Share

4. Ganti Rugi

Author: Rafli123
last update Last Updated: 2024-09-04 14:55:51

"Uang apa yang ibu maksud? Aku nggak ambil uang ibu,"

"Halah, bohong kamu. Cepetan sini,"

"Bu, aku nggak ada uang. Lagi pula yang ibu bilang ini apa? Aku nggak tahu menahu tentang uang Ibu,"

"Halah, maling mana ngaku. Kalau ngaku penjara penuh dong!"

"Ibu tunggu sampai Bayu pulang, kalian harus ganti rugi. Kalau kamu nggak ngaku siap-siap kalian keluar dari rumah ini, ingat itu!" sambung Bu Laras, sebelum pergi dari rumah Arumi.

Arumi menghela napas selepas kepergian Bu Laras, lelah menunggu namun Bayu tak kunjung pulang. Arumi menghampiri Salwa yang sedang makan sendirian, ia tahu tatapan putrinya yang sendu.

"Cantiknya bunda kenapa? Ayok, habiskan makannya," ujar Arumi, bibirnya tersenyum walau hatinya berkecamuk. Setelah ini semua akan menjadi pertengkaran yang cukup pelik tentu Ibu mertua yang menjadi pemenangnya.

Setelah memberikan pengertian pada Salwa akhirnya gadis kecil itu pun pergi ke masjid walau wajahnya terlihat begitu sendu.

"Assalamualaikum, dek,"

"Wa'alaikumsalam, mas, kamu sudah pulang?" Arumi menyambut kedatangan Bayu wajahnya begitu lelah namun bukan itu yang membuatnya mengerutkan keningnya tapi sorot matanya yang mengembun.

"Mas," sambung Arumi. Memberikan segelas air putih yang ada di atas meja.

"Di mana Salwa, sayang?"

"Biasa mas di masjid. Katanya ada jam tambahan hari ini jadi pulangnya agak telat. Mas katakan apa yang kamu sembunyikan dariku?" tangan Arumi terulur menyentuh pundak Bayu.

"Hari ini Mas gajian, tapi ..."

"Tapi, apa?"

"Uangnya di ambil ibu semua, katanya kamu sudah mencuri uang ibu dan itu buat gantinya,"

"Astaghfirullahaladzim, mas. Kamu tahu aku kan? Mana mungkin aku mencuri uang ibu kamu, sedangkan aku sendiri selama menjadi menantu di keluarga kamu, aku tidak pernah diizinkan untuk masuk ke dalam rumah kamu kecuali dapur. Apa lagi kamar pribadi Ibu," lirih Arumi.

"Mas, percaya sama kamu dek. Maafkan mas besok kita –"

"Aku tahu mas, bukankah ini sudah biasa? Aku dan Salwa akan kelaparan lagi, bukan karena kita tak punya uang. Tapi ibu kamu yang, sudahlah,"

***

"Rum, Arumi!! Ngapain aja sih kamu?!" seru Bu Laras. Tidak hentinya menggedor pintu rumah Bayu.

"I – ibu, aku lagi jemur baju di belakang Bu. Jadi aku nggak denger ibu panggil," ujar Arumi jujur.

"Alasan aja. Cepat ke rumah masak yang banyak. Hari ini anak, menantu dan cucu Ibu datang. Nggak pake lama!" sentak Bu Laras. Bergidik melihat sekeliling rumah Arumi.

"Salwa masih tidur Bu. Aku ke rumah ibu nunggu –" Arumi menunduk, Laras menatapnya tidak suka.

"Alah, alasan aja kamu itu. Bilang kalau kamu itu malas, wajar sih. Namanya juga mantu m i s k i n." Sinis Bu Laras, tidak terima Arumi menolak perintahnya.

"Ibu duduk dulu, aku buatkan teh hangat sebenar," ujar Arumi menawarkan.

"Ih! Enggak banget deh. Cepetan ibu tunggu di rumah, inget jangan lewat pintu depan, tapi belakang. Nanti kotor semua keramik mahal ibu! Eh, diem aja kamu? Denger nggak sih?" tanya Bu Laras.

"Ya, Bu, aku inget dan dengar," lirih Arumi.

Tanpa bertanya kabar Salwa, Bu Laras pergi begitu saja. Gegas Arumi menyelesaikan pekerjaan sebelum putrinya bangun.

"Bunda -" panggil Salwa.

"Sayang sudah bangun? Yuk, mandi abis itu kita sarapan," ajak Arumi.

