“Kita mau kemana sih?” Tanya Tiara penasaran. Pasalnya jalan yang Arya lewati adalah jalan menuju kota sebelah, tidak seperti biasanya. Tumben sekali Arya mengajaknya keluar kota, apa yang ingin Arya tunjukkan padanya?“Rahasia, pasti kamu akan suka,” jawaban Arya membuat Tiara semakin penasaran.“Kasih tahu kenapa sih, aku kepo,” rengek Tiara manja.“Aku kasih petunjuk, tempat ini berada di atas bukit,” ucap Arya terus menatap jalan.Tiara berpikir sejenak,” Ke taman langit kah?”Arya hanya tersenyum misterius, tanpa sadar ia mengecek k*ndom yang berada di saku celananya. Aman!Arya menyeringai, ia harap semuanya akan berjalan lancar. Mengingat desahan Tiara membuat Arya semakin tidak sabar untuk mencapai tujuan. Hasratnya ingin segera dituntaskan.Tiara tidak menyadari, bahwa ini adalah awal dari kehancuran hidupnya.Di lain tempat, Adnan nampak gelisah. Berkali-kali ia melihat jam di dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, tapi Tiara belum terlihat barang hidungnya. Biasany
“Dari mana aja kamu semalam?” bentak pak Suryo pada Tiara yang baru saja datang. Tentu saja Pak Suryo marah, karena Tiara pulang esok paginya. Itu pun sudah siang, pukul 9 pagi Tiara baru datang.Tiara menunduk tidak berani menatap ayahnya yang sedang marah. Ia tahu, ia salah. Tapi bukan salah Tiara sepenuhnya. Ia tidak tahu, kejutan yang Arya maksud adalah pesta miras.Bangun tidur tadi, Tiara terkejut mendapati tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang pun. Ia melihat Arya dan teman-temannya pun sama, polos tanpa baju. Tubuhnya bergetar, ia menatap nanar tubuhnya dan mereka bergantian, ‘Mungkinkah mereka melakukan itu denganku? Bergantian?’ batin Tiara jijik dengan dirinya sendiri.Sepagian ia menangis, menangisi kebodohannya yang mudah terpedaya oleh Arya. Ia merasa dirinya lebih rendah dari pelac*r. Tubuhnya digilir tanpa bayaran, sedangkan pelac*r masih mendapatkan uang.Setelah membangunkan Arya dengan susah payah, akhirnya mereka pulang. Walau sebelumnya sudah diwarnai dengan ce
“Yah, tolong buat ibu Mas Adnan sakit!” ucap Tiara seketika membuat Pak Suryo melotot menatapnya.“Ada apa lagi?” tanya pak Suryo mengernyit.Tiara cemberut lalu menghentakkan kakinya. Ia duduk di samping ayahnya.“Aku sakit hati ayah, masak dia ngata-ngatain aku sih,” sungut Tiara.“Bu Rini? Masak dia ngata-ngatain kamu?” tanya pak Suryo gemas, ia paling tidak suka ada anggota keluarganya yang dihina orang lain. Siapapun itu harus mendapatkan balasannya, minimal sakit.“Masak dia bilang aku gak becus jaga anak, pake bilang aku perempuan gak bener, Yah.” Tentu saja Tiara menambahkan bumbu setiap kata yang ia keluarkan.“Lalu apa lagi?” tanya Pak Suryo.“Mereka bilang aku murahan, Yah. Dan mereka akan menuntut hak asuh Nando.” Dalam hati Tiara tersenyum bahagia, karena sepertinya ayahnya mulai terpengaruh lagi. Tiara tidak jera dan sangat tega melihat ayahnya kesakitan, ia tahu ayahnya pasti kalah melawan Adnan, tapi apa salahnya dicoba? Kita tidak tahu, keberhasilan biasanya akan sete
“Kalau begitu, ayo kita berhubungan serius, agar kamu tidak sungkan memanggilku.”Ucapan pak Raharjo membuat Tiara seketika terdiam. Ia tidak mengira wali muridnya ini memintanya berhubungan serius. Ia melirik wajah pak Raharjo, hatinya bimbang, di satu sisi ia masih mempunyai hubungan dengan Arya, tapi pak Raharjo memiliki segalanya. Tiara sungguh di lema.“Bagaimana?” tanya pak Raharjo lagi, sepertinya dia bukanlah orang yang sabar. Tidak tahukah dia, saat ini Tiara sedang bingung harus menjawab apa?“Maaf sebelumnya, Pak. Bolehkah saya memikirkan dulu, tidak mungkin saya menjawab sekarang.” Tiara mengulas senyum,Pak Raharjo seketika meleleh mendapatkan senyuman dari Tiara. Mungkin dia tidak sadar, bahwa dia masuk perangkap Tiara.“Baiklah, tapi jangan lama-lama. Aku ingin jawaban yang memuaskan secepatnya.” Tangan pak Raharjo menggenggam jemari Tiara dengan erat, seolah tidak ingin kehilangan.Tiara mengangguk dan mengulas senyum, sebelum akhirnya ia menunduk. Tiara menyeringai, m
