Share

7. PENGORBANAN IBU

Author: Evita Maria
last update Last Updated: 2024-09-18 17:00:50

Qing Ning terdiam, matanya menekuri cahaya lilin di atas meja. Ia tak tahu bagaimana harus menjawab penawaran dari sahabat kakeknya yang baik hati ini. Di satu sisi, ia membutuhkan perlindungan, namun di sisi lain, kecemasannya akan masa depan Du Fei masih menghantuinya.

"Apakah kau tidak bersedia?" Xun Huan bertanya lagi, suaranya penuh pengertian.

Qing Ning mengangkat wajahnya, menatap Xun Huan dengan mata berkaca-kaca. "Bukan begitu," jawabnya lirih, suaranya serak. "Aku sangat berterima kasih atas kebaikan Anda, tetapi …," ia berhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam. "Aku tidak ingin Du Fei mengenal dan belajar ilmu bela diri."

Xun Huan mengangguk paham, wajahnya serius namun penuh empati. "Aku berjanji," ujarnya tegas, "tidak akan mengajarkan ilmu apapun kepada putramu bila itu yang kau inginkan." Ia menatap Qing Ning lekat-lekat, suaranya melembut. "Kakekmu adalah teman baikku, sudah kewajibanku melindungi keturunannya."

Qing Ning terdiam lagi, pikirannya berkecamuk. Ia bisa merasakan tatapan teduh Tabib Sakti Shen Yi, seolah mendorongnya untuk menerima tawaran itu. Akhirnya, setelah pergulatan batin yang panjang, ia mengangguk setuju. Sepertinya memang tak ada pilihan lain yang lebih baik.

"Baiklah," ujarnya pelan, suaranya hampir tak terdengar. "Kami akan ikut denganmu ke Wisma Bu Tong." Meski ada keraguan dalam suaranya, ada juga secercah harapan yang mulai tumbuh.

Xun Huan tersenyum lega, Shen Yi pun ikut mengangguk puas mendengar keputusan cucu mendiang Ketua Hoa San.

Beberapa hari kemudian, mereka berangkat menuju Bu Tong Pai menggunakan perahu kayu. Angin laut yang sejuk membelai wajah mereka, membawa aroma garam yang khas. Du Fei, yang sudah mulai pulih, berdiri di bagian belakang perahu, matanya berbinar-binar melihat hamparan laut biru yang seolah tak berujung.

Namun, ketenangan itu tak bertahan lama. Tiba-tiba, langit yang tadinya cerah berubah gelap. Awan hitam bergulung-gulung di atas mereka, disertai gemuruh guntur yang memekakkan telinga. Dalam sekejap, angin ribut yang dahsyat menerjang perahu mereka.

"Du Fei!" teriak Qing Ning, berusaha menggapai putranya di tengah goncangan perahu yang hebat. Air laut mulai masuk ke geladak, membuat lantai kayu menjadi licin dan berbahaya.

Dengan gerakan cepat, Qing Ning berhasil meraih Du Fei. Ia memeluk putranya erat-erat, melindunginya dari terjangan angin dan air. Namun, sebuah gelombang besar menghantam sisi perahu, membuat perahu berbalik dan ketiga orang itu terlempar ke laut.

Xun Huan berhasil melompat naik ke atas lambung kapal dengan susah payah lalu berteriak ke arah ibu dan anak yang masih berada di air, “Cepat, melompat kemari!”

Qing Ning sadar, lambung kapal tak akan sanggup memuat mereka bertiga, maka ia membuat keputusan terbesar dalam hidupnya demi menyelamatkan sang putra. Dengan kekuatan terakhirnya, ia melemparkan Du Fei ke atas lambung kapal, sementara tubuhnya sendiri terhempas ke laut yang bergolak.

"Ibu!" jerit Du Fei, tangannya berusaha menggapai sosok ibunya yang semakin menjauh, ditelan ombak yang ganas. Air matanya jatuh berderai melihat pengorbanan ibunya. Xun Huan hanya mampu memegangi tubuh mungil bocah itu erat-erat dengan mata berkaca-kaca. 

***

Selama tiga hari yang terasa bagai keabadian, Du Fei dan Xun Huan terkatung-katung di tengah lautan luas. Matahari yang terik membakar kulit mereka, sementara malam-malam yang dingin menusuk tulang. 

Namun, seolah dianugerahi kekuatan dari para dewa, Du Fei menunjukkan ketahanan fisik yang luar biasa. Meski tanpa makanan dan minuman, bocah itu tetap bertahan, hanya sedikit lemas akibat dehidrasi dan kelaparan.

Pada fajar hari keempat, pertolongan pun datang. Sebuah perahu nelayan yang melintas tak sengaja menemukan mereka. Para nelayan yang baik hati itu segera mengulurkan tangan, menarik Du Fei dan Xun Huan yang sudah lemah ke atas perahu mereka.

"Cepat, beri mereka air!" seru sang kapten perahu dengan nada mendesak.

