STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 9"Baiklah, Dina. Aku akan memberikanmu kesempatan bekerja di sini. Hari kerja hanya 5 hari dalam seminggu, tetapi liburnya akan di gilir, jika ada keperluan mendadak akan diganti dengan hari libur kerjamu. Kalau kerjamu bagus dalam seminggu ini, kamu akan terus lanjut bekerja, jika bayi ini menghambatmu bekerja, maaf, aku tidak bisa mempekerjakanmu di sini," jelasku."Baikah, Bu. Terima kasih atas kesempatan yang Ibu berikan padaku. Aku akan berusaha sebaik mungkin dalam bekerja dan berjanji akan bekerja dengan rajin." Mata Dina berbinar.Kulihat anaknya menggeliat lagi. Aku beranjak dari kursi dan berpindah duduk di sebelah kiri Dina. Ku amati anaknya lalu meminta Dina memberikannya padaku."Bayi yang cantik," ucapku saat menatap wajah makhluk Tuhan yang mungil ini di pangkuanku. Tanpa terasa mataku basah. Ku buang pandanganku dari Dina. Cengeng sekali hatiku ini. Sangat mudah terharu melihat hal itu. Ucapku dalam hati."Baikah, Bu. Apa aku b
STRUK BELANJA DISAKU CELANA SUAMIKUBAB 10"Tidak bisa, Sayang. Maksudku, begini. Ada yang ingin aku ceritakan padamu. Tentang masalah pekerjaanku, aku sengaja datang kesini untuk meminta pendapatmu."Aku sedikit kecewa. Kutatap bayi itu dengan seksama, bibir mungilnya sibuk meminum susu buatan ibunya. Sebenarnya aku ingin sekali bertanya pada Dina. Kenapa ia sampai memberikan susu formula untuk anaknya? Kenapa ia tidak memberikan ASI-nya saja? Tetapi, urung aku lakukan, sepertinya tidak pantas aku mencampuri urusan orang lain yang baru aku kenal."Sayang, ayo kita pergi makan siang, aku sudah lapar," pinta Mas Yoga memaksa. Membuatku sedikit tersentak."Dina, maaf. Tadinya aku ingin lebih dekat dengan Yuna dan kamu. Mungkin lain kali, itu pun jika kamu mau." Ku sentuh lagi kaki bayi mungil itu."Iya, Bu. Tidak apa," ucap Dina, lalu ia tersenyum simpul dan menunduk. "Kalau begitu saya permisi keluar, Bu!" Ia meletakan Yuna--bayi mungil itu ke sofa, membereskan peralatan bayi yang ia k
STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 11Gegas aku masuk ke dalam, setengah berlari, lalu masuk ke ruanganku. Tak kulihat Dina di sana, hanya ada Yuna yang sedang menendang-nendang juga kedua tangannya yang bergerak-gerak ke segala arah.Ku pindai sudut ruangan ini, tak ada bekas tanda barang yang dilempar. Apa mungkin Icha salah mendengar? Dan Raya, kemana ia?Ku putuskan mencari Raya, apa Raya tadi langsung masuk ke dapur?"Raya!" panggilku saat melihatnya di ruang masak."Ya, Ma," jawab Raya sambil menoleh."Jangan menggangu Kakak-Kakak di dapur, lebih baik Raya temani Yuna bermain, ya!" seruku. Raya mengangguk lalu pergi menuju ruangan tempat Yuna berada.Setelah itu, mataku tertuju pada Dina bersama dengan anak-anak membantu mem-packing pesanan berikutnya."Dina!" panggilku. Dina menoleh, tangannya berhenti mengemasi makanan di hadapannya. Lalu ia berjalan mendekatiku. Ku ajak Dina sedikit menjauh dari meja tempat mem-packing makanan."Iya, Bu. Ada apa, Bu?" tanya Dina.Kulirik
STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 12***Sudah dua kali aku menekan bel di depan pintu rumah Mama Rini. Ku lihat penunjuk waktu di tanganku, lama, masih saja tak ada yang membuka, andai Mama tertidur di kamar, apa mungkin ART-nya ikut tidur juga.Lebih baik ku coba menanyakan nomor ART Mama pada Mas Yoga, kalau menelpon Mama, aku takutnya malah akan mengganggu istirahatnya.Gegas ku rogoh tas kecil yang dari tadi kugamit di antara lengan dan ketiak. Saat sedang menekan nomor Mas Yoga tiba-tiba terdengar suara knop pintu yang berputar. Setelah itu, nampaklah wajah perempuan yang biasa membantu Mama Rini mengurusi rumahnya ini."Mbak Indri, maaf menunggu lama. Silahkan masuk Mbak!" Ia membuka pintu itu dengan lebar, menyingkir ke sisi memberikanku jalan.Ku genggam tangan Raya erat, lalu melangkah berlahan. Mataku menilik bagian-bagian ruangan yang terlihat sama saat terakhir aku menemui Mama setahun yang lalu. Membuat memoriku kembali mengingat ucapannya yang menyayat hatiku. Ma
STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 13***"Raya tunggu di kamar, ya. Mama mau ambil baju dulu, nanti kita menginap di rumah Oma lagi." Raya mengangguk, meninggalkan aku dan Mas Yoga yang sedang duduk di tepian kasur.Setelah Raya keluar, Mas Yoga berdiri dan melangkah ke arah pintu. Ku lihat ia memandang ke arah kamar Raya, menutup pintu, lalu duduk kembali di tempat semula.Tanganku masih sibuk memilih beberapa pakaian yang akan aku bawa, lalu memasukannya ke dalam koper yang terbuka di lantai tak jauh dari lemari. Setelah memastikan semuanya yang dibutuhkan telah masuk, lalu aku menutup koper tersebut dan mengancing seletingnya.Ku lihat Mas Yoga yang masih setia duduk di sana, menunduk dan diam saja.Aku mulai beranjak sambil menarik koper tersebut, lalu berjalan menuju kamar Raya. Mas Yoga beranjak dan mengikutiku dari belakang. Tak senang di ikuti Mas Yoga, aku membalikan badanku lalu menghardiknya."Pergilah menjauh dariku, Mas!"Mas Yoga menghentikan langkahnya dan masih
STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 14"Jadi itu sebabnya kamu memberikannya nama Yuna, itu artinya kamu salah mengerti aku, Mas.""Jadi menurutmu aku yang salah?""Tidak ada yang salah, Mas. Mungkin ini sudah jalannya. Biarlah aku menikmati sakit yang kamu beri saat ini, berikan aku waktu untuk menata hati, berikan aku waktu untuk sendiri, pelase!" Air mataku mengalir tak henti."Sayang, aku mohon berikan maafmu dari hati.""Mas, sangat mudah mengucapkan kata maaf itu. Beribu maaf akan aku berikan untukmu. Bukan demi kamu, tetapi demi menjaga hatiku agar tidak merasa lebih sakit dari orang-orang yang akan mendengar dan membayangkan posisiku. Sudahlah, jangan lanjutkan pembicaraan ini lagi. Jika hatiku sudah lebih baik, kita akan bicarakan ini lagi, sekarang lebih baik kamu cari Yuna dan ibunya. Kamu ingin mengantarkan aku ke rumah Mama, baiklah. Antar aku sekarang!"***Sendiri aku duduk di teras depan rumah Mama, memandang langit kelam yang tak nampak bintang, bintang yang haru
STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 15***"Ma, Indri harus bagaimana? Indri takut Mas Yoga berbuat yang tidak diinginkan." ucapku cemas ketika Mama menuntunku duduk di kursi."Tenang, Indri, jangan terpengaruh dengan ucapan Yoga. Dengarkan isi hatimu. Ingat, jangan karena perasaan kasihan, bikin kamu salah ambil keputusan. Dengarkan isi hatimu!""Iya, Ma, benar apa yang Mama katakan, aku tidak mau mengambil keputusan berdasarkan kasihan.""Jadi, kamu sudah punya keputusan?""Aku ingin bercerai saja, Ma.""Sudah kamu pikirkan matang-matang?"Aku mengusap wajahku."Jika masih ragu, shalat istikharah lah. Minta petunjuk pada Al-Hadi.""Aku sudah melakukan itu selama menginap di sini, Ma.""Lalu?""Setiap tidur setelah sebelumnya melakukan shalat istