Share

SPERANZA
SPERANZA
Penulis: Sabittttt_

Prolog

Milan, Italia, 28 Mei 2021. 

Saat ini sang purnama yang cantik jelita sudah duduk manis di langit yang begitu luas, sinarnya menyoroti setiap pergerakan makhluk di bumi. Cuaca yang cerah membuat kita dapat melihat sang purnama dengan jelas, begitu pula dengan keluarga bahagia yang tengah menatap purnama sambil berbincang hangat dan menikmati makan malam bersama. 

Ibu, ayah dan dua anak perempuan mereka yang terlihat sangat cantik tertawa bersama karena candaan yang dilontarkan oleh sang ayah. Mereka terlihat begitu harmonis, tidak ada yang mengganggu mereka karena mereka telah menyewa restoran itu untuk malam ini. 

"Tertawalah, tertawalah untuk terakhir kalinya."

Dibalik pagar tanaman merambat seorang gadis dengan hoodie yang menutupi kepala dan masker yang menutupi separuh wajahnya mengintai mereka dengan tatapan yang begitu tajam. Di dalam saku hoodie, tangan gadis itu terkepal kuat saat melihat dan mendengar tawa bahagia dari keluarga tersebut. 

"Madre padre! Lihatlah bintang yang bersinar begitu terang." Gadis kecil yang merupakan anggota keluarga terakhir itu menunjuk kearah bintang yang berada diatas langit. 

Semua orang melihat kearah yang ditunjuk oleh gadis kecil itu. Mereka tersenyum saat melihat sang purnama yang sedang dikelilingi oleh bintang yang bersinar dengan sangat terang. 

"Wah, benar! Bintangnya sangat cantik sama seperti ku," ucap sang kakak sombong. Dia bahkan mengibaskan rambutnya hingga mengenai wajah sang adik. 

Wajah sang adik memerah karena tidak suka dengan sikap sombong sang kakak. Dia mendengus sebal dan membuang wajahnya kearah lain. Kedua orang tua mereka tertawa geli melihat tingkah anak-anak mereka. 

"Sudah larut, lebih baik kita pulang," kata sang ibu membuat semua kearahnya yang sudah mulai membereskan barang-barang mereka.  

Sang ayah menatap jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya. Dia mengangguk dan berdiri. "Baiklah, ayo kita pulang!" ajak sang ayah dan menggendong sang adik.

Mereka semua berjalan untuk keluar dari restoran ini. Tiba-tiba sang ayah menghentikan langkahnya dan membuat semua orang bingung. Sang ibu menatap sang ayah dengan dahi yang berkerut. 

"Ada apa?" tanya sang ibu penasaran. Sang ayah menoleh dan tersenyum, dia menggeleng dan melanjutkan langkahnya. Sang ibu mengedikkan bahu acuh tak acuh, dia juga meneruskan langkahnya mengikuti sang suami. 

Mereka telah tiba di depan mobil. Sang ayah membukakan pintu untuk istri dan anaknya. Sang istri menatapnya bingung saat melihat dia hanya berdiri di luar dan tidak kunjung masuk ke dalam mobil. 

"Aku harus menelepon seseorang. Aku akan segera kembali," katanya dan langsung menutup pintu mobil. 

Gadis yang sedari tadi mengintai mereka, berjalan terburu-buru masuk ke dalam mobil miliknya yang terparkir tak jauh dari mobil keluarga tersebut. Gadis itu menatap kepala keluarga yang tengah berjalan menjauhi mobil. Fokusnya teralihkan karena handphone yang dia simpan disaku hoodie bergetar. 

Gadis itu mengambil handphonenya dan langsung mematikan panggilan itu saat tahu siapa yang menelepon nya. Dia berdecak sebal dan kembali meluruskan tatapannya. Kali ini dia sudah tidak melihat kepala keluarga itu yang dia lihat mobil keluarga itu sudah berjalan meninggalkan restoran. 

Dia langsung tancap gas dan mengikuti mobil itu dengan menjaga jarak. Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, gadis itu tersenyum miring saat telah tiba di rumah keluarga yang dia intai. 

