Home / Thriller / STRANDED (TERDAMPAR) / Part-1: Bayangan Hitam Kelelawar Terbang

Share

STRANDED (TERDAMPAR)
STRANDED (TERDAMPAR)
Author: MORA

Part-1: Bayangan Hitam Kelelawar Terbang

Author: MORA
last update Last Updated: 2022-08-19 03:02:22

    Penampakan yang menyeramkan mendadak tersuguh di atas perairan itu. Sebuah bayangan raksasa hitam menyerupai sosok perempuan berpakaian kelelawar terbang terlihat menukik tajam membentuk garis melengkung setengah lingkaran. Dengan pergerakannya yang begitu cekatan, sosok bayangan hitam itu kemudian menyambar permukaan lautan. Dalam sekejap mata, sosok makhluk hitam itu menghilang tepat di belakang sebuah kapal yang sedang jangkar.

     Begitu menakjubkan aksi yang dia pertontonkan. Tak ubahnya bagai atraksi pesawat jet tempur yang terbang manuver menanjak tinggi ‘high-loop’ lalu menukik dengan tajam menuju ke permukaan lautan.

     Sosok makhluk apakah itu? Entahlah. Yang jelas bukan berasal dari dimensi biasa.

     Anehnya, tak satu pun dari kesembilan orang mahasiswa fakultas ilmu kelautan yang tengah melakukan penelitian di atas geladak kapal yang sedang jangkar itu menyadari adanya suatu penampakan. Padahal, keberadaan bayangan itu di saat menyambar permukaan lautan hanya berjarak beberapa jengkal jauhnya di belakang mereka.

     Entah apa sebenarnya yang terjadi, namun suasana yang senyap kemudian mendadak berubah ricuh. Sesaat setelah sosok bayangan hitam itu menghilang, penglihatan Wendra langsung digempur oleh penampakan yang menyeramkan. Seorang perempuan tua menyerupai sosok makhluk serigala betina terlihat olehnya muncul duduk bersila di atas geladak kapal. Kuku-kukunya yang panjang dia pertontonkan. Sudahlah panjang, kuku-kuku itu runcing pula. Perempuan tua itu lalu tersenyum mesra mempertontonkan gigi-giginya yang kuning kepada Wendra. Ternyata di sana ada taringnya, panjang pula.

     Tak pelak lagi, napas Wendra mendesah panjang. Kedua bola matanya terpelotot tajam. Mulut ternganga bulat. Lidah Wendra mencibir keluar. Wajahnya menjorok ke depan. Sesaat Wendra tampak bego mirip orang sakit ayan.    

     Jantung Wendra mencak-mencak. Sontak dia berteriak.

     “Baaah! Set... set... setaaaaaaaaaan...! Setaaaaaaaaaan...! Lihat itu ada setan...!” teriak Wendra terbata-bata. Suaranya melengking tinggi hingga membahana ke angkasa sana.

     Masing-masing orang geger mendengar teriakan. Semua pasang mata serempak tertumpuk pada Wendra. Namun tak ada satu pun keanehan yang terlihat di sana.

      Syahera, yang duduk tak jauh dari Wendra telak terperanjat. Pantatnya bahkan sempat terangkat.

     “Astaghfirullah, hampir copot jantungku!” Syahera mengusap-usap dadanya yang berdetak-detak.

     “Ngapain kamu tiba-tiba saja berteriak seperti orang gila gitu Wend! Jantung aku hampir copot nih gara-gara kamu, mikir dikit dong kalau mau bikin guyonan,” umpat Syahera lagi.

     “Memang dasar kurang kerjaan tuh anak.” Nita yang juga tersengat kaget ikut mengumpat.

     “Iya tuh,  geram juga aku dibuatnya.” Vivi langsung menyambung umpatan Nita.

     “Ikan gurami ... burung betet,” sebut Vivi lagi.

     “Hah! Ikan gurami burung betet? Apa-apaan tuh Vi.” Kulit jidat Wendra berkerut-kerut.

     “Elu teriak lagi langsung gue sabet.”

     “Bedebah!” Mulut Wendra ternganga. 

      Perempuan tua bertaring panjang menyerupai sosok makhluk serigala betina itu ternyata tidaklah ada di sana. Hanya suatu ilusi saja. Dalam beberapa saat, Wendra hanya bisa plonga-plongo menelan mentah-mentah kebingungannya. Perempuan tua bertaring panjang itu memang tak lagi terlihat olehnya.

