Share

263. SERBUAN GABUNGAN

Author: Evita Maria
last update Last Updated: 2025-05-11 16:37:42

“Qi Lung!” teriak Yu Ping, dadanya serasa ditusuk oleh ribuan pedang menyaksikan putra yang sangat ia kasihi -meski terang-terangan telah berkhianat dan menghancurkan kerajaan- dengan punggung robek tertembus pedang hingga nyaris menjebol dada,

Di sampingnya, Ratu Sayana membisikkan kata “Qi Lung, anakku!” berulang-ulang sambil meneteskan air mata. Ibu mana yang tak hancur perasaannya melihat putra yang ia besarkan dengan penuh kasih sayang ternyata adalah putra musuh besarnya, lalu mengkhianatinya, dan kini sekarat di depan mata.

Qi Lung terhuyung, napasnya tersentak oleh rasa sakit yang luar biasa. Namun, dengan kekuatan terakhir, ia memaksa tubuhnya untuk terus maju. Darah mengucur dari lukanya, meninggalkan jejak merah di tanah.

"AYAH!" teriaknya, mengangkat seruling tinggi-tinggi.

Dengan gerakan terakhir yang menghabiskan seluruh tenaganya, Qi Lung melemparkan seruling itu ke arah panggung eksekusi, tepat ke arah Yu Ping.

Seruling itu melayang di udara, berputar-putar, seperti b
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   264. PENGEJARAN

    "Suamiku, awas!" pekik Sayana, tanpa berpikir dua kali, sang ratu melompat ke belakang menjadi tameng hidup suaminya.Pedang Cheng Zhuo yang tadinya ditujukan untuk Yu Ping menancap dalam di perut Sayana. Ia terhuyung, darah merembes cepat membasahi gaunnya."ISTRIKU!" Yu Ping berteriak histeris, melepaskan tubuh Qi Lung dan menangkap Sayana yang limbung.Cheng Zhuo, menyadari kegagalannya, menarik pedang dengan kasar dari tubuh Sayana dan segera berbalik untuk melarikan diri.Perhatian Yu Ping lebih terfokus pada istrinya yang terluka parah, dan mengabaikan mantan tetua Kunlun yang licik itu."Sayana," panggilnya dengan hati hancur, memeluk tubuh istrinya yang semakin lemah. "Bertahanlah, kumohon!"Sayana tersenyum lemah, tangannya yang berlumuran darah menyentuh pipi suaminya. "Yu Ping... cintaku..." Ia terbatuk, darah keluar dari mulutnya. "Carilah... bebaskan Zhen Yi... putra mahkota kita... dari penjara. Dia... membutuhkanmu.""Dan aku membutuhkanmu," bisik Yu Ping, air mata men

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   263. SERBUAN GABUNGAN

    “Qi Lung!” teriak Yu Ping, dadanya serasa ditusuk oleh ribuan pedang menyaksikan putra yang sangat ia kasihi -meski terang-terangan telah berkhianat dan menghancurkan kerajaan- dengan punggung robek tertembus pedang hingga nyaris menjebol dada,Di sampingnya, Ratu Sayana membisikkan kata “Qi Lung, anakku!” berulang-ulang sambil meneteskan air mata. Ibu mana yang tak hancur perasaannya melihat putra yang ia besarkan dengan penuh kasih sayang ternyata adalah putra musuh besarnya, lalu mengkhianatinya, dan kini sekarat di depan mata. Qi Lung terhuyung, napasnya tersentak oleh rasa sakit yang luar biasa. Namun, dengan kekuatan terakhir, ia memaksa tubuhnya untuk terus maju. Darah mengucur dari lukanya, meninggalkan jejak merah di tanah."AYAH!" teriaknya, mengangkat seruling tinggi-tinggi.Dengan gerakan terakhir yang menghabiskan seluruh tenaganya, Qi Lung melemparkan seruling itu ke arah panggung eksekusi, tepat ke arah Yu Ping.Seruling itu melayang di udara, berputar-putar, seperti b

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   262. PERTOLONGAN TAK TERDUGA

