Share

SITUATION
SITUATION
Penulis: LiEunSaVaLove

Eps 1: Gadis Bunuh Diri

Fokus ... Fokus ... Fokus ...

Wajah perempuan yang datar dan dingin membuatku terkejut.

Aku sedang tidak ingin diganggu oleh siapa pun dan apa pun. Helaan napas berat keluar dari mulut. Untung saja, aku tipe orang yang tidak mudah teriak saat terkejut.

Dari pada terus-terusan berhadapan dengan wajah yang tak hidup lagi, aku pura-pura melihat arah lain sambil pergi meninggalkannya.

Halo, namaku Zoe Veronica. Aku gadis yang bisa melihat sesuatu. Sebut saja indigo. Aku tinggal bersama ibu tercinta.

Keseharianku hanyalah bangun tidur, makan, sekolah, pulang, lalu tidur. Tidak lupa membantu orang yang selalu meminta bantuan.

Ini terlihat sangat risih. Kenapa? Karena mereka tidak hanya sekali dua kali, tapi berkali-kali. Aku bukan pengasuh.

Ibu menginginkanku melakukannya. Membantu manusia bertemu dengan orang yang sudah tiada, itu tidak mungkin. Apa lagi membantu hantu yang ingin berbicara pada manusia, itu lebih tidak mungkin.

Tapi, itu sebelum tahu bahwa aku anak indigo. Aneh, ya? Seharusnya, anak yang memiliki indigo itu dari lahir. Sedangkan aku, disaat ulang tahun ke-13 sudah punya. Sekarang sudah berumur 17 tahun. Lupakanlah empat tahun yang lalu, di mana aku menangis keras ketika ada makhluk halus ikut berpesta.

Gadis yang mengejutkan masih saja mengikuti. Padahal, aku sudah berusaha untuk tidak melihatnya.

"Aku tahu kamu bisa melihatku."

Dia mulai mengajak bicara. Tidak peduli. Aku tetap berjalan santai menuju sekolah.

"Kenapa kamu tidak ingin melihatku?"

Sebenarnya, tidak hanya dia saja yang pernah bertanya seperti itu. Hantu lain juga bertanya. Pertanyaan itu sudah seperti makananku setiap hari.

Saat berbelok ke kanan, dia terdiam di tempat. Entah kenapa, ingin sekali menoleh dan bertanya, tapi aku tidak ingin berurusan dengan hantu lagi. Aku yakin dia tidak akan mengikuti lagi. Aku tersenyum bahagia.

Senyumanku menghilang, karena salah mengira. Gadis itu sekarang berdiri di sebelahku. Untuk apa?

"Aku dulu juga sekolah, tapi bukan di sekolah ini."

Bicaralah sesuka hatimu. Aku tidak akan peduli.

"Namaku Karin Ghotik. Kita terlihat seumuran. Apa kamu berumur 17 tahun?"

Hanya kebetulan saja. Dia hantu, bukan dukun. Tidak perlu terkejut.

"Aku kehilangan kedua orang tua saat berumur 14 tahun. Lalu Bibi Rachel, dia adik dari ibuku langsung menjemputku. Dia ingin aku tinggal bersamanya. Entah kenapa aku merasa tidak nyaman. Aku ingin sendiri. Tapi aku juga berpikir, dengan siapa dan bagaimana aku tinggal."

Dia terdiam ketika aku memakai earphone. Aku sengaja memakai earphone supaya dia berhenti bicara. Kugerakkan kepala ke atas dan ke bawah. Dia pasti mengira aku sedang mendengar lagu, padahal tidak.

"Karena aku merasa tidak nyaman, di sekolah aku menyendiri. Semua murid menjauhiku. Aku dianggap seperti orang gila, karena berbicara sendiri. Padahal, aku hanya rindu pada orang tua." Lanjutkan saja.

Aku ingin mengambil buku untuk menyiapkan pelajaran pertama. Tunggu, ke mana bukuku? Kemarin malam sudah disiapkan.

Tatapanku berhenti pada gadis yang siap ingin membuang bukuku dari lantai tiga. Sial, bagaimana dia bisa mengambil bukuku? Aku bahkan belum membuka tas.

"Aku akan terus mengganggumu. Aku tidak peduli ketika bukumu lepas dari tanganku."

Berani sekali dia. Hantu saja bisa mengancam. "Baiklah. Aku bisa melihatmu. Puas?"

Suara tawa membuatku tersadar. Di kelas tidak hanya aku saja yang datang, tapi banyak murid lain. Ada yang menertawai dan juga menatap jijik. Itu juga sudah termasuk makananku setiap hari.

"Bisakah kita bicara nanti?" tanyaku berbisik pada gadis itu dengan wajah kesal.

"Hey, Zoe si indigo. Kali ini kamu bicara dengan siapa?" tanya William. Lelaki itu adalah musuhku. Dia selalu mengganggu, ketika aku diganggu oleh hantu. Menyebalkan sekali.

"Bukan urusanmu," balasku dengan menatapnya sinis.

Saat aku berbalik pada gadis yang mengganggu, aku sudah tidak menemukannya. Yang aku temukan adalah bukuku yang sudah berada di meja. Tidak manusia, tidak hantu, sama-sama menyebalkan.

Setelah diganggu oleh gadis hantu itu, sekarang aku diganggu oleh William. Lelaki yang duduk di sebelah kanan.

Dia selalu melempar kertas kecil ke kepalaku. Sudah tahu kami bermusuhan, tapi tetap saja aku mudah dibodohi. Kupikir dia memberi pesan melalui kertas.

Tapi ada satu yang membuatku ingin tertawa. Gadis hantu itu berdiri di belakang William, lalu menjitak kepala lelaki menyebalkan itu dengan santai.

Aku menutup mulut yang hampir saja ingin tertawa lepas. Terima kasih gadis hantu, sepertinya aku berhutang budi.

"Kamu mengganggunya, aku akan mengganggumu."

Lawan lelaki itu. Aku mendukungmu gadis hantu. Dia tadi memberi tahu namanya. Ya, Karin. Lawan dia Karin.

"Kamu pasti yang menjitak kepalaku."

Tuduhan William membuat wajahku menunjukkan seperti wajah 'Sungguh?'

"Tuan Thunder dan Nona Veronica."

Oh tidak. Jika guru sudah memanggil nama kami, itu tandanya kami akan dapat hukuman. Kami? Sejak kapan aku berteman dengannya?

Ya, benar saja. Hanya karena tidak fokus belajar, aku dan William harus membersihkan lorong sekolah.

"Hey, ambil air untuk ember ini," suruh William.

"Punya kaki? Jalan sendiri. Aku yang menyapu," tolakku mentah-mentah. Enak saja dia menyuruh.

Di saat aku ingin mengambil sapu, gerakan William terlalu cepat. Dia mengambil sapu terlebih dahulu dan memberikan ember tepat di depan wajahku.

"Siapa cepat, dia dapat. Sekarang pergi dan ambilkan air. Aku yang menyapu."

Lelaki ini- Baiklah! Aku tidak ingin menghabiskan waktu. Meladeni kebodohan bukanlah hal tepat. Aku yakin dia akan meninggalkan semua tugas untukku. Dia itu sudah seperti ninja, hilang dengan cepat dan datang tiba-tiba.

Aku menoleh ke arahnya ketika aku pergi mengambil air. Dia bergaya seakan sedang menyapu.

Rasanya bosan sekali. Menunggu terlalu lama, jika ditinggal terlalu cepat. Aku melipat kedua tangan di depan dada. Lalu hawa dingin pun muncul. Aku yakin gadis hantu itu datang lagi.

"Aku sudah membantumu. Sekarang bantulah aku."

Hanya menjitak kepala orang bukanlah membantu. Oh ya, aku bilang berhutang budi dalam hati. Apa dia dengar?

Kran yang tadi menyala, dia matikan. Sepertinya dia benar-benar ingin diperhatikan. Tidak juga, airnya sudah meluap dari ember.

"Baiklah. Bantuan apa yang kamu inginkan?" tanyaku sambil mengusap wajah.

"Aku ingin bertemu dengan Bibi Rachel. Aku ingin minta maaf dan menjelaskan semuanya. Saat aku sudah tergeletak, aku melihat wajahnya sangat terkejut."

Walaupun wajahnya menunjukkan wajah datar, tapi aku bisa merasakan kesedihan. Aku sangat yakin, jika dia melakukan hal yang tidak seharusnya dia lakukan. Bunuh diri. Hanya saja, aku tidak tahu bagaimana dia bunuh diri.

"Di mana rumah bibimu?" Aku tidak bisa membiarkannya seperti ini. Rasa kasihanku lebih besar.

"Kamu harus naik taksi dari sini. Perumahan Anggrek."

Aku tahu tempat itu. Lumayan jauh dari sekolah. Harus mengeluarkan uang untuk pergi dan pulang dari sana.

"Aku akan sangat berterima kasih, jika kamu mau membantu. Aku tiada karena bunuh diri dengan cara lompat dari lantai dua. Setelah itu, aku hanya bisa melihat tubuhku dan Bibi Rachel yang menangis. Lalu, semua orang datang-"

"Aku tahu kelanjutan ceritamu." Semua orang datang pasti ingin membantu. Apa yang dia lakukan itu kesalahan besar.

"Seharusnya kamu tidak melakukan it-"

"Apa kamu bicara dengan hantu yang mengganggumu di kelas tadi?"

Lagi, William menemukanku ketika berbicara dengan hantu. Sayangnya, Karin sudah menghilang dan aku seperti bicara sendiri sekarang.

"Kupikir kamu kabur dari hukuman." Aku mencoba mengganti topik.

"Aku tahu kamu sedang mengalihkan pembicaraan. Dengan siapa kamu bicara?"

Aku ingin kembali saja ke hukuman. Berbicara dengannya menghabiskan banyak waktu.

"Sedang bermain rahasia ceritanya?"

Aku sengaja terus berjalan sambil membawa ember. Dia tidak mungkin penasaran dengan hidupku. Hantu saja dia takut.

Dia pernah bilang tidak percaya pada hantu. Kubiarkan itu. Aku tidak memaksanya untuk percaya. Lalu, dia menantangku untuk berdiri selama dua jam di gudang sekolah yang terlihat seram.

Baru dua menit saja dia sudah lari ketakutan. Dan besok, dia mengatakan pada semua murid bahwa dia bisa melakukannya. Lebih dari dua jam.

Aku hanya bisa tertawa dalam hati, melihat murid lain percaya dengan karangan cerita.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
openingnya lumayan bikin penasaran ya..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status