Home / Romansa / SHE'S SPECIAL / JALAN-JALAN DENGAN KANAYA

Share

JALAN-JALAN DENGAN KANAYA

last update Last Updated: 2021-05-06 19:25:58

Esok harinya, Kanaya kembali masuk ke dalam kamar Hayden untuk mengecek tubuh pria itu. Malam tadi suhunya tinggi dan bersyukur jika pagi ini sudah kembali normal.

"Cepatlah bersiap-siap, hari ini kau ada jadwal dengan dokter Han," ujar Hayden membuat Kanaya memutar bola mata malas. Dokter itu sangat banyak bicara, dan tentunya Kanaya tidak suka.

"Bisakah kita tidak pergi untuk hari ini? Kau sedang sakit," ujar Kanaya yang tentunya dibantah oleh Hayden karena pria itu sendiri merasakan jika tubuhnya sudah terasa lebih baik.

"Jangan banyak alasan lagi, cepat siap-siap dan sarapan bersama. Kita tidak boleh telat jika tidak mau mengantri lama," ujar Hayden yang masih kekeuh tidak bisa menerima keinginan Kanaya. Gadis itu mengangguk lesu, kembali pada kamarnya untuk bersiap-siap dan menikmati sarapannya bersama Hayden tentu dengan hati yang sedih.

Dirinya tidak mau bertemu dokter itu. Dokter sangat menyebalkan baginya.

"Aku seharusnya sedang mengurusmu—"

"Kau tetap harus menjalani terapi," ujar Hayden. Kanaya membuang nafas pasrah, toh perintah Hayden tidak bisa dibantah. Pria itu bisa saja mengangkat tubuhnya dan dimasukkan ke dalam mobil demi bisa bertemu dengan dokter itu.

Selesai sarapan, Hayden segera membawa Kanaya keluar dari apartemen dan mengemudikan mobilnya. Pria itu tampak tenang dengan kedua tangan yang memegang setir untuk mengendalikan mobil.

Sampai di tempat yang dituju, Hayden kembali membujuk gadis itu agar keluar dan turun bersamanya guna menemui dokter yang mungkin saja sudah menunggu sedari tadi.

Dokter itu sangat ramah, menyambut kedatangan Kanaya dengan Hayden secara tenang dan nyaman. Selanjutnya Hayden hanya bisa memerhatikan dokter yang sedang memeriksa keadaan Kanaya. Bisa Hayden lihat jika perkembangan Kanaya cukup pesat. Bahkan gadis itu sudah bisa mengontrol emosi ketika dokter mengetesnya.

"Wah, saya benar-benar bangga padamu, Kanaya. Dan kau, Hayden, kau benar-benar merawatnya dengan baik. Lihatlah ini, semua berkembang sesuai keinginan," ujar dokter Han sambil menunjukkan selembar kertas yang berisi perkembangan.

Hayden tersenyum tipis untuk mengungkapkan isi hatinya yang tengah merasa senang sekarang. Kanaya sangat pandai, gadis itu bisa bangkit dalam kurun waktu kurang dari satu bulan. Setidaknya, pancingan Hayden untuk berdebat bisa membuat gadis itu sedikit demi sedikit bisa melupakan kejadian yang menyedihkan. Dan sebentar lagi, ia akan mengulik siapa Kanaya sebenarnya.

"Oh ya, sering-seringlah ajak Kanaya berjalan-jalan keluar dari apartemen. Meskipun saya yakin jika apartemenmu mewah serta tidak kekurangan fasilitas, tapi Kanaya perlu menghirup udara luar agar pikirannya lebih fresh," saran dokter Han yang segera disetujui oleh Kanaya.

Hayden merenung sebentar, mungkin sehabis membawa Kanaya mengecek keadaan ia akan membawanya untuk berkeliling sebentar.

20 menit berlalu setelah pengecekan dan obrolan-obrolan kecil menyangkut kesehatan Kanaya, kini gadis itu sudah diperizinkan untuk pulang yang tentunya bersama Hayden.

