Share

JALAN-JALAN DENGAN KANAYA

Esok harinya, Kanaya kembali masuk ke dalam kamar Hayden untuk mengecek tubuh pria itu. Malam tadi suhunya tinggi dan bersyukur jika pagi ini sudah kembali normal.

"Cepatlah bersiap-siap, hari ini kau ada jadwal dengan dokter Han," ujar Hayden membuat Kanaya memutar bola mata malas. Dokter itu sangat banyak bicara, dan tentunya Kanaya tidak suka.

"Bisakah kita tidak pergi untuk hari ini? Kau sedang sakit," ujar Kanaya yang tentunya dibantah oleh Hayden karena pria itu sendiri merasakan jika tubuhnya sudah terasa lebih baik.

"Jangan banyak alasan lagi, cepat siap-siap dan sarapan bersama. Kita tidak boleh telat jika tidak mau mengantri lama," ujar Hayden yang masih kekeuh tidak bisa menerima keinginan Kanaya. Gadis itu mengangguk lesu, kembali pada kamarnya untuk bersiap-siap dan menikmati sarapannya bersama Hayden tentu dengan hati yang sedih.

Dirinya tidak mau bertemu dokter itu. Dokter sangat menyebalkan baginya.

"Aku seharusnya sedang mengurusmu—"

"Kau tetap harus menjalani terapi," ujar Hayden. Kanaya membuang nafas pasrah, toh perintah Hayden tidak bisa dibantah. Pria itu bisa saja mengangkat tubuhnya dan dimasukkan ke dalam mobil demi bisa bertemu dengan dokter itu.

Selesai sarapan, Hayden segera membawa Kanaya keluar dari apartemen dan mengemudikan mobilnya. Pria itu tampak tenang dengan kedua tangan yang memegang setir untuk mengendalikan mobil.

Sampai di tempat yang dituju, Hayden kembali membujuk gadis itu agar keluar dan turun bersamanya guna menemui dokter yang mungkin saja sudah menunggu sedari tadi.

Dokter itu sangat ramah, menyambut kedatangan Kanaya dengan Hayden secara tenang dan nyaman. Selanjutnya Hayden hanya bisa memerhatikan dokter yang sedang memeriksa keadaan Kanaya. Bisa Hayden lihat jika perkembangan Kanaya cukup pesat. Bahkan gadis itu sudah bisa mengontrol emosi ketika dokter mengetesnya.

"Wah, saya benar-benar bangga padamu, Kanaya. Dan kau, Hayden, kau benar-benar merawatnya dengan baik. Lihatlah ini, semua berkembang sesuai keinginan," ujar dokter Han sambil menunjukkan selembar kertas yang berisi perkembangan.

Hayden tersenyum tipis untuk mengungkapkan isi hatinya yang tengah merasa senang sekarang. Kanaya sangat pandai, gadis itu bisa bangkit dalam kurun waktu kurang dari satu bulan. Setidaknya, pancingan Hayden untuk berdebat bisa membuat gadis itu sedikit demi sedikit bisa melupakan kejadian yang menyedihkan. Dan sebentar lagi, ia akan mengulik siapa Kanaya sebenarnya.

"Oh ya, sering-seringlah ajak Kanaya berjalan-jalan keluar dari apartemen. Meskipun saya yakin jika apartemenmu mewah serta tidak kekurangan fasilitas, tapi Kanaya perlu menghirup udara luar agar pikirannya lebih fresh," saran dokter Han yang segera disetujui oleh Kanaya.

Hayden merenung sebentar, mungkin sehabis membawa Kanaya mengecek keadaan ia akan membawanya untuk berkeliling sebentar.

20 menit berlalu setelah pengecekan dan obrolan-obrolan kecil menyangkut kesehatan Kanaya, kini gadis itu sudah diperizinkan untuk pulang yang tentunya bersama Hayden.