[Aku akan menyebarkan video ini ke publik! ]Di bawah pesan itu masuk sebuah video yang membuat Tiara sangat syok, ia membanting ponselnya dengan marah.“Kurang ajar Arya, ternyata diam-diam dia merekam kejadian di hotel itu, sialan!” geram Tiara, ia takut video itu tersebar ke publik. Bisa gagal rencana dia untuk mendekati pak Raharjo, ia tidak mau kehilangan tambang uang yang sudah pasti di depan mata.“Aku harus menemui Arya. Harus!” Tekat Tiara, ia belum siap kehilangan Arya, dan kesempatan dekat dengan Pak Raharjo.Esoknya Tiara melakukan kegiatan seperti biasa, tadi pagi ia sudah mengabari Arya, bahwa ia ingin bertemu setelah mengajar. Tiara harus meyakinkan Arya bahwa ia tidak memiliki hubungan apa-apa dengan pak Raharjo.Hari ini Tiara memiliki jadwal mengajar di kelas XA lagi, kelas Rara, anak satu-satunya dari Pak Raharjo. Sedikit grogi, Tiara memantapkan diri berjalan menuju kelas XA, kelas paling ujung. Ia berharap Rara belum mengetahui kedekatannya dengan pak Raharjo.Men
“Mama... “ Teriak Nando melihat Tiara datang menjemputnya.Bu Rini, ibu Adnan mengantarkan Nando sampai depan rumah menemui Tiara. Sedangkan Mila dan Adnan tetap berada di dalam rumah. Malas sekali mereka menemui Tiara, apalagi Adnan dalam keadaan emosi, bagaimana mungkin Tiara tega mengantar Nando ke rumahnya saat Ibunya sedang kesakitan karena ulah ayah Tiara?Tiara menciumi Nando dengan sayang, lalu ia segera menghampiri Bu Rini untuk segera berpamitan. Karena malam ini ia ada janji bertemu dengan pak Raharjo.“Tiara pamit dulu, Bu.” Bu Rini menampik tangan Tiara saat ia akan mengalami tangan Bu Rini.Tiara terkejut dan menganga,” Kenapa Bu? Apa salah Tiara?”“Tidak ada, hanya saja Ibu tidak mau tangan ibu terkontaminasi dengan keluguan kamu yang ternyata palsu!” tanpa menoleh, Bu Rini segera masuk ke dalam rumah, setelah sebelumnya mencium pipi Nando.Tinggallah Tiara yang menatap penuh kebencian pada mantan mertuanya itu. Kebencian itu semakin menumpuk di dalam hati Tiara. Pantas
“Ayah!!” Tiara berteriak histeris melihat keadaan Ayahnya yang sudah tidak bernapas. Tubuh pak Suryo terjengkang ke belakang membentur tembok, matanya melotot lebar, dan mulutnya mengeluarkan banyak darah. Belum lagi beberapa bagian di tubuhnya berwarna hitam, seperti bekas pukulan yang keras.Tiara menangis histeris memanggil ayahnya, sembari mengguncang tubuh pak Suryo yang mulai kaku.Mbok Mina datang dengan tergesa, ia terkejut melihat Pak Suryo sudah terbujur kaku.“Siapa yang melakukan ini?” gumam Mbok Mina geram.Tiara hanya menggelengkan kepala, ia tidak mau Mbok Mina marah padanya, seperti sebelumnya saat Ayahnya sakit setelah menuruti permintaan Tiara. Mbok Mina memarahinya habis-habisan, menyalahkan keegoisannya.Tiara menyesal telah meminta ayahnya menuruti keinginannya. Ia tidak tahu, ternyata ayahnya tidak mampu melakukan hal itu.Esoknya, rumah Tiara sudah kedatangan banyak orang yang melayat, mereka bergosip tak jauh dari Tiara duduk. Tiara tidak ingin mendengar ucapan
“Mau apa kamu kesini?” hardik Rara pada seseorang yang baru saja datang.Arya terkejut melihat Rara berada di rumah Tiara, rencana Arya tadi datang ke rumah Tiara hanya untuk takziah, dan mengajaknya party seperti beberapa hati hari yang lalu. Tapi pertemuannya dengan Rara, malah mengacaukan segalanya. Mengapa harus bertemu Rara di rumah Tiara? Padahal Arya sudah berusaha menjauh dan memblokir semua akses dari Rara. Malas sekali harus bertanggungjawab atas kehamilan Rara, karena Arya yakin bukan hanya dengan dirinya Rara melakukan hubungan itu.“Aku kesini mau takziah, memangnya siapa kamu?” Arya lebih memilih berpura-pura tidak mengenal Rara.“Jangan pura-pura gak kenal! Dasar baj*ngan!” umpat Rara kesal.Tiara mengernyit melihat perseteruan antara Arya dan Rara, ia bisa menebak apa yang terjadi. 'Kurang ajar sekali Arya! Sudah berhubungan denganku, masih juga menghamili anak orang, apalagi dia anak Jo. Bisa mampus aku kalau salah mengambil langkah' batin Tiara, karena beberapa perti