    Beberapa jam sebelumnya,Di aula utama istana yang biasa digunakan untuk upacara resmi kerajaan, Panglima Lin dan Cheng Zhuo mengadakan pesta kemenangan. Meja-meja panjang penuh dengan hidangan mewah dan arak terbaik dari gudang istana, sementara para prajurit elit berpesta, merayakan kemenangan mereka atas Kerajaan Qi."Untuk kemenangan!" Panglima Lin mengangkat cawan araknya tinggi-tinggi, diikuti sorakan para perwira.Cheng Zhuo tersenyum dari ujung meja, mengamati kegembiraan di sekitarnya dengan kepuasan dingin. "Setelah dua puluh tahun menunggu, akhirnya kerajaan ini berlutut juga," gumamnya pada diri sendiri.Sementara para penakluk berpesta, di sudut lain istana, sesosok bayangan mengendap-endap. Qi Lung, dengan langkah hati-hati mengendap-endap melewati penjaga yang lengah dan setengah mabuk—mungkin karena terlalu banyak minum atau karena lelah setelah pertempuran.*Aku harus menemukan seruling itu,* pikirnya. *Harus.*Sejak menyaksikan ayah dan ibu keduanya dalam kekalahan da

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   261. PENYESALAN QI LUNG

    Cheng Zhuo menunjuk ke arah Xiao Lan. "Aku menyimpan tubuh Qing Ning dalam peti es di Gunung Salju selama dua puluh tahun, kemudian membangkitkannya kembali menggunakan pil pengendali jiwa dan mengganti namanya menjadi Xiao Lan. Cinta pertamamu yang kembali untuk menghancurkanmu dari dalam."Yu Ping menatap Xiao Lan—atau Qing Ning—dengan tatapan nanar. Sekarang ia mengerti mengapa selalu merasa familiar dengan wanita itu, mengapa hatinya selalu berdebar saat bersamanya. "Qing Ning... sadarlah," bisiknya lemah.Xiao Lan hanya menatap kosong, tak bereaksi. Matanya yang hampa seperti dua kolam tanpa dasar, tak ada setitik pun cahaya kehidupan di sana."Percuma," Cheng Zhuo menggeleng. "Dia hanya boneka tanpa jiwa sekarang. Tubuh Qing Ning, tapi tanpa ingatan dan perasaan."Panglima Lin tampak tidak sabar dengan reuni tragis ini. "Cukup basa-basinya!" Ia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi. "Nanti siang, tepat ketika matahari berada di atas kepala, Yu Ping dan semua pengikutnya akan dipe

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   260. SERANGAN SEBELUM FAJAR

    Di dalam istana, Raja Yu Ping masih terbaring lemah di kamarnya. Ia bermimpi buruk, sosoknya menggeliat gelisah di atas tempat tidur. Dalam mimpinya, ia melihat istananya terbakar, rakyatnya menjerit, dan naga hitam terbang di atas kotaraja yang telah berubah menjadi lautan api."Tidak..." igaunya. "Qing Ning... bahaya..."Xiao Lan yang menjaga di sampingnya tetap diam, matanya yang kosong tak menunjukkan emosi saat tangan Yu Ping mencengkeram lengannya dengan lemah.Di sisi lain istana, Qi Lung berdiri di balkon ruangannya, menatap kota yang berkilauan oleh cahaya lentera. Ia meneguk anggur dari cawan emas, menikmati pemandangan kerajaan yang sebentar lagi akan sepenuhnya menjadi miliknya.Namun ketenangannya terusik oleh suara aneh dari arah halaman istana. Suara seperti langkah kaki dalam jumlah banyak. Ia menajamkan telinga, berusaha mendengar lebih jelas."Siapa itu?" pikirnya, meletakkan cawan anggurnya. Perasaan tidak enak mulai menggelayut di dadanya.Qi Lung belum sempat bere

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   259. KEMENANGAN DI BENTENG BUMI

    Du Fei melihat kesempatan ini. Ia mengangkat pedangnya sekali lagi dan menunjuk ke arah pasukan Wu yang masih maju."Dewa naga Qiulong! Tunjukkan kekuatanmu!"Dewa Naga Qiulong membuka mulutnya lebar-lebar. Dari sana terpancar sinar biru terang yang membutakan mata. Sinar itu menghantam barisan depan pasukan Wu, membakar mereka hingga menjadi abu dalam sekejap. Teriakan kesakitan terdengar dimana-mana, bercampur dengan suara gemuruh serangan sang naga.Jenderal Negeri Wu, melihat pasukannya hancur, mengerahkan keberanian terakhirnya. Ia memacu kudanya lebih cepat, bermaksud menyerang Du Fei secara langsung. Tombaknya yang besar teracung, matanya menyiratkan tekad untuk membunuh."Du Fei! Ini antara kau dan aku! Hadapi aku, pengecut!"Du Fei tersenyum tenang. Ia melompat dari tembok benteng, pedang naga api terhunus. Tubuhnya yang ringan melayang di udara sebelum mendarat dengan mulus di hadapan Jenderal Negeri Wu. Api biru dari pedangnya menyala semakin terang, membentuk bayangan naga

