Share

Empat puluh enam

Mentari menggenggam tangan Benji dengan erat. Sedari tadi pria itu hanya diam dengan tatapan kosong.

Mentari tau pasti Benji sangat terpukul. Dia saja sudah menangis dari tadi, air matanya tidak berhenti keluar.

Mobil yang mereka tumpangi pun, berhenti di pekarangan rumah.

Sudah banyak mobil, dan juga karangan bunga yang berjejer di sana.

Benji dan Mentari segera turun dari mobil. Mentari semakin mengeratkan genggaman tangan mereka, ketika merasa tangan dan tubuh Benji bergetar.

Namun Benji sama sekali tidak menangis. Jujur untuk melangkah saja Benji merasa tidak sanggup, seluruh tubuhnya terasa lemas.

Dengan perlahan mereka masuk ke dalam rumah. Semua orang menatap ke arah mereka sekarang.

Namun tatapan Benji hanya fokus ke satu titik. Tubuh Omanya yang sudah terbujur kaku, dengan kain yang menutupi seluruh tubuhnya.

Air mata Mentari suda

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status