Pria itu berhasil membuat Kanaya heran lantaran jalan yang dilewati saat ini tidak sama seperti sebelumnya. "Hey, kau salah jalan. Jalan apartemen bukan ini!" ujar Kanaya yang kini berubah panik karena dirinya sama sekali belum pernah melewati jalan yang sekarang tengah dilewati.

"Kau tenang saja, ada tempat bagus yang aku yakini kau akan menyukainya," ucap Hayden menenangkan. Gadis itu mencoba tenang dan tetap diam, menikmati perjalanan dengan jalan yang sedikit lebih sepi dari biasanya.

Semakin jauh justru pemandangan yang terlihat semakin indah, bahkan Kanaya melewati jembatan yang dibawahnya terdapat sungai dengan air yang jernih. Ingin rasanya Kanaya meminta Hayden untuk berhenti sebentar demi mengizinkan dirinya bermain air di sungai yang tidak terlalu besar itu.

Ketika sedang sibuk memikirkan sungai, Kanaya serta Hayden tiba pada taman yang cukup luas dengan objek lain berupa danau yang indah.

Kanaya yang sudah tidak sabar pun keluar dari mobil secepat mungkin dan berlari mendekati danau. Hayden panik, pria itu segera menyusul Kanaya karena takut jika gadis itu akan tercebur ke dalam danau.

"Kau harus meminta izin padaku jika hendak melakukan sesuatu atau hendak pergi ke manapun itu!" ujar Hayden terdengar seperti aturan baru. Gadis itu mengangguk patuh dan kembali memainkan air danau menggunakan jari jemari lentiknya. Benar-benar terasa menyenangkan dan nyaman.

Hayden tidak bisa mengalihkan atensinya dari Kanaya, melihat raut senang pada wajah cantik itu benar-benar terlihat seperti bidadari yang baru saja dibebaskan.

"Bolehkah aku turun ke danau?" pinta Kanaya dengan tatapan pupy-eyesnya. Hayden menimang, membawa Kanaya untuk berkeliling membuat gadis itu merasa sedih karena Hayden terlihat tidak memberi izin.

"Turunlah, di sini lebih dangkal. Kau bisa melepas sepatu serta menggulung sedikit celanamu agar tidak terkena air," ujar Hayden yang berhasil mengembalikan wajah bahagia Kanaya.

Tanpa menunggu waktu lama lagi Kanaya segera melepas sepatunya, menggulung sedikit lebih tinggi celana jeans yang sedang dikenakan agar tidak terkena air. Gadis itu menaruh sepatunya pada pinggir danau dengan kedua kaki yang kini tengah asik bermain air.

Sedangkan Hayden sendiri sibukkan oleh katak-katak lucu yang hendak menggangu Kanaya, gadis itu akan mengamuk dan meminta pulang jika ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. Salah satu dari itu adalah hewan-hewan yang ditakuti oleh Kanaya seperti katak dan ulat.

Tak sengaja mata indah Kanaya melirik sebuah bunga teratai yang tengah mekar dengan indahnya.

"Cantik sekali," monolog Kanaya dengan salah satu tangan yang mengusap kelopak bunga itu penuh sayang.

Hayden yang mendengarnya melirik Kanaya, pria itu mengerutkan dahi heran ketika melihat Kanaya sedang membungkuk dan menatap sesuatu. Hayden berjalan mendekati Kanaya, pria itu mengangguk kecil ketika Kanaya terus mengusap kelopak bunga teratai.

"Kau suka?" tanya Hayden. Kanaya mengangguk, gadis itu mulai memberi kode lewat tatapan serta kedipan matanya.

"Kita tidak mempunyai kolam, Kanaya. Apa kau hendak menanamnya di dalam bathtubmu itu?" tanya Hayden, gadis itu menggeleng lemah dan terlihat sangat menyedihkan. Kanaya merasa sudah tidak memiliki harapan untuk bisa memelihara tanaman teratai di tempat tinggalnya.