Saat merasa situasi telah aman, gadis itu keluar dari mobil dan berjalan menuju rumah keluarga tadi. Dia membuka pintu yang terkunci dengan cara yang klasik. 

Gadis itu masuk dan kembali menutup pintu dengan perlahan. Dia berjalan dengan santai menelusuri rumah itu. Ia berjalan menuju dapur. Gadis itu menatap sekeliling lalu mengambil buah apel dan memakannya. 

Dia menikmati buah apel itu seperti tengah berada dirumahnya sendiri. Namun, tiba-tiba gadis itu menghentikan giginya yang tengah asik mengunyah apel. Dia tersenyum miring saat merasakan benda dingin dilehernya. 

Gadis itu kembali memakan apel itu hingga habis dan tidak memperdulikan pisau yang ditodongkan kearahnya. 

"Siapa kamu?"

Gadis itu membalikkan badannya dan langsung merampas pisau itu dari tangan sang kepala keluarga. Pria itu terdiam saat pisau yang tadi dia gunakan untuk menakuti gadis itu sekarang malah mengarah kearahnya. 

Pria itu berjalan mundur untuk menghindari pisau tersebut. Dia menatap pisau itu dengan mata penuh ketakutan dan tubuh yang bergetar dengan hebat. 

"Apa mau mu? Mengapa kau mengikuti kami?" tanya pria itu sambil menatap mata hijau milik gadis itu. 

Gadis itu menghendikkan bahunya. "Aku hanya ingin bersenang-senang," jawabnya dengan santai. 

****

Wanita yang merupakan istri dari pria tersebut berjalan mondar-mandir sambil menggigit kuku jarinya. Dia terlihat begitu cemas sambil melihat kearah pintu yang tertutup rapat. 

Dia berhenti berjalan dan melihat kearah dua putrinya yang tengah duduk sambil menatapnya bingung. "Ibu, dimana ayah?" tanya putri pertamanya. Wanita itu terdiam. Dia tersenyum dan menghampiri kedua putrinya. 

"Ayah kalian …." 

BRAK!!

Mereka bertiga menoleh kearah pintu yang di dobrak. Sang ibu langsung memeluk kedua putrinya dan tidak membiarkan mereka melihat apa yang ada dihadapan mereka. 

Tubuh wanita itu bergetar, air mata turun tanpa diminta. Hatinya sakit saat melihat tubuh suaminya yang sudah tidak berbentuk diseret oleh seorang gadis yang tadi menobrak pintu. 

Wanita itu menatap gadis yang tengah berjalan kearahnya. "Berhenti disana! Jangan mendekat!" wanita itu berteriak dan mempererat pelukannya pada tubuh kedua putrinya. Kedua putrinya menangis saat mendengar teriakan sang ibu. 

Lantai yang tadinya sangat bersih kini ternodai oleh darah milik suami wanita itu. Gadis itu menyeret mayat pria tersebut dengan mencengkram kepalanya. Dia berjalan begitu perlahan, kemudian dia melemparkan tubuh pria itu kearah wanita yang tengah memeluk erat kedua putrinya. 

"AAKKHH!!!" 

Mereka bertiga berteriak terkejut. Seluruh isi perut pria itu keluar dan mengenai kepala sang anak. Darah milik pria itu menempel pada pakaian wanita yang tengah menangis berusaha melindungi putri-putrinya. 

"Mengapa kalian menangis?" tanya gadis itu sambil berjalan kearah mereka bertiga. 

"Jangan takut, aku hanya ingin bersenang-senang bersama kalian." 

Gadis itu berjalan menghampiri ibu dan anak itu. Dia menendang tubuh pria yang tadi dia lempar. Gadis itu membersihkan kepala kedua anak itu, lalu mengelus rambut mereka dengan begitu lembut. 

"Aku mohon, tolong jangan sakiti anak-anak ku." wanita itu mengatupkan kedua tangannya dan memohon kepada gadis itu. 

Gadis itu terdiam, dia menatap kedua putri wanita itu. Dia menghela napas, lalu menghadap kearah wanita tersebut. Gadis itu menunduk dan menjambak rambut wanita itu dengan sangat kuat. 

"Aku memang tidak berniat membunuh anak-anak mu." Gadis itu mendorong tubuh wanita itu ke lantai hingga membuat kedua putrinya menjerit dan menangis. 

"MADRE!!!!" 

Gadis itu membanting kepala wanita itu berulang kali hingga kepalanya mengeluarkan darah yang sangat banyak. Gadis itu tersenyum miring, dia mengeluarkan pisaunya. 

Dia melirik kedua putri wanita yang tengah merasakan sakit. Gadis itu tersenyum miring, kemudian menancapkan pisau miliknya pada dada wanita itu. Wanita itu menjerit tak tahan dengan rasa sakit. 

"Jika aku tidak bahagia maka kalian juga tidak bisa bahagia!!" 

Gadis itu merobek perut wanita yang sudah tak berdaya diatas lantai. Dia melihat wanita itu yang masih menatap kedua putrinya yang tengah menangis. 

Gadis itu menancapkan pisaunya pada mata wanita itu, kemudian dia mencabutnya dan melemparkan bola mata itu kepada kedua putrinya. Kedua putri wanita itu menjerit ketakutan dan mereka saling berpelukan untuk menjaga satu sama lain. 

Gadis itu tertawa dengan begitu jahat. Dia mengambil tangan kanan milik wanita tersebut. Dia mengelus kulit itu, lalu dengan cepat dia mengukir namanya diatas tangan wanita itu tepat diatas nadinya.

"Flavia Imtiaz," ujarnya saat mengukir namanya. 

Saat tengah asik mengukir, gadis itu terdiam saat mendengar suara ricuh dari luar sana. Dia berdiri dan menatap kearah pintu. Matanya melotot saat melihat para polisi yang tengah menghampirinya. 

Gadis itu menggeram. "Cazzo!" maki gadis itu. Dia menendang salah satu anak perempaun tersebut, kemudian berlari keluar dari rumah melalui jendela. 

"FERMARSI!!!" 

Sebagian polisi itu mengejar gadis yang tengah berlari menuju mobilnya. Gadis itu terus berlari tanpa melihat ke belakang. Dia langsung masuk ke dalam mobil dan tancap gas pergi dari pekarangan rumah itu. 

Polisi yang berniat untuk mengikuti mobil gadis itu berhenti saat salah satu anggotanya menghadap dirinya. 

"Sepertinya kita tahu siapa pembunuhnya," ucap salah satu anggotanya. 

"Siapa?" 

"Flavia Imtiaz." 

****

"Kemana anak ini pergi?" 

Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat awet muda berjalan mondar mandir di depan pintu utama rumahnya. Dia melakukan itu selama dua jam tanpa berhenti. 

"Sudahlah, dia bukan anak kecil lagi." 

Seorang pria yang baru saja datang mendengus sebal melihat tingkah istrinya. Wanita itu membalikkan badannya dan menatap tajam pria tersebut. 

"Kau tidak akan pernah mengerti apa yang aku rasakan!" kesalnya dan kembali menatap pintu. 

"Sudahlah—" 

Suara pintu yang terbuka menghentikan ucapan pria tersebut. Wanita dan pria itu terkejut saat melihat putri mereka datang dengan pakaian berlumuran darah dan wajah yang begitu cemas. 

"Flavia! Ada apa?" tanya wanita itu khawatir. 

Gadis yang bernama Flavia itu menatap sang ibu dengan ketakutan. "Aku telah melakukan kesalahan. Saat ini mereka mengejar ku," ucapnya dengan napas yang tak beraturan. 

Pria paruh baya itu terkejut. "Kalau begitu kita tidak punya waktu banyak. Waktu itu kita masih bisa menyembunyikan Flavia, tapi tidak kali ini. Kita harus pergi dari Italia." 

Ibu dan anak itu terkejut. "Pergi dari Italia? Tapi kemana?" tanya sang ibu tak mengerti. 

Pria itu menatap istri dan putrinya. "Indonesia. Ini sudah waktunya kita menggunakan identitas asli kita," katanya membuat mereka berdua saling tatap. 

"Cepat! Kita tidak punya waktu banyak!" 

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status