Share

53

“Tejo, hei!” Dayat menepuk pundak sang adik cukup keras karena kesal. Sedari tadi dia memanggil adiknya itu, namun adiknya sibuk melamun.

Tejo menoleh ke arah abangnya dengan wajah kaget. “Ada apa, bang?”

Dayat mendengus. “Makan. Dari tadi di panggilin susah banget, Jo. Kalau suka, bilang saja.”

“Seandainya dia bukan sahabatnya mbak Siska,” ujar Tejo dengan tatapan menerawang.

Dayat berdecak, sedari tadi adiknya sekali berkata begitu.

Apa hubungannya dengan Siska?

“Ada apa dengan mbak-mu?”

“Aku takut mbak Siska ceritain ke dia tentang kelakuanku dulu.” Tejo menjawab sambil tertunduk.

Dayat baru tau tentang kegelisahan adiknya.

“Kamu sudah berubah. Kalau kamu betul-betul menyukainya, berusahalah. Biar mbak-mu jadi urusan Abang.” Dayat menepuk pundak Tejo pelan, memberi dukungan padanya.

___

Acara syukuran di rumah Dayat telah usai. Semua keluarga nenek Atun pun sudah kembali ke kampung.

Nasib Tejo semakin tak jelas. Dia sungguh menyukai wanita yang dia temui di rumah Dayat wa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status