"Bund, tadi ada suara nenek ke sini? Apa nenek marah lagi sama Bunda?" tanya Salwa.

"Nggak, sayang. Nenek memang suaranya kencang, ayok. Nanti kita ke rumah nenek," Arumi menggendong putrinya membawanya ke kamar mandi.

"Bunda, apa aku boleh makan telor?" ucap Salwa, menatap wajah Arumi.

"Tentu saja boleh, sayang," sahut Arumi, lembut.

"Hore!! Aku makan telor," seru Salwa.

Hati Arumi terasa sesak begitu nikmat dan istimewanya sebutir telur untuk putri semata wayangnya. Arumi mengusap wajahnya tak ingin jejak air mata tersisa di sana.

"Sekarang Salwa mandi dulu ya. Nanti kita masak telor sama-sama,"

"Ya, bunda!" sahut Salwa, girang.

Suara tawa putrinya adalah pelipur hati yang luka. Di kala tubuh dan pikirannya terasa lelah. Usai memandikan Salwa, Arumi memandang telor yang tergeletak di sana hanya ada satu butir. Lauk yang bisa di makan mereka bertiga, tapi kali ini ia akan memberikan pada putrinya.

"Bunda, kenapa lama?" tanya Salwa.

"Eh, sayang. Duduk di sana ya, ibu akan membuat telor lebar," ujar Arumi.

Tidak apa jika mereka berdua kelaparan asalkan putri semata wayangnya kenyang.

"Sayang, makan sendiri, bisa? Bunda mau bereskan cucian piring dulu ya. Abis itu kita ke rumah nenek,"

"Ya, bunda,"

Arumi menyelesaikan pekerjaan sebelum ke rumah Ibu mertuanya. Mengingat perlakuan mereka tentu Arumi lebih dulu mengenyangkan putrinya.

"Ayok, sayang. Nanti selama bunda masak jangan main di luar ya, nak,"

"Ya, bund."

"Hei! Lama banget kamu jalannya. Kayak siput aja. Cepetan ke dapur sana, inget jangan di makan. Apa lagi bungkus, bilangin anakmu itu main di belakang. Tempat ini khusus orang memiliki level setara. Bukan kayak kalian ini!" sengit Laras.

"Nenek, kenapa bilang kayak gitu sama bunda?" tanya Salwa, gadis kecil itu selalu di tolak setiap ingin berjabat tangan dengan anggota keluarga Wicaksono, termasuk dengan neneknya Bu Laras.

"Arumi, ajarin anak kamu ini. Masih kecil sudah berani kurang ajar sama orang tua. Begini-ini kalau lahir dari perempuan yang nggak selevel, anaknya juga ikutan." Cibir Laras. Menjauh dari Salwa, bahkan menepis tangan mungil itu.

"Mbak Arumi, yang sabar ya, mbak. Semoga badai ini segera berlalu dan Allah angkat derajat mbak Arumi dan keluarga," ujar Bude Narsih tetangga Bu Laras.

"Aamiin, ya, bude. Aku sabar banget. Ya, sudah Bude, aku masak dulu," Arumi menyudahi obrolan mereka. Ibu pasti akan marah kalau melihat Arumi berbincang dengan tetangga sebelah rumah yang dekat dengan Arumi.

Tiga jam sudah Arumi berkutat dengan aneka masakan selama itu pula Salwa anteng tak jauh dari dapur.

"Bunda, aku haus. Boleh Salwa minta es itu bund?" tunjuk jari mungil Salwa, ke arah mangkuk besar berisi aneka buah di sana.

Arumi menolah es campur yang entah kapan ada di sana membuat Salwa merengek. Arumi mendekati Salwa mengusapnya lembut.

"Sayang, itu punya nenek. Kalau nenek marah gimana? Besok kita beli sama ayah, ya," ujar Arumi lembut.

"Ya, bund," sahut Salwa, namun tatapannya mengarah pada semangkok es campur di atas meja.

"Salwa mau es campurnya?" tanya Bude Narsih.

"Ya, bude," jujur Salwa.

"Ambil, makan di sana ya," Bude Narsih, mengambil sedikit menyerahkan pada Salwa yang sejak tadi diam tanpa ada makanan yang masuk dalam perutnya. Sedangkan neneknya tak peduli hal itu.

"Bude, jangan. Nanti jadi masalah," tolak Arumi. Tahu benar apa yang akan terjadi jika Ibu mertuanya melihat Salwa mengambil makanan miliknya.