Dengan tangan gemetar, Du Fei menerima sebuah labu air. Ia meneguk isinya perlahan, merasakan sensasi sejuk melegakan tenggorokan yang kering. Hanya dengan beberapa teguk air, wajahnya yang pucat mulai mendapatkan kembali warnanya. Matanya yang redup kini kembali bersinar, seolah api kehidupan telah dinyalakan kembali.

Xun Huan, di sisi lain, membutuhkan perhatian lebih. Usianya yang tidak muda lagi membuat tubuhnya lebih rentan terhadap cobaan yang mereka alami. Para nelayan dengan telaten merawatnya, memberikan sup dan ramuan herbal yang mereka bawa untuk memulihkan tenaganya.

Lima hari berlalu dengan lambat di atas perahu nelayan itu. Akhirnya, daratan yang dinantikan muncul di pandangan. Begitu kaki mereka menginjak tanah, kapten perahu segera membawa Xun Huan dan Du Fei ke tabib terdekat. Di sana, keduanya mendapatkan perawatan intensif untuk memulihkan kondisi fisik mereka sepenuhnya.

Setelah yakin bahwa mereka telah pulih sepenuhnya, Xun Huan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Gunung Bu Tong. Namun, sebuah masalah baru muncul. Setiap kali mereka melewati keramaian, Du Fei selalu menjadi pusat perhatian. Orang-orang menatapnya dengan pandangan aneh, bahkan ada yang terang-terangan menunjuk ke arah pipinya yang bersisik.

Du Fei, yang masih polos, hanya bisa menundukkan kepala, merasa tidak nyaman dengan perhatian yang ia terima. Melihat hal ini, hati Xun Huan terenyuh. Ia tidak ingin Du Fei merasa berbeda atau dikucilkan.

"Du Fei," panggil Xun Huan suatu malam, saat mereka beristirahat di sebuah penginapan kecil. "Kemarilah, Nak. Aku punya sesuatu untukmu."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Evita Maria
betul kak, season 2 nya
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
sepertinya ceritanya sambungan dari seruling naga
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   275. NASIB TRAGIS SANG RATU

    Sementara itu, di satu sudut kota yang kumuh, jalanan berbatu menjadi arena bermain bagi sekelompok anak-anak. Tawa riang mereka memenuhi udara sore yang mulai mendingin. Mereka berlarian, memainkan permainan tangkap-tangkapan dan petak umpet di antara bangunan-bangunan tua.Kegembiraan mereka terhenti ketika mata mereka menangkap sosok seorang wanita berbaju lusuh yang duduk meringkuk di pojok jalan. Rambutnya acak-acakan, wajahnya kotor oleh debu jalanan. Tatapannya kosong menatap jauh ke depan, sesekali bibirnya bergerak-gerak seperti sedang berbicara dengan seseorang yang tak terlihat.Seorang anak laki-laki berbisik pada temannya, cukup keras untuk didengar. "Itu si orang gila. Ibuku bilang dia selalu mengaku-ngaku sebagai ratu.""Orang gila! Orang gila!" teriak anak-anak itu, mendekati wanita tersebut dengan rasa ingin tahu yang kejam khas anak-anak. "Hei, Nyonya Ratu, kenapa istanamu sekarang di pinggir jalan?"Mendengar ejekan itu, wanita tersebut—yang tak lain adalah Mei Ling

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   274. REUNI

    Di sana, bersandar pada tiang kayu kuil dengan gaya santai, berdiri seorang pria tampan dengan pakaian pejabat tinggi berwarna biru gelap. Wajahnya yang tampan dihiasi senyum jahil, matanya berbinar jenaka."Du Fei!" seru Da Ye tak percaya.Du Fei tertawa lagi, melangkah mendekat. "Masih rakus seperti biasa, Guru Da Ye. Dan Guru Chang Su, masih galak dan cerewet seperti dulu.""KAU!" Da Ye menunjuk Du Fei dengan jari berlumuran minyak ayam. "Jadi kau yang menaruh bulu ayam di hidungku! Dan kau juga yang menyiapkan semua ini?"Du Fei membungkuk hormat, meski matanya masih berbinar jahil. "Murid yang durhaka ini mohon ampun atas kelancangan mengerjai guru tercinta. Ya, akulah yang menyiapkan semua ini untuk kedua guruku yang telah berjasa membesarkanku."Tanpa peringatan, Da Ye melompat ke arah Du Fei dan memeluknya erat-erat. Tubuh kurusnya bergetar hebat, dan tanpa malu-malu, air mata mengalir di pipinya yang berdebu."Anak bodoh! Kupikir kau sudah lupa pada guru-guru tuamu ini!" isak