"Kau seharusnya menjual apartemen itu dan membeli rumah yang memiliki kolam. Aku benar-benar ingin berenang bersama teratai-teratai cantikku!" Hayden diam. Ucapan Kanaya ada benarnya juga, sudah saatnya ia mencari tempat tinggal baru yang lebih luas serta lebih lengkap lagi.

"Kau benar, lain kali aku akan memikirkan untuk membeli rumah dan membuatkan kolam khusus untuk teratai-terataimu itu," ujar Hayden yang berhasil membuat pelukan lembut Kanaya berikan. Gadis itu bertepuk tangan heboh dan kembali berbincang ria dengan bunga teratai yang tentunya tidak dapat diajak berbicara.

Biarkan saja, Hayden tidak memedulikan Kanaya jika gadis itu masih berada dalam batas wajar. Toh Kanaya sedang tidak melakukan kegaduhan sekarang, gadis itu tampak senang dengan bunga teratai yang sudah diklaim menjadi miliknya itu.

Setelah merasa cukup puas, Kanaya mengeluh lapar dan menginginkan makan di tempat yang bertema outdoor. Hayden segera menuruti permintaan gadis itu, mencari tempat yang diinginkan oleh Kanaya melalui ponsel pintarnya. Sampai di tempat yang dimaksud, Hayden lebih dulu keluar dari mobil dan membukakan pintu bagian Kanaya, gadis itu keluar sudah seperti ratu dengan bodyguard tampan.

"Kau sangat membuatku bahagia hari ini," ujar Kanaya tepat di samping telinga Hayden dengan kaki sedikit berjinjit guna menambah tinggi badannya.

Pria itu mendengus geli, gadis mana yang tidak senang jika ada seorang pria tampan yang mau menuruti segala keinginannya.

Tanpa menunggu waktu lama lagi Hayden segera membawa Kanaya untuk duduk pada tempat yang ada, memanggil salah satu pelayan dan mulai memesan makanan yang diinginkan. Selagi menunggu pesanan tiba, Kanaya dan Hayden memilih untuk sibuk pada ponsel saja. Kanaya membuka game, dan Hayden mencari arsitek dan melihat-lihat foto model rumah yang menurutnya menarik.

Setelah pesanan tiba, ponsel itu terlepas dari tangan pemiliknya, Kanaya dan Hayden memilih untuk mengisi perutnya terlebih dahulu sebelum memulai perjalanan pulang. Untung sekali jadwalnya kali ini bertepatan dengan tanggal merah, Kanaya tidak perlu terburu-buru pulang dan berdiam diri sendiri menunggu Hayden pulang bekerja.

"Aku ingin mencoba makananmu," pinta Kanaya dengan mata menatap penuh nikmat pada makanan yang ada di depan Hayden. Pria itu segera menyendokkan makanan yang diinginkan Kanaya dan membiarkan gadis itu untuk mencobanya.

"Lagi?" tanya Hayden, anggukan dari Kanaya membuatnya semakin bersemangat untuk terus menyuapi Kanaya. Hayden yakin, hati Kanaya tengah berbunga sekarang. Dihadapkan dengan makanan lezat bisa membuat gadis itu merasa nyaman dan damai, hal itu juga berimbas pada Hayden karena tidak mendengar segala ocehan Kanaya yang bisa saja memecah konsentrasinya.

"Oh ya, aku tadi tak sengaja melihat kucing yang sangat lucu! Kau ... tidak masalah bukan jika aku memelihara kucing? Aku janji akan merawatnya dengan baik!" ujar Kanaya berhasil membuat Hayden hampir tersedak. Kucing? Yang benar saja! Sedari dulu ia sangat takut pada hewan berbulu itu.

"Cari hewan yang lebih baik dari kucing. Saya tidak menyukainya," balasan Hayden benar-benar membuat Kanaya kesal. Wajah yang sedari tadi berbinar senang kini tampak masam.