Pria itu berhasil membuat Kanaya heran lantaran jalan yang dilewati saat ini tidak sama seperti sebelumnya. "Hey, kau salah jalan. Jalan apartemen bukan ini!" ujar Kanaya yang kini berubah panik karena dirinya sama sekali belum pernah melewati jalan yang sekarang tengah dilewati.

"Kau tenang saja, ada tempat bagus yang aku yakini kau akan menyukainya," ucap Hayden menenangkan. Gadis itu mencoba tenang dan tetap diam, menikmati perjalanan dengan jalan yang sedikit lebih sepi dari biasanya.

Semakin jauh justru pemandangan yang terlihat semakin indah, bahkan Kanaya melewati jembatan yang dibawahnya terdapat sungai dengan air yang jernih. Ingin rasanya Kanaya meminta Hayden untuk berhenti sebentar demi mengizinkan dirinya bermain air di sungai yang tidak terlalu besar itu.

Ketika sedang sibuk memikirkan sungai, Kanaya serta Hayden tiba pada taman yang cukup luas dengan objek lain berupa danau yang indah.

Kanaya yang sudah tidak sabar pun keluar dari mobil secepat mungkin dan berlari mendekati danau. Hayden panik, pria itu segera menyusul Kanaya karena takut jika gadis itu akan tercebur ke dalam danau.

"Kau harus meminta izin padaku jika hendak melakukan sesuatu atau hendak pergi ke manapun itu!" ujar Hayden terdengar seperti aturan baru. Gadis itu mengangguk patuh dan kembali memainkan air danau menggunakan jari jemari lentiknya. Benar-benar terasa menyenangkan dan nyaman.

Hayden tidak bisa mengalihkan atensinya dari Kanaya, melihat raut senang pada wajah cantik itu benar-benar terlihat seperti bidadari yang baru saja dibebaskan.

"Bolehkah aku turun ke danau?" pinta Kanaya dengan tatapan pupy-eyesnya. Hayden menimang, membawa Kanaya untuk berkeliling membuat gadis itu merasa sedih karena Hayden terlihat tidak memberi izin.

"Turunlah, di sini lebih dangkal. Kau bisa melepas sepatu serta menggulung sedikit celanamu agar tidak terkena air," ujar Hayden yang berhasil mengembalikan wajah bahagia Kanaya.

Tanpa menunggu waktu lama lagi Kanaya segera melepas sepatunya, menggulung sedikit lebih tinggi celana jeans yang sedang dikenakan agar tidak terkena air. Gadis itu menaruh sepatunya pada pinggir danau dengan kedua kaki yang kini tengah asik bermain air.

Sedangkan Hayden sendiri sibukkan oleh katak-katak lucu yang hendak menggangu Kanaya, gadis itu akan mengamuk dan meminta pulang jika ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. Salah satu dari itu adalah hewan-hewan yang ditakuti oleh Kanaya seperti katak dan ulat.

Tak sengaja mata indah Kanaya melirik sebuah bunga teratai yang tengah mekar dengan indahnya.

"Cantik sekali," monolog Kanaya dengan salah satu tangan yang mengusap kelopak bunga itu penuh sayang.

Hayden yang mendengarnya melirik Kanaya, pria itu mengerutkan dahi heran ketika melihat Kanaya sedang membungkuk dan menatap sesuatu. Hayden berjalan mendekati Kanaya, pria itu mengangguk kecil ketika Kanaya terus mengusap kelopak bunga teratai.

"Kau suka?" tanya Hayden. Kanaya mengangguk, gadis itu mulai memberi kode lewat tatapan serta kedipan matanya.

"Kita tidak mempunyai kolam, Kanaya. Apa kau hendak menanamnya di dalam bathtubmu itu?" tanya Hayden, gadis itu menggeleng lemah dan terlihat sangat menyedihkan. Kanaya merasa sudah tidak memiliki harapan untuk bisa memelihara tanaman teratai di tempat tinggalnya.

"Kau seharusnya menjual apartemen itu dan membeli rumah yang memiliki kolam. Aku benar-benar ingin berenang bersama teratai-teratai cantikku!" Hayden diam. Ucapan Kanaya ada benarnya juga, sudah saatnya ia mencari tempat tinggal baru yang lebih luas serta lebih lengkap lagi.

"Kau benar, lain kali aku akan memikirkan untuk membeli rumah dan membuatkan kolam khusus untuk teratai-terataimu itu," ujar Hayden yang berhasil membuat pelukan lembut Kanaya berikan. Gadis itu bertepuk tangan heboh dan kembali berbincang ria dengan bunga teratai yang tentunya tidak dapat diajak berbicara.

Biarkan saja, Hayden tidak memedulikan Kanaya jika gadis itu masih berada dalam batas wajar. Toh Kanaya sedang tidak melakukan kegaduhan sekarang, gadis itu tampak senang dengan bunga teratai yang sudah diklaim menjadi miliknya itu.

Setelah merasa cukup puas, Kanaya mengeluh lapar dan menginginkan makan di tempat yang bertema outdoor. Hayden segera menuruti permintaan gadis itu, mencari tempat yang diinginkan oleh Kanaya melalui ponsel pintarnya. Sampai di tempat yang dimaksud, Hayden lebih dulu keluar dari mobil dan membukakan pintu bagian Kanaya, gadis itu keluar sudah seperti ratu dengan bodyguard tampan.

"Kau sangat membuatku bahagia hari ini," ujar Kanaya tepat di samping telinga Hayden dengan kaki sedikit berjinjit guna menambah tinggi badannya.

Pria itu mendengus geli, gadis mana yang tidak senang jika ada seorang pria tampan yang mau menuruti segala keinginannya.

Tanpa menunggu waktu lama lagi Hayden segera membawa Kanaya untuk duduk pada tempat yang ada, memanggil salah satu pelayan dan mulai memesan makanan yang diinginkan. Selagi menunggu pesanan tiba, Kanaya dan Hayden memilih untuk sibuk pada ponsel saja. Kanaya membuka game, dan Hayden mencari arsitek dan melihat-lihat foto model rumah yang menurutnya menarik.

Setelah pesanan tiba, ponsel itu terlepas dari tangan pemiliknya, Kanaya dan Hayden memilih untuk mengisi perutnya terlebih dahulu sebelum memulai perjalanan pulang. Untung sekali jadwalnya kali ini bertepatan dengan tanggal merah, Kanaya tidak perlu terburu-buru pulang dan berdiam diri sendiri menunggu Hayden pulang bekerja.

"Aku ingin mencoba makananmu," pinta Kanaya dengan mata menatap penuh nikmat pada makanan yang ada di depan Hayden. Pria itu segera menyendokkan makanan yang diinginkan Kanaya dan membiarkan gadis itu untuk mencobanya.

"Lagi?" tanya Hayden, anggukan dari Kanaya membuatnya semakin bersemangat untuk terus menyuapi Kanaya. Hayden yakin, hati Kanaya tengah berbunga sekarang. Dihadapkan dengan makanan lezat bisa membuat gadis itu merasa nyaman dan damai, hal itu juga berimbas pada Hayden karena tidak mendengar segala ocehan Kanaya yang bisa saja memecah konsentrasinya.

"Oh ya, aku tadi tak sengaja melihat kucing yang sangat lucu! Kau ... tidak masalah bukan jika aku memelihara kucing? Aku janji akan merawatnya dengan baik!" ujar Kanaya berhasil membuat Hayden hampir tersedak. Kucing? Yang benar saja! Sedari dulu ia sangat takut pada hewan berbulu itu.

"Cari hewan yang lebih baik dari kucing. Saya tidak menyukainya," balasan Hayden benar-benar membuat Kanaya kesal. Wajah yang sedari tadi berbinar senang kini tampak masam.

***

Kalian termasuk orang takut kucing bukan?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status