     “Wah edan! Ke mana perginya ya dia? Jangan-jangan kapal yang disewa ini ada hantunya lagi.” Mulut Wendra semakin ternganga.

***** 

     Keanehan ternyata belumlah berhenti sampai di sana. Beberapa saat setelah Wendra menyaksikan adanya penampakan, hembusan hawa dingin seolah-olah menyelusup masuk ke dalam raga kesembilan orang mahasiswa fakultas ilmu kelautan itu. Syahera, Ratih, Nita, Wendra, Ganta, Cici, Vivi, Nining dan Sapta yang berada di atas geladak kapal mulai merasakan kejenuhan, juga kelelahan. Sebegitu cepatnya mereka rasakan. Tak ada lagi yang bersemangat untuk melanjutkan penelitian.

     Ratih, Vivi dan Nining bermalas-malasan meluruskan badan. Sapta terlihat berdiri memandangi hamparan lautan sekedar menenangkan pikiran. Wendra dan Ganta duduk berselonjor di pagar geladak menikmati mesra gelintingan tembakau beracun hingga berbatang-batang. Syahera dan Nita memilihi berleha-leha sejenak di belakang geladak tak jauh dari ruangan mesin kapal.

     Keheningan di perairan itu tiba-tiba berubah gempar. Tak dada tanda-tanda, halilintar mendadak datang menghajar. Suara gelegar menebas pendengaran.  

     “Braaaak...! Buuuuum...!”

     Begitu luar biasa dahsyatnya suara gelegar, begitu memekakkan. Terdengar bagai tembakan peluru kanon roket kaliber besar. Angkasa di atas perairan itu bergetar.

     Jangankan manusia, jin dan setan yang bobok siang saja ikut kalang-kabut terperanjat. Seketika itu juga mereka hengkang ambil langkah seribu lari tunggang-langgang.

     Seisi kapal apalagi, lebih telak terperanjat.

     Sapta yang sedang berdiri di lantai geladak terpeleset karena tersengat kaget. Langsung dia tiarap di lantai geladak. Kedua kupingnya dia sumbat kuat-kuat. Dia kira ada peluru roket yang salah pencet nyasar ke sana.

     Wendra yang bersandar di pagar geladak seketika terlonjak dari duduknya.

     “Bedebah!” Latah dia mengumpat. Gelintingan tembakau beracun yang tengah dia hisap mesra sampai-sampai tertelan olehnya karena saking kagetnya dia.

     Ganta yang sedang berselonjor bahkan terlompat. Kepalanya tersungkur ke depan dengan hebat. Jidatnya tak sengaja mendarat pada plat baja pembatas lantai geladak kapal yang tak lunak. Pastilah menyakitkan. Tak mau ketinggalan, bibir dan hidung Ganta juga ikut-ikutan mencium mesra lantai geladak.  

     “Mati aku maaaak....!” Ganta mencak-mencak menahan sakit yang begitu menyentak-nyentak. Jidat Ganta nyaris bocor. Mulutnya jontor. Wajahnya benjol-benjol. Maka hilanglah kegantengan Ganta mahasiswa fakultas ilmu kelautan itu untuk sesaat.  

     Ratih, Vivi, Cici dan Nining yang tengah beristirahat sontak tersentak. Kelopak mata yang baru saja terkatup kembali terangkat.

     “Ya Allah!” Ratih mengucap.

     “Astaga!” Vivi menepuk jidat.

     “Buseeeeeet!” Cici terperanjat.

     “Bedebah...!” Nining latah langsung melompat. Dipikirnya hari sudah kiamat.  

     Ketakutan bersarang. Tubuh gemetaran. Keempat orang mahasiswi itu langsung berhamburan duduk merapatkan badan saling berpegangan tangan.  

     Syahera yang berleha-leha di belakang geladak tak kalah kagetnya. Jantungnya berdetak kencang melebihi ambang batas detak jantung orang dewasa “Masyaallah.” Shahera berucap menyebut nama Tuhannya.  

     Nita yang juga berada di geladak belakang bahkan terlempar dari duduknya. Nyaris saja dia tersungkur di lantai geladak.

     “Monyet! Eh copot-copot, eh copot lagi.” Nita latah mengumpat.