***

Kalian termasuk orang takut kucing bukan?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SHE'S SPECIAL   TAMAT!!!

    Kini, kehidupan Kanaya dan Hayden berjalan dengan begitu indah. Mereka menikmati waktu demi waktu sambil membesarkan Reynald yang terus tumbuh. Mereka rasa, kemarin agaknya Reynald masih bayi dan membutuhkan ASI. Saat ini, anak itu sudah memasuki sekolah dasar seraya terus berdoa pada Tuhan agar memberinya adik.Pulang sekolah, Reynald di jemput oleh Kanaya beserta sopir pribadi ibunya. Hayden belum pulang, pria itu semakin sibuk karena perusahaannya semakin berkembang pesat."Rey, Ibu punya sesuatu untuk Rey. Apakah Rey tahu apa itu?" tanya Kanaya pada sang anak yang duduk di sampingnya. Rey menoleh di sela-sela kesibukannya yang sedang membuka sepatu."Apa itu, Ibu? Apa ada mainan baru?" tebak Reynald dengan wajah yang begitu sumringah. Biasanya, seminggu atau dua minggu sekali Kanaya ataupun Hayden selalu membelikan mainan baru untuk Reynald.Kanaya menggeleng, wanita itu semakin membuat Reynald bertanya-tanya."Ibu ... Reynald tidak tahu. Bisakah beritahu Rey sekarang saja?" pinta

  • SHE'S SPECIAL   ANAK JAHIL

    Pergulatan panas mereka selesai bertepatan dengan Reynald yang terbangun. Memang anak itu sesekali bangun untuk memberitahukan pada ayah dan ibunya jika ia lapar. Belum lagi popok yang digunakan sudah penuh meminta diganti.Untuk saat ini Kanaya memasrahkan Reynald pada Hayden sepenuhnya, wanita itu sudah tak sanggup membuka mata apalagi bangun dari tempat tidurnya. Alhasil, Hayden-lah yang menenangkan Reynald serta mengganti popok anaknya. Beruntung Kanaya selalu menyediakan ASI di dalam botol dan hanya perlu dipanaskan sebentar. "Cup cup cup, cepat tidur kembali ya anak Ayah. Ayah lelah sekali, Sayang. Lihat ibumu, ada gempa pun sepertinya dia tidak akan bangun," ujar Hayden pada sang anak. Dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, Hayden terus menimang dan menyenandungkan nada lagu kecil agar mempercepat kantuk sang anak datang. Reynald yang sangat nyaman dipeluk ayahnya pun perlahan-lahan kembali tertidur. Bayi itu juga tampaknya tahu jika sang ayah sangat mengantuk.Hayden terse

  • SHE'S SPECIAL   JANGAN DI DALAM!

    Saat ini, Hayden maupun Kanaya masih dalam masa pemulihan. Mungkin sekitar dua hari lagi mereka berdua bisa dipulangkan.Saat ini, Hayden tengah diperiksa untuk kesekian kalinya. Pria itu sebenarnya sudah muak berhadapan dengan dokter, namun apa boleh buat? Ia hanya bisa pasrah dan menerima semuanya.Kanaya sendiri saat ini tengah menimang Reynald setelah bayi itu diberi susu. Mata Reynald yang sesekali terbuka membuat Kanaya sangat gemas dan ingin menggigit anaknya sendiri. Beruntung Kanaya masih waras dan tidak melakukan hal itu pada buah hatinya."Dokter, apakah ayah sudah sembuh?" tanya Kanaya menirukan suara anak-anak seolah Reynald-lah yang bertanya. Dokter maupun Hayden yang sedang diperiksa sontak terkekeh geli mendengar suara Kanaya. "Ayahmu sudah sehat, anak tampan. Hanya saja, masih butuh perawatan selama beberapa hari sebelum diizinkan pulang. Reynald pasti bosan ya di rumah sakit?" tanya dokter pada bayi itu. Yang menjawab tentu bukan Reynald, melainkan ibunya."Sangat