"Sudah nggak apa-apa. Kebetulan Ibu mertua kamu lagi pergi, biasa beli makanan buat nyambut menantu dan cucu kesayangannya. Makan saja nak," ucap Bude Narsih.

Terpaksa Arumi mengangguk terlebih putrinya begitu berbinar menerima satu mangkuk kecil es campur.

"Makan, nak. Jangan terlalu terburu-buru, ya," ujar Arumi mengusap kepala Salwa.

Berdua melanjutkan masakannya namun suara yang amat di kenali oleh Arumi memecah keheningan.

"Hei, siapa yang ngajarin kamu mencuri hah? Pantas saja makanan di rumah selalu hilang jadi ini pelakunya!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Rafli123
Hooh ya kak, harusnya minggat tapi itulah Arumi, sosoknya begitu baik dan lembut. Kakak yuk mampir ke cerita yang lain
goodnovel comment avatar
Titis Herawati
kalau aku sudah minggat ngga kuat punya mertua seperti itu
goodnovel comment avatar
Rafli123
hehe, akk terima kasih sudah mampir. Salam kenal yaaa....
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • SEPIRING SINGKONG REBUS    121. EXTRA PART.

    Waktu terus bergulir hari berganti minggu, lima bulan terlewati kabar dari Bu Laras tidak di ketahui. Mereka sudah berusaha untuk mencari nyatanya hingga hari ini perempuan paruh baya itu bak di telan bumi.Kesuksesan Arumi membawa namanya semakin di kenal oleh penduduk Indonesia tapi juga panca negara, berkat kerja kerasnya kini Arumi berhasil meluncurkan produk terbaru dan launching butik barunya, selain itu bertepatan Arumi mengadakan fashion show di salah satu hotel berbintang. Acara berjalan lancar hingga di pengunjung acara Arumi berdiri bersama beberapa model yang memeragakan pakaiannya. Memberikan berapa sambutan dan ucapan terima kasih pada orang-orang yang berada di belakangnya terutama suami dan keluarganya."Selamat ya sayang, mas bangga banget sama kamu," ujar Bayu, melihat kemampuan istrinya yang tersembunyi kini semakin memancarkan aura binatangnya."Aku yang makasih mas, kamu selalu mendukung apapun yang aku lakukan. Kesuksesan aku karena ridho kamu mas,""Dan kerja ke

  • SEPIRING SINGKONG REBUS    120. Ending

    Sampai di rumah sakit mereka di sambut tangis Nila di depan ruang UGD. Eni membiarkan suaminya menenangkan tantenya, ada berapa luka yang ia tahu itu adalah luka bakar."Sekarang tante jelaskan kenapa bisa seperti ini," tanya Duta, setelah tantenya tenang."Tadi sepulang dari restoran tiba-tiba ada orang yang menyiramkan cairan ke wajah Sely, Duta tolong tante," ucap Nila, mengiba pada Duta. Tanpa sengaja melihat Eni di belakang Duta."Puas kamu hah, kamu kan yang menginginkan hal ini. Secara kamu kan temannya Arumi." Sinis Nila."Tante sudah ya, dalam keadaan seperti ini tante masih menyalahkan orang lain, kenapa kalian tidak berpikir kalau ini adalah teguran untuk tante dan juga Selly. Mengenai orang yang menyiram air keras itu kenapa tante tidak mencari tahu siapa orangnya atau jangan-jangan dia adalah orang suruhan istri laki-laki yang menjadi simpanan Sely.""Duta tega kamu ya, istrimu itu pasti cerita sama Arumi mereka pasti bahagia kalau kami seperti ini! Dasar kamu orang miski

  • SEPIRING SINGKONG REBUS    119. Hikmah

    Mendengar penuturan Bu Laras, mereka menggelengkan kepala. Bu Wati tersenyum mengejek, begitu miris bagaimana keluarga besan nya berulang kali melakukan kesalahan dan di maafkan oleh anak dan menantunya. Tetapi kembali melakukan kesalahan yang sama, dan kali ini Bu Wati menolak keras jika Arumi memaafkan lagi besannya.Geram dengan tingkah dan perkataan Bu Laras, Bu Wati memilih untuk pergi. Dengan begitu kewarasannya tetap terjaga. Namun langkahnya terhenti dan berbalik kearah Bu Laras."Sekali lagi kamu menyentuh anak dan menantuku terlebih kedua cucuku, aku pastikan tangan ini yang akan membuatmu diam selamanya! Ingat hari ini, detik ini kamu menolak mereka maka tidak ada jalan untuk mendekati mereka apa lagi mengiba. Hidup lah sediri di panti jompo, hanya tempat itu yang cocok untukmu wahai Bu Laras yang terhormat, orang yang paling kaya dan orang kota." Ucap Bu Wati sebelum meninggalkan ruangan itu.Ruangan itu seketika hening ada rasa takut yang singgah di hatinya, hanya berapa

  • SEPIRING SINGKONG REBUS    118. Menyerah

    Bayu mengajak Arumi pulang lebih dulu, mereka tidak tahu harus seperti apa lagi. Kasih sayang dan sabarnya mereka karena tingkah dan kebencian ibu pada keluarga kecilnya justru hampir saja membuat istrinya celaka. Seandainya waktu bisa di rubah mungkin tak ingin terlahir dari rahim wanita yang tidak memiliki rasa sayang. Bayu melajukan mobilnya menjauh dari restoran meninggalkan sesak yang menghimpit dadanya, Ibu adalah cinta pertama untuk anak laki-lakinya justru menorehkan luka begitu dalam, seakan ia terkahir dari rahim orang lain.Wanita yang sampai saat ini masih bertahan di samping pria yang menjadi imamnya itu turut serta rasa yang menyesakkan, ketika melihat suaminya tidak baik-baik saja. Arumi meminta untuk berhenti di salah satu taman kota yang hari ini terlihat sepi. Mungkin karena siang hari sehingga banyak kursi yang kosong, meski ada berapa pengunjung."Mas menangis lah jika itu membuat kamu tenang," lirih Arumi, mengusap lengan kokoh itu. "Salahku apa dek, ibu begitu m

  • SEPIRING SINGKONG REBUS    117. Bukan Level

    Bayu tersentak mendengar penuturan Arumi, selama ini Arumi hanya bilang kalau ada maling, tapi tidak tahu jika pelakunya adalah Ibu serta mantan menantunya terlebih Tante dan keponakannya terlibat."Nggak usah liatin aku gitu banget mas! Aku nggak ikutan mereka, aku sibuk urusan aku!" Ujar Sely, sebelum tertuduh ikutan mereka."Yakin kamu?""Sangat yakin! Aku bisa buktikan kok, hei Arumi aku nggak ada hubungannya sama kejadian di gudang kamu ya!" Seru Sely, menatap tajam wanita berhijab itu."Tapi kamu terlibat di dalamnya, Sely." Arumi tidak akan membiarkan orang-orang yang sudah menzaliminya bebas begitu saja, kesempatan yang sudah ia berikan tidak akan ada lagi. "Kamu jangan mengarang cerita, aku tidak pernah terlibat apapun untuk menyakiti kalian paham!" Sely tidak terima."Baiklah kalau kalian tetap tidak mengakui perbuatan kalian maka lihatlah ini," Arumi membuka layar proyektor di sana dengan jelas video di mana wajah-wajah mereka yang begitu antusias bahkan tanpa ada sesal at

  • SEPIRING SINGKONG REBUS    116. Kebenaran 2

    "Apa kalian juga menuduh aku terlibat? Lagi pula ini urusan kalian aku tidak ada hubungannya sama kalian, aku hanya orang luar jadi aku memutuskan untuk pergi selesaikan masalah kalian. Buk, aku pulang dulu kita akan ketemu lain waktu saja," ucap Entik yang diikuti acara."Yakin kalau kamu tidak terlibat?" Tegas Bayu, tanpa embel-embel mbak."Menurut kamu aku terlibat? Kamu jangan sembarangan menuduhku. Aku memang bertemu dengan ibu, tapi kami membicarakan masalah anak, sama seperti yang kalian dengar tadi kami menghabiskan waktu bersama. Aku ingin bersilaturahmi dengan kalian meskipun istri kalian cemburu jadi berhenti untuk mendukung atau jangan-jangan ini ulah istri kamu agar kami terlihat buruk di depan kalian terutama ibu?" Ujar Entik tidak terima."Kamu pikir aku tidak punya bukti? Kamu salah, aku tahu tentang keterlibatan kamu apalagi kamu adalah dalang dari semua kejadian yang menimpa istriku." "Kamu jangan main tuduh dulu, jangan berpikir kejadian di masa lalu akan terus te

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status