Share

Part-2: Intipan Siluman Serigala

     Pintu ruangan penumpang itu tertutup dengan tiba-tiba. Nita yang berada di ambang pintu hampir celaka. Tubuhnya nyaris saya bonyok terjepit di antara dua buah daun pintu yang terbuat dari kombinasi baja dan logam biasa.

     Kekagetan Nita luar biasa. Jantungnya yang dua kali ditebas keterkejutan berdetak dengan ganas. Nyaris saja jiwanya terlepas. Nita telak terjungkal. Beruntung, Syahera yang ikut menyusul sigap menyambut tubuh Nita dari arah belakang. Kepala Nita yang hampir saja membentur benda keras berhasil dia selamatkan.

     Nita benar-benar ketakutan. Pikirannya berkecamuk menyaksikan adanya suatu penampakan, sesosok makhlu putih menyerupai serigala betina yang kelaparan.

     “Setaaaan...! Lihat itu Ra, ada setaaan..!” teriak Nita dengan suara membahana.

     Mulut Nita membulat ternganga. Kelopak matanya terangkat sempurna. Dia kira ada setan usil yang berbuat jahil di dalam ruangan penumpang sana.  

     Syahera yang tak menduga Nita berteriak sebegitu keras ikut-ikutan terperanjat. Syahera akhirnya juga telak terjungkal. Nita terlepas dari pegangannya. Kepala Nita akhirnya membentur benda keras juga.

     “Gila! Hampir copot jantungku gara-gara kamu Nit!” Syahera menghardik, lalu dia meraba-raba dadanya yang menyentak-nyentak bagai tertusuk tombak.

     “Ada setan di dalam sana Ra, lihat tuh pintu ruangan penumpang tiba-tiba saja tertutup rapat.” Kedua bola mata Nita membulat menatap lekat-lekat pintu ruangan penumpang yang mendadak tertutup rapat.

     “Memangnya kamu itu tadi benar-benar ada melihat setan di dalam ruangan penumpang itu Nit?” Shahera ikut mengarahkan pandangannya ke pintu ruangan penumpang.

      Suara Nita bagai tersekat di kerongkongan. Dia kemudian meraba-raba dada, lalu menelan air liurnya sebelum berkata.

     “Sebenarnya nggak terlalu jelas juga sih apa yang aku lihat tadi Ra. Tapi... kayaknya ada sosok makhluk serba putih yang mengintip aku dari balik kaca pintu ruangan penumpang itu tadi. Wajahnya mirip serigala gitu lho, pokoknya ngeri deh. Makhluk itu tiba-tiba saja menghilang, setelah itu pintu ruangan langsung tertutup rapat. Kamu tadi juga dengar kan adanya suara bantingan pintu yang keras di sana.”

     “Aku dengar juga sih Nit, tapi aku pikir itu hanya karena ada angin kencang saja yang menghempaskan pintu itu tadi.” Syahera menampakkan wajah ketidakpercayaannya.

     “Ngggak mungkinlah karena angin Ra, soalnya kedua pintu itu bergeser secara bersamaan, pasti ada setannya di dalamnya, setan serigala betina.” Nita mencoba meyakinkan.  

     “Haaah, setan serigala betina?”

     “Benar Ra, aku yakin kapal ini pasti sudah dikuasai oleh makhluk gentayangan, mungkin saja sejenis siluman, atau jangan-jangan ada...”

     “Jangan berpikiran yang macam-macam dulu deh Nit.” Syahera langsung menyalip. Tangannya dia kibaskan ke udara seperti tak ingin mendengarkan kelanjutan kalimat apa yang akan dikatakan oleh Nita. “Ntar bisa tambah stres kamu lho.”

     “Aku nggak yakin deh kalau di dalam ruangan itu ada makhluk silumannya Nit. Sebaiknya kita intip saja yok biar nggak penasaran,” ajak Syahera. Tak ingin dia hanya menduga-duga.

    “Mana tahu itu ulahnya  si Valdo teknisi kapal itu, atau juru mudinya yang lagi iseng ngerjain kita,” sambung Syahera lagi.

     Syahera langsung berdiri. Pergelangan tangan Nita dipegangnya erat seperti memaksa.

    “Mau intip di mana Ra?” Nita menarik kembali tangannya dari pegangan Syahera menandakan keengganannya.

     “Yaaah, mengintip dari kaca jendela lah Nit, memangnya di mana lagi.”