  • SHE'S SPECIAL   ANAK LANANG MALORY

    Beberapa hari kemudian, tanpa diduga dan disangka Kanaya mengalami kontraksi hebat ketika sedang menjenguk Hayden yang belum sadarkan diri. Dokter memperkirakan beberapa jam lagi Hayden akan membuka matanya setelah melihat kondisi pria itu yang semakin membaik. Namun, Kanaya tak sempat melihat sang suami membuka mata karena rasa sakit yang dialaminya. Padahal, hari perkiraan lahir masih tersisa satu minggu, namun Tuhan berkehendak lain.Alhasil, Kanaya segera dimasukkan ke dalam ruang bersalin dan langsung ditangani oleh dokter yang biasa memantaunya. Proses melahirkan secara normal Kanaya tempuh sendirian tanpa dukungan sang suami. Wanita itu sempat merasa sedih, namun setelah mendengar kata-kata penyemangat dari dokter, Kanaya menjadi lebih semangat lagi untuk melahirkan anaknya.'Semoga setelah anak kita lahir, kau secepatnya membuka mata, Suamiku.' Kanaya terus berdoa di dalam hati untuk suaminya, rasa sakit yang begitu dahsyat tak bisa dielakkan selain dihadapi."Nyonya, tolong m

  • SHE'S SPECIAL   KRITIS

    Hayden ditangani sebaik mungkin oleh dokter yang ada di rumah sakit. Pria itu mengalami kecelakaan cukup parah sewaktu mencari kedai bakso yang istrinya inginkan. Sungguh, kejadian itu terasa begitu cepat seolah hanya kilatan cahaya. Kanaya sendiri masih tak sadarkan diri setelah ditangani oleh dokter, wanita itu benar-benar tidak terima dengan kabar yang didengarnya. Para orang kepercayaan Hayden yang selalu menjaga keluarga itu pun segera berdatangan dan mengambil alih kendali semuanya. Beberapa saat kemudian, Kanaya telah sadar dari pingsan dan langsung mencari suaminya. Tepat saat itu pula Hayden sudah dipindahkan ke ruangan yang lebih intensif lagi agar cepat pulih. Kanaya segera dibantu oleh suster serta orang kepercayaannya untuk melihat Hayden. Air mata wanita itu tak henti bercucuran melihat kondisi sang suami yang begitu memprihatinkan. Kanaya menyesal meminta pria itu keluar untuk mengabulkan keinginannya."Aku mohon ... bangun, Sayang. Maafkan aku, maafkan aku," racau K

  • SHE'S SPECIAL   RUMAH SAKIT

    Perut Kanaya tampak semakin membesar seiring berjalannya waktu. Saat ini usia kandungan wanita sudah menginjak bulan ke sembilan, mereka semakin dibuat tak sabar menanti kelahiran sang buah hati. Segala persiapan untuk kelahiran sang anak sudah Hayden dan Kanaya siapkan sebaik mungkin. Meskipun saat anak mereka lahir tidak langsung di tempatkan pada kamar terpisah, namun kamar bayi itu sendiri sudah siap pakai dengan segala fasilitas yang lengkap di dalamnya. Kanaya sebenarnya tidak meminta Hayden untuk menyiapkan kamar anak secepat itu. Namun, Hayden sendiri yang sudah tidak sabar ingin mendekor kamar sang anak. "Kau sangat yakin mendekor kamar dengan warna biru seolah anak kita laki-laki," celetuk Kanaya pada sang suami yang baru selesai menata ulang letak kamar tidur sang anak bersama orang-orang suruhannya."Tentu saja warna biru karena aku yakin anak kita akan laki-laki. Meskipun perempuan, warna biru juga tidak terlalu buruk. Kita bisa mengganti dekorasi kapan saja," balas Ha

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status