     Wajah Nita yang pucat menengadah ke atas. Dilihatnya langit mendadak berubah hitam. Begitu menyeramkan. Nita mulai ketakutan. Langsung dia bubar lari kocar-kacir menuju ruangan penumpang meninggalkan Syahera.

     “Hoi Nita, mau ke mana!” Syahera bersorak memanggil Nita. Namun Nita tak mempedulikannya.

     “Buset tuh anak, main kabur saja,” umpat Syahera. Syahera akhirnya bangkit juga dari duduknya ikut-ikutan kabur menyusul Nita.

      Suatu kejadian yang menyeramkan tiba-tiba menebas jantung Nita. Tepat di ambang pintu ruangan, sesosok makhluk serba putih menyerupai seekor serigala betina muncul menampakkan badan. Misteriusnya lagi, pintu geser ruangan penumpang yang tadinya terbuka itu mendadak terhempas, kemudian tertutup rapat.

     “Braaaaak!” Suara bantingan pintu terdengar begitu keras. Jantung Nita kembali ditebas dengan lebih beringas.

     Benar-benar menyeramkan. Tak pelak lagi, sepertinya memang ada sosok makhluk kasat mata yang sengaja datang membawa setumpuk dendam. 

*****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • STRANDED (TERDAMPAR)   Part-24: Awal Sebuah Misteri

    Air laut pecah berhamburan. Suara hempasan gelombang memecahkan kesunyian. “Braaaaaaak!” Kapal dengan bobot mati 59 ton itu terjungkal. Kemudian terseret puluhan meter seiring dengan berlariannya gulungan ombak yang berkejar-kejaran. Satu menit berlalu, ombak besar yang tadi menyapu badan kapal terlewatkan. Kapal yang terjerembab itu kembali muncul di permukaan lautan. Syahera berhasil selamat dari maut. Ratih dan Nita yang sudah terlebih dahulu berada di dalam kamar mesin juga masih hidup. Ketiganya tergelak dalam keadaan hilang ingatan. Sekujur tubuh memar setelah hempasan. Mengherankan, sesaat kemudian alam kembali tenang. Sebegitu cepatnya badai berlalu, seolah-olah tak pernah ada kejadian apa-apa. Ombak setinggi gunung yang tadi menghempaskan kapal itu kini terlihat semakin menjauh, lalu menghilang dari pandangan. Awan-awan hitam menakutkan yang tadi bergumpal-gumpal di angkasa kini juga menghilang, bersembunyi entah di mana. Cahaya kilat dan gelegar halilintar yan

  • STRANDED (TERDAMPAR)   Part-23: Gulungan Ombak

    Badai menampakkan puncak keganasannya. Awan-awan hitam di atas samudra semakin menebal bergumpal-gumpal. Kuat medan listrik statis di dalam awan meningkat tajam. Molekul-molekul uap air semakin memberat dan membesar, lalu tumpah ruah berhamburan. Langit hitam seolah-olah bocor. Hujan lebat pun berjatuhan membanjiri lautan. Yang lebih menakutkan, energi listrik yang tersimpan di dalam gumpalan awan badai cumulonimbus yang menyelimuti permukaan lautan itu kini mencapai puncak kekuatannya. Dentuman suara halilintar bertubi-tubi terdengar. Lalu diikuti dengan puluhan cahaya kilat dan sambaran halilintar. Terjangan kilat-kilat panas terlihat menyerupai kuku-kuku setan menyambar ke sana kemari bertubi-tubi tanpa ampun. Ratih dan Nita yang tergelatak pingsan di lantai geladak sontak terjaga mendengar suara gelegar halilintar yang memekakkan. “Astaga, badai!” Mulut Ratih ternganga melihat angkasa. Langit hitam dilihatnya memerah bagai bara. “Wah, kiamat!” Nita terbelalak m

