Mentari menggenggam tangan Benji dengan erat. Sedari tadi pria itu hanya diam dengan tatapan kosong.
Mentari tau pasti Benji sangat terpukul. Dia saja sudah menangis dari tadi, air matanya tidak berhenti keluar.
Mobil yang mereka tumpangi pun, berhenti di pekarangan rumah.
Sudah banyak mobil, dan juga karangan bunga yang berjejer di sana.
Benji dan Mentari segera turun dari mobil. Mentari semakin mengeratkan genggaman tangan mereka, ketika merasa tangan dan tubuh Benji bergetar.
Namun Benji sama sekali tidak menangis. Jujur untuk melangkah saja Benji merasa tidak sanggup, seluruh tubuhnya terasa lemas.
Dengan perlahan mereka masuk ke dalam rumah. Semua orang menatap ke arah mereka sekarang.
Namun tatapan Benji hanya fokus ke satu titik. Tubuh Omanya yang sudah terbujur kaku, dengan kain yang menutupi seluruh tubuhnya.
Air mata Mentari suda
Mentari sedang berada di kampus, walau matanya fokus ke depan memperhatikan dosen. Tapi pikirannya terus melayang memikirkan Benji.Sudah seminggu berlalu, semenjak kepergian Oma Benji. Dan Benji masih tak ada perubahan, dia terus melamun dan bicara seperlunya saja. Bahkan Benji tidak pergi ke kampus, bekerja pun tidak.Membuat Mentari khawatir, Mentari tau kalau Benji pasti sangat terpukul. Makanya setiap kali dia keluar meninggalkan Benji sendirian di apartemen, dia selalu merasa cemas dan ingin cepat pulang.Tak terasa kelas pertamanya pun selesai."Tinggal satu kelas lagi.." ujar Mentari.Setelah itu dia bisa langsung pulang menemani Benji.Mata Mentari tak sengaja melihat ke arah Danu, yang duduk tak jauh darinya.Sudah lama sekali mereka tidak bicara lagi, batin Mentari.Mentari berdiri dari duduk nya, dia berjalan menghampiri Danu.
"tumben?" ucap Danu heran, saat berpapasan dengan Mentari.Pasalnya gadis itu sangat berbeda hari ini. biasanya Mentari akan menyapa nya saat mereka bertemu, walaupun dia tidak pernah menanggapinya.Tapi hari ini jangan kan menyapa menoleh saja tidak. Dan yang bikin Danu tambah heran adalah, penampilan gadis itu. Mentari tidak memakai kaca mata, rambutnya juga di ikat asal-asalan. Biasanya kan dia mengepang rambutnya.Danu berjalan mengikuti Mentari, mengurungkan niat nya untuk pergi ke kantin.Danu mengikuti Mentari sampai ke kelas. Semua orang di dalam kelas juga melihat Mentari dengan heran. Tapi tidak ada yang berani berkomentar.Semenjak mereka tau kalau Mentari tunangan Benji, tidak ada lagi yang berani mengganggu Mentari.Mentari tidak memperdulikan tatapan heran dari teman-temanya, dia duduk di kursinya, lalu menelungkup kan wajahnya di atas meja.Setelah dua hari tidak masuk kuliah, akhirnya hari ini Mentari memutus kan untuk
Dua tahun kemudian."selamat ya Tar..." Ujar Mila dengan memeluk Mentari."Makasih ya...." Jawab Mentari."Akhirnya aku lulus juga..." Ujar Mentari lega.Ya, akhirnya Mentari bisa lulus kuliah, dan menjadi sarjana ekonomi sekarang. Setelah ini dia bisa langsung bekerja untuk membantu ibunya.Bahkan dia sudah di terima bekerja di salah satu perusahaan. dia akan mulai bekerja Minggu depan, Sebagai divisi keuangan."Hei cupu..." Ujar Danu heboh dengan berlari ke arah Mentari.Danu langsung merangkul bahu Mentari."Akhirnya kita lulus juga...." Ucapnya dengan tersenyum senang.Mentari mengangguk kan kepala nya. Dia juga senang, hubungan dia dan Danu sudah membaik sekarang. Semenjak dua tahun yang lalu, tepatnya setelah kepergian Benji, Danu lah yang selalu ada dan menemaninya.Mentari menggeleng kan kepal
"rumah siapa ini?" Ujar Mentari, kala melihat ibunya berhenti di depan sebuah rumah.Seperti rencananya tadi malam, pagi ini Mentari mengikuti kemana ibunya pergi. Tadi ibunya bilang dia mau berangkat ke kantor.Tapi yang Mentari lihat sekarang, ibunya malah pergi ke sebuah rumah. Entah rumah siapa.Mentari terus memperhatikan ibunya. Dia sengaja tidak turun dari mobil, agar tidak ketahuan."Apa rumah teman ibu.." tebak Mentari. Mungkin aja ini rumah teman ibunya.Ada sebuah mobil lagi yang datang memasuki halaman rumah itu. Mentari melebarkan matanya saat melihat siapa yang turun dari mobil itu.Bahkan dia Sampai memajukan tubuhnya, untuk memastikan kalau dia tidak salah lihat."Om Bram.." ujar Mentari tak percaya , kala melihat papinya Benji yang keluar dari mobil itu.Ngapain ibunya dan papinya Benji datang ke rumah ini, batin Mentari.