     “Haaaah, mengintip dari kaca jendela Ra?“

     “Iya Nit, memangnya kamu takut?”

     “Dari kaca jendela Ra?” Nita tak menjawab ajakan Syahera, hanya mengulangi. Jelas sekali menunjukkan bahwa dirinya tak mungkin ingin mengintip di sana.

     “Kalau takut bilang saja takut Nit.”

     “Nggak juga sih.”

     “Kalau gitu ayolah!”

     Nita merapatkan kedua kakinya. Sepertinya dia begitu gundah menerima ajakan Syahera. Jujur saja, sebahagian dari isi hati kecil Nita dijerat oleh  ketakutan yang berlebihan jika dirinya harus dipaksa mengintip ke sana.

      Belum juga Nita memberi jawaban. Syahera kembali mendesak Nita dengan ajakan. “Ayo lah Nit, kamu itu sebenarnya mau ikut apa nggak sih?”

     “Tapi, menurut aku lebih baik kita ajak saja Sapta, Ganta, atau Wendra ya Ra, mereka itu kan cowok semua, nanti kalau memang ada hantu atau makhluk siluman di sana mereka pasti deh berani melawannya.” Nita berkilah, masih enggan dia untuk mengangkat pantatnya.

     “Ah nggak usah lah Nit. Ngapain juga kamu harus takut. Percayalah apa kataku, itu pasti karena ada angin kencang tadi,” tepis Syahera.

     Sejenak Nita diam. Dia menatap wajah Syahera dalam-dalam, lalu menganggukkan kepalanya. “Oke deh, tapi Ra, kamu yang duluan jalan di depan ya.”

      Syahera tidak mengiakan kalimat Nita. Dia bahkan sudah duluan berjalan menuju ke arah kaca jendela ruangan penumpang yang berderet panjang. Nita yang melihatnya terpaksa juga beranjak. Namun baru saja Nita bangkit dari duduknya mengangkat pantat, sambaran halilintar membentuk garis putih berliku-liku kembali datang menyambar permukaan lautan.  

     “Braaaaaaaaak...! Duuuuuuuum...!” Sangat luar biasa dahsyatnya suara menggelegar yang kembali tersuguh di sana.

     Sontak Nita terlonjak. Pantatnya yang baru saja terangkat kembali terhempas di atas lantai geladak. Kedua bola mata Nita terbelalak. Jantungnya mencak-mencak memompa berdetak-detak. Darah merah dalam tubuh Nita mengalir deras menyentak-nyentak. Sederas pipa air minum yang bocor di jalanan berlobang yang retak-retak.

     Syahera tak kalah pucatnya. Keberanian dalam dirinya yang tadi sempat muncul kini menghilang sudah. Ketakutan pun mulai bersarang dalam pikiran. Tak lagi Syahera berpikiran panjang, segera disambarnya tangan Nita yang terduduk lemas di lantai  geladak.

     “Kita ke depan sekarang yo Nit, gabung dengan yang lainnya,” ajak Syahera. Tanpa basa-basi tangan Nita di helanya paksa. Kedua mahasiswi itu langsung berhamburan lari kocar-kacir menuju geladak kapal bahagian depan ingin bergabung dengan teman-teman mereka yang lainnya.

     Namun sayang, badai sepertinya enggan hengkang. Bahkan terlihat semakin gila menghadang. Alam yang damai semakin berubah kejam. Warna angkasa di sisi utara perairan sana semakin lama juga semakin terlihat menghitam. Permukaan air laut yang tenang perlahan mulai bergejolak, sebagai pertanda ombak besar dan gelombang air pasang akan segera datang.

     Baru saja serentetan gelegar halilintar yang garang menghilang dari pendengaran, mereka kini kembali dikejutkan oleh sambaran cahaya halilintar yang muncul di seberang lautan. Sambaran yang muncul kali ini terlihat bertumpuk-tumpuk dan terpusat pada satu titik. Sangat aneh. Struktur dan bentuk sambarannya juga tampak begitu aneh. Terlihat bagai percikan cahaya peluru-peluru panas yang muncrat dari moncong senjata otomatis laras panjang jika ditembakkan di kala waktu malam. Dan mungkin jadi baru pertama kalinya fenomena alam yang aneh seperti itu yang pernah muncul di dunia nyata. Tak hanya itu, sambaran yang terlihat juga cukup banyak jumlahnya, hingga membentuk garis putih berliku-liku yang tak henti-hentinya mencakar permukaan lautan.

*****  

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status