tubuhnya yang terasa goyah. "Aduh... mual terus, kapan berhentinya ini," gerutu Hizkia merasa tidak nyaman. Beberapa saat menunggu, mualnya terasa mulai mereda. Hizkia mendudukkan diri di lantai kamar mandi. Punggungnya menyender ke dinding, kepalanya ditumpu di lutut. Terasa oleh Hizkia, seseorang menyentuh punggungnya, lebih tepatnya mengusap-usap. Dengan sisa tenaga, diangkatnya kepala untuk mengetahui siapa gerangan pelakunya. "Mama El...," lirihnya. "Kamu nasih mual terus ya," ucap Ruth khawatir. "Coba lebih rileks nafasnya," saran Ruth. Perempuan itu masih setia mengusap tengkuk suaminya. "Tidak lagi," ucap Hizkia. Lagi-lagi Ruth

  • SEMUA KARENA SUAMI KEDUA   110. BENDERA PERANG

    Makan siang telah disediakan oleh Ruth. Elkana dan Magdalena di meja makan, sementara hidangan untuk Hizkia dibawa Ruth ke kamar.Bersamaan Ruth masuk, Hizkia terlihat sedang bangun dari tidurnya. "Kamu sudah bangun," ujar Ruth basa-basi. Hanya deheman dari Hizkia yang terdengar. "Aku bawakan makan siang kamu," tunjuk Ruth di nakas. "Setelah ini, kamu minum obat sesuai saran dokter," imbuhnya.Hizkia menerima nampan yang diambil Ruth dari nakas. Ia tidak banyak bicara. Saat Ruth menawarkan diri menyuapi makanan untuknya, Hizkia menolak."Tidak perlu, aku sendiri saja," sanggahnya.Ruth membiarkan suaminya untuk menyuapkan sendok demi sendok makanan. "Sudah cukup," ucapnya setelah enam sendok hitungan Ruth."Kenapa? Makanannya tidak enak? Ini makanan kesukaan kamu," kata Ruth menunjukkan rasa heran."Entahlah... kurang nafsu makan," sahut Hizkia."Ya sudah, kalau begitu obatnya diminum." Ruth meletakkan kembali nampan dan mengambil obat yang dibelinya dari apotek tadi.Pria itu meneri

  • SEMUA KARENA SUAMI KEDUA   109. NYAMAN BERSAMAMU

    Hizkia dan Ruth tertegun mendengar pertanyaan dokter Ridwan. Ruth menjawab, "Tidak, Dokter.""Oh... maaf Ibu untuk pertanyaan saya," ucap Ridwan. Setelahnya dokter berpamitan, Ruth mengantarkan hingga keluar pintu.Perempuan itu kembali ke ruangan, dilihatnya Hizkia sedang berusaha duduk dari posisi rebah. Gegas ia membantu suaminya.Saat duduk kembali pusing melanda, pria itu memejamkan matanya sembari punggungnya menyender di sofa."Masih pusing ya," ucap Ruth menyimpulkan. Hizkia hanya mengangguk dan berdehem."Tolong ambilkan handphone-ku," pintanya menjulurkan tangan.Ruth mengambil dan menyerahkan ponsel milik Hizkia. Pria itu mencari nomor kontak seseorang, lalu menghubunginya. "Halo Pak Danu, tolong ke ruangan ya, bantu saya. Saya mau pulang," suruh Hizkia. Pria itu kembali memejamkan matanya dan menarik nafas panjang."Kenapa harus Pak Danu, aku bisa bantu kamu turun ke mobil," resah Ruth merasa seperti tidak dianggap kehadirannya.Hizkia menoleh dengan kepalanya menyender d

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status