"kamu aja yang masuk, biar ibu tunggu di sini" ucap Mira ketika mereka telah tiba di depan kamar Benji.Mira tau, Mentari pasti butuh waktu untuk bicara dengan Benji berdua saja.Mentari mengangguk kan kepalannya. dia menghapus air matanya, lalu menarik napas dalam. Rasanya campur aduk sekarang. Antara senang dan sedih. Senang karena akhirnya dia bisa bertemu lagi dengan Benji. Tapi juga sedih saat tau bagaimana ke adaan Benji sekarang.Mentari membuka pintu secara perlahan.Deg.Jantung Mentari berdetak cepat, kala melihat Benji yang tengah berdiri membelakanginya.Apalagi sekarang Benji menoleh ke arahnya. Mereka sama-sama terpaku di tempat masing-masing.Ingin rasanya Mentari berlari lalu memeluk Benji, dan berkata dia sangat rindu.Mata itu masih sama seperti dulu. Mata yang selalu menatapnya tajam dan mengintimidasi.
Mentari membuka matanya perlahan, dia menoleh ke kiri kanan."Astaga.." ujarnya, dia sampai ketiduran di kamar Benji semalam.Sangking capeknya bujuk Benji agar mau bicara, akhirnya dia ketiduran di sini.Mentari mengubah posisinya menjadi duduk. Dia mencari keberadaan Benji namun tidak ada."Apa udah keluar.." gumanya.Mentari segera berdiri dan berlari ke kamar mandi untuk mencuci mukanya.Tak lama dia keluar dengan keadaan yang lebih segar. dia pun keluar kamar untuk mencari Benji.Mentari menuruni tangga secara perlahan. Matanya melebar kala melihat kekacauan yang ada di ruang tamu. Semua barang pecah berhamburan di lantai.Dan juga ada papinya Benji di sana yang terlihat sangat emosi. napas pria paruh baya itu naik turun, wajahnya juga memerah menahan amarah.Apa yang terjadi. apa kak Benji ngamuk lagi, batin Mentari.
"kita mau kemana kak?" Tanya Mentari saat Benji membawanya pergi."Nanti juga Lo tau" jawab Benji singkat.Mentari menghembus kan napasnya, percuma dia bertanya.Setelah itu terjadi keheningan diantara mereka, Mentari sibuk dengan pikirannya sendiri. Sementara Benji fokus menyetir."Selama gue nggak ada, apa aja yang Lo lakuin?" Tanya Benji memecah keheningan."Kan aku udah cerita semuanya kemarin" ucap Mentari. Apa Benji lupa, padahal kemarin dia sudah cerita panjang lebar.Benji mengangguk kan kepalanya, sebenarnya tanpa Mentari cerita pun dia sudah tau apa saja yang dilakukan Mentari.Karena selama dua tahun ini, sebenarnya Benji menyuruh orang untuk mengawasi Mentari. jadi dia sudah tau apa saja yang Mentari lakukan."Yah... yang gue tau, Lo nangisi gue tiap malam" ucap Benji dengan melirik Mentari, dia tersenyum jahil.
Mentari memandang keluar jendela, dia masih berada di rumah papinya Benji sekarang. Lebih tepatnya sudah menjadi rumah Benji.Mentari menghembus kan napasnya berat, dia menoleh ke ranjang dimana Benji sedang tidur sekarang.Setelah kejadian tadi Benji langsung mengajaknya ke kamar dan tidur, Mentari bisa melihat kesedihan di mata Benji.Walaupun Benji terlihat jahat mengusir keluarganya tadi. tapi Mentari tau sebenarnya jauh di lubuk hati Benji yang paling dalam, dia juga nggak mau melakukan ini semua.Bagaimanapun Benji sangat menyayangi papinya."Mikirin apa sih..?" Ucap Benji dengan suara seraknya. Membuyar kan lamunan Mentari.Mentari menggelengkan kepalanya, dari dulu Benji tidak pernah berubah selalu saja datang tiba-tiba. Padahal tadi dia masih melihat Benji tertidur di ranjang.Benji memeluk Mentari dari belakang, menaruh kepalanya di bahu Mentari."Mikirin apa?" Tanyanya lagi."Nggak ada, kakak udah bangun