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   273. DA YE DAN CHANG SU

    Di sebuah kuil tua yang terbengkalai, jauh dari keramaian kota, waktu seolah berjalan lebih lambat. Atap kuil yang sebagian telah runtuh membiarkan sinar matahari senja menerobos masuk, menciptakan berkas-berkas cahaya keemasan yang menyinari ruangan utama..Di atas meja altar yang sudah usang, seorang lelaki setengah baya dengan pakaian compang-camping tertidur pulas. Tubuhnya yang kurus namun berotot terbaring dengan posisi unik—kaki kanan menopang di atas paha kiri, sementara kedua tangannya dilipat di belakang kepala sebagai bantal. Jenggot tipisnya yang panjang dan tak terurus bergerak naik turun mengikuti ritme napasnya.Ia adalah Da Ye, ketua sekte pengemis Kaipang yang legendaris, pendekar yang namanya pernah ditakuti di seluruh dunia persilatan."Mmm... ayam goreng... kulitnya renyah... dagingnya empuk…." gumamnya dalam tidur, air liur menetes dari sudut bibirnya. "Tambah lagi... tambah..."Dengkurannya menggelegar memenuhi ruangan, kadang terdengar seperti gemuruh guruh di k

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   272. JALAN HIDUP YANG BARU

    Setelah upacara penobatan selesai, Zhen Yi dengan jubah kebesarannya yang masih melekat di tubuh, berjalan menyusuri koridor istana menuju paviliun timur. Di depan sebuah pintu, dua dayang membungkuk dalam dan membuka pintu untuknya. Zhen Yi masuk ke dalam ruangan yang hanya diterangi beberapa lilin. Di atas ranjang besar dengan tirai sutra, seorang wanita terbaring lemah—Putri Qi Yue, wanita yang selama ini ia anggap sebagai ibunya.Zhen Yi melangkah mendekati ranjang. Qi Yue tampak jauh lebih kurus dari terakhir kali ia melihatnya. Kulitnya pucat, dan tatapan matanya kosong menatap langit-langit.Zhen Yi berlutut di samping ranjang dan dengan lembut menggenggam tangan Qi Yue."Ibu," bisiknya pelan.Qi Yue perlahan menoleh, matanya yang redup menatap Zhen Yi. Sebuah senyum lemah terbentuk di bibirnya yang pucat."Zhen... Yi…," suaranya tak keluar hanya bibir yang bergerak-gerak."Ibu, aku sudah mengetahui semuanya," ujar Zhen Yi dengan suara lembut. "Tentang kelahiranku, tentang ibu

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   271. JATUHNYA NEGERI WU

    Genderang perang ditabuh bertalu-talu. Raja Yu Ping mengangkat seruling saktinya tinggi-tinggi, memberikan sinyal. Seketika itu, pasukan Qi bergerak maju seperti gelombang tsunami. Di barisan terdepan, Du Fei melesat bagaikan kilat, Pedang Naga di tangannya memancarkan cahaya merah yang menerangi medan perang."SERANG!" teriak Yu Ping, suaranya menggelegar di atas teriakan ribuan prajurit.Di atas benteng, Ratu Mei Ling mulai merasakan getaran ketakutan. Pasukan Qi bergerak dengan formasi yang belum pernah ia lihat sebelumnya—sangat kuat dan mematikan."TAHAN MEREKA!" perintahnya pada Jenderal Wu Kang.Hujan panah kembali dilepaskan, namun kali ini Du Fei telah siap. Dengan satu ayunan Pedang Naga, ia menciptakan perisai energi raksasa yang melindungi sebagian besar pasukan Qi. Anak-anak panah berjatuhan tak berdaya sebelum mencapai target.Perang berkecamuk dengan dahsyat. Dinding benteng yang kokoh mulai retak di bawah gempuran pasukan Qi. Para pemanah Wu jatuh satu per satu, terken

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   270. KEHILANGAN SAHABAT

    Di istana negeri Wu, Ratu Mei Ling duduk dengan angkuh di singgasananya. Jubah kerajaan berwarna merah dan emas membalut tubuhnya, mahkota dengan ornamen burung phoenix bertengger di kepalanya. Aura kekuasaan menguar dari setiap gestur tubuhnya.Tiba-tiba, pintu aula utama terbuka lebar. Seorang prajurit dengan baju zirah rusak dan berlumuran darah tertatih-tatih masuk. Wajahnya pucat, matanya menampakkan ketakutan yang luar biasa."Yang Mulia!" serunya sambil menjatuhkan lututnya di depan Ratu. "Hamba membawa kabar dari medan perang."Ratu Mei Ling menegakkan tubuhnya. "Bicaralah cepat!""Kita... kita kalah telak, Yang Mulia," ucap prajurit itu dengan suara bergetar. "Panglima Lin, Jenderal Ya Ci, dan Komandan Cheng Zhuo telah gugur. Seluruh pasukan yang masih hidup ditawan. Hanya... hanya hamba yang berhasil meloloskan diri untuk membawa kabar ini."Wajah Ratu Mei Ling berubah merah padam. Tangannya mencengkeram lengan singgasana kuat-kuat."APA?!" Suaranya menggema di seluruh ruang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status