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   258. DEWA NAGA QIULONG

    Sementara itu, di Benteng Langit, situasi tak kalah gawat. Lian Xi menarik tali kekang kudanya dengan keras, kudanya mengeluarkan suara ringkik saat berhenti di tepi jurang. Jembatan yang biasanya menghubungkan mereka dengan benteng telah dihancurkan. Di bawah sana, hanya tebing curam dengan sungai mengamuk di dasarnya. Benteng Langit terlihat di seberang, dihantam serangan bertubi-tubi dari pasukan Wu."Jembatan rusak," lapor salah satu prajurit yang membawa Lian Xi. "Bagaimana kita akan menyeberang?"Lian Xi memegang jimat yang diberikan Du Fei—sebuah batu giok berwarna hijau dengan ukiran naga melingkar. Seperti instruksi yang diterima, ia menunggu tanda untuk menggunakannya.Tiba-tiba, gemuruh terdengar dari arah timur. Bukan suara badai atau petir, melainkan suara bumi yang bergetar. Tanah di bawah kaki mereka bergelombang seperti laut."Lindungi diri!" teriak Lian Xi.Dari dalam bumi, sebuah bentuk raksasa mulai muncul. Serpihan batu dan tanah beterbangan saat Dewa Naga Fucanglon

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   257. PERTEMPURAN DI BENTENG API

    Cahaya merah menyala di ufuk selatan saat Yun Hao memacu kudanya melewati bukit-bukit bebatuan menuju Benteng Api. Asap membubung tinggi di kejauhan, membentuk kolom hitam yang kontras dengan langit pagi yang jernih. Dua puluh prajurit pilihan mengikutinya dari belakang, mereka semua tahu bahwa di depan menanti pertempuran pasukan di bawah kepemimpinan Jenderal Lo melawan pasukan dari Negeri Wu.."Lebih cepat!" seru Yun Hao, memacu kudanya. "Mereka membutuhkan kita!"Di tangannya, jimat pemberian Du Fei—sebuah loket emas berbentuk naga melingkar—terasa hangat. Jimat itu akan membantunya memanggil Dewa Naga Shenlong saat diperlukan. Tapi bagaimana cara menggunakannya, Yun Hao masih tidak yakin.Saat mereka mencapai puncak bukit terakhir, pemandangan yang mengerikan terbentang di hadapan mereka. Benteng Api, yang dinamai demikian karena dibangun di atas tanah berwarna merah seperti bara api, kini benar-benar berkobar. Tembok-temboknya yang tinggi berlubang-lubang akibat serangan trebuch

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   256. MIMPI BURUK

    Udara dingin menampar wajah Du Fei saat ia tersentak bangun dari tidurnya. Keringat dingin membasahi kening dan punggungnya, napasnya terengah-engah seolah baru saja berlari berkilo-kilometer. Di depan matanya masih terbayang fragmen-fragmen mimpi buruk yang baru saja menghantuinya.*Naga hitam raksasa terbang di atas istana yang terbakar. Jeritan-jeritan memilukan. Darah mengucur seperti sungai di halaman istana. Du Fei berdiri di tengah kekacauan, memegang pedang yang meleleh di tangannya, tak berdaya menghadapi kehancuran total.*"Hanya mimpi," bisiknya pada diri sendiri, mengusap keringat di dahinya. "Hanya mimpi buruk."Namun, perasaan cemas tidak bisa dihilangkan begitu saja. Tiga malam berturut-turut ia bermimpi serupa—semua tentang kehancuran kerajaan, tentang kematian dan pengkhianatan.Du Fei beranjak dari pembaringannya yang sederhana, menatap keluar jendela kamar kecilnya di Benteng Bumi. Langit masih gelap, penuh bintang. Hamparan padang pasir membentang luas di kejauhan,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status