  • STRANDED (TERDAMPAR)   Part-22: Dalam Sekapan

    Ketakutan, itulah yang dirasakan oleh Vivi kini. Namun rasa penasarannya juga semakin menjadi-jadi. “Apakah sebenarnya yang terjadi di dalam ruangan kemudi? Mengapa ada suara auman dan desahan yang muncul dari sana?” Pintu ruangan kemudi yang kempot itu perlahan dibukanya juga. Lima anak tangga menuju kursi kemudi yang ada di dalam ruangan itu kemudian dinaikinya tanpa suara. Baru saja menginjakkan kaki di anak tangga yang kedua, Vivi menghentikan langkahnya. Wendra ternyata berada di sana, di pojok kiri ruangan kemudi. Wajahnya menghadap ke depan memandangi lautan. “Lho, itu kan Wendra.” Mulut Vivi ternganga. Tubuh Wendra tampak gosong bagai tersambar halilintar. Tak diduga, raga Wendra yang sedari tadi berada dalam sergapan makhluk siluman itu ternyata kini telah berubah wujud menjadi sosok makhluk yang mengerikan. Namun, apa sebenarnya yang telah terjadi, Vivi masih belum sepenuhnya paham. “Wah, ada apa ini, tubuh Wendra kok berubah jadi hitam begitu? Ja

  • STRANDED (TERDAMPAR)   Part-21: Auman Harimau Lapar

    Badai sepertinya akan kembali datang. Valdo dan Syahera masih belum juga terlihat muncul di permukaan lautan. Harap-harap cemas dirasakan, yang paling cemas adalah Nita. Sepertinya dia masih tak rela jika Syahera yang telah menyelamatkan nyawanya itu pergi untuk selama-lamanya. “Kok belum muncul juga si Valdo itu ya Rat, aku takutnya kalau ombak besar kembali datang.” Nita menapakkan kegusarannya. “Iya nih, sudah lebih dua menit. Tapi... kenapa perasaan aku jadi semakin nggak enak ya Nit, menurut aku sepertinya ada sesuatu yang aneh deh.” “Si Valdo itu maksud kamu Rat? Memang sudah begitu sifatnya, dia itu orangnya pendiam, bahkan hampir tak pernah bicara.” “Kalau itu aku sudah tahu sih, tapi yang terlintas dalam pikiran aku adalah bahwa si Valdo itu mungkin saja adalah penjelmaan dari sosok makhluk kelelawar yang menghilang di atas kamar mesin tadi itu Nit.” “Jangan nakut-nakutin kayak gitu deh Rat.” “Yah... tapi itu hanya anggapan aku saja sih.

  • STRANDED (TERDAMPAR)   Part-20: Menerjang Lautan

    Penglihatan Nita tertancap ke arah pintu kamar mesin. Di sanalah tadi sosok makhluk kelelawar raksasa itu menghilang. Terpikir oleh Nita, mungkin saja ada sesuatu yang lain di sana. “Jangan-jangan makhluk itu bukannya menghilang, melainkan masuk ke dalam kamar mesin, hal itu boleh jadi,” pikir Nita. Nita mencoba menelaah. Terpikir olehnya kemudian Valdo, si teknisi kapal. Nita masih ingat, sejak pertama kali kapal itu jangkar, Valdo si teknisi kapal itu masuk ke dalam ruangan mesin untuk melakukan perbaikan. Dan sejak saat itu Valdo tak lagi terlihat olehnya. “Mungkin saja Valdo si teknisi kapal itu terkunci di sana. Si Valdo itu kan biasa bekerja di laut, pasti dia jago renang. Tentu saja dia bisa menyelamatkan Syahera yang tenggelam,” gumam Nita lagi. Begitu berharapnya Nita agar Syahera bisa diselamatkan. Harapan itu memang masih ada. Nita sendiri paham, sebagai seorang mahasiswi ilmu kelautan, Syahera mempunyai kelebihan dalam hal pernapasan. Catatan kemamp

  • STRANDED (TERDAMPAR)   Part-19: Sayap Yang Mengepak-ngepak

    Mendung kesedihan melanda Nita. Hati kecilnya tak bisa menerima kenyataan bahwa Syahera yang telah menyelamatkan dirinya dari kematian itu telah pergi untuk selama-lamanya. “Kamu jangan pergi Ra, jangan tinggalkan aku sahabatmu!” sebut Nita. Kedua bola matanya memerah menahan air mata. “Syahera, Syahera! Kamu di mana!” Nita kembali berteriak memanggil-manggil nama sahabatnya. “Syahera mungkin sudah nggak ada lagi Nit,” sela Ratih menampakkan wajah kesedihannya. Ratih kemudian menengadahkan wajahnya ke atas. Sesaat dia memejamkan mata, kemudian dia kembali melihat ke arah Nita. “Dia telah pergi meninggalkan kita Nit, kita harus rela menerimanya,” sebut Ratih lagi. “Nggak mungkin Rat, nggak mungkin dia telah pergi, tolong jangan katakan kalimat itu lagi Rat, jangan lagi,” balas Nita. Sepertinya dia benar-benar tak rela mendengar kalimat yang terucap dari mulut Ratih tadi. “Nggak mungkin!” ulang Nita lagi. Untuk sejenak Nita diam menena

  • STRANDED (TERDAMPAR)   Part-18: Tubuh Yang Lenyap

    Syahera tumbang. Kesadarannya menghilang. Keenam makhluk cebol yang telah menghabisi Syahera itu juga mendadak menghilang dari penglihatan. Ratih dan Nita yang menyaksikannya tercengang. “Ya Tuhan.” Wajah Nita tegang. “Bah, makhluk-makhluk cebol itu menghilang.” Ratih kebingungan. “Mereka itu para siluman Rat.” “Benar Nit, wajah mereka sangat menakutkan.” “Memang dasar makhluk siluman ... biadab!” Nita mengumpat. “Tapi gawat Nit, bisa-bisa saja Syahera kecebur kalau badai kembali datang,” sebut Ratih. Tak bisa dia menyembunyikan rasa kekhawatirannya. Dia perhatikan lagi, posisi Syahera tergeletak tepat di pinggir lantai geladak. Jika kapal itu kembali terguncang, dapat dipastikan Syahera akan terhambur masuk ke dalam lautan. “Bagaimana ini Nit, Syahera bisa saja celaka.” “Ya Tuhan, jangan sampai deh.” Nita tak ingin berpikiran sampai ke sana. “Syahera!” teriak Nita. “Syahera! Bangun Ra!” Nita berteriak lagi. Kedua bola

  • STRANDED (TERDAMPAR)   Part-17: Damai Dalam Kesunyian

    Udara di dalam ruangan penumpang mulai pengap. Gas karbon dioksida CO2 juga semakin leluasa merayap. Vivi, Cici, Nining, Sapta, dan Ganta yang roboh bertumpuk-tumpuk di depan pintu ruangan mulai mengap-mengap. Dalam keadaan kehilangan kesadaran, mereka juga mengalami kesulitan dalam bernapas. Tak ada lagi yang sanggup bersuara. Ruangan penumpang yang mewah itu pun berubah senyap serasa berada di dalam kamar mayat dengan kondisi jendela dan kaca-kaca dalam kondisi tertutup rapat. Tak hanya itu, ancaman lain yang lebih mengerikan juga mulai merayap di dalam ruangan. Wendra, mahasiswa yang pertama kali melihat adanya penampakan di kapal itu sudah terlanjur disusupi kekuatan gaib makhluk siluman. Dirinya yang sedari tadi terduduk di salah satu kursi penumpang kini berada dalam kebekuan badan dan ingatan. Raga Wendra perlahan berubah wujud. Sekujur tubuhnya gosong menghitam. Mengerikan! Tak berapa lama lagi mahasiswa fakultas ilmu kelautan itu juga akan menjadi sosok makhluk sil

  • STRANDED (TERDAMPAR)   Part-16: Roboh Di Pintu Ruangan

    Syahera kembali menghampiri Ratih dan Nita. Ratih menyipitkan mata melihat wajah Syehera tiba-tiba saja berubah cemas. “Syahera, ada apa sih, kok kasak-kusuk begitu?” “Kita harus memecahkan kaca jendela Rat.” “Memecahkan kaca jendela? Apa nggak salah tuh.” “Aku serius ini Rat.” “Memangnya ada apa sih Ra?” “Pintu ruangan yang tadi tiba-tiba saja terhempas kini nggak bisa lagi dibuka dari dalam, semua jendela juga nggak bisa dibuka, makanya dari tadi mereka nggak ada yang keluar.” “Terkunci maksud kamu?” “Mungkin saja macet Rat.” “Kan bisa dibuka paksa.” “Nggak bisa, mereka semuanya pada berdiri di balik pintu menunggu pertolongan kita.” Syahera menunjuk ke arah pintu ruangan penumpang. “Gawat, terkunci?” Nita yang mendengar ikut merasa cemas. “Benar Nit, semuanya pada terkurung di dalam, kita juga nggak bisa masuk.” “Ulah makhluk itu lagi mungkin Ra.” Nita langsung menebak. “Mungkin saja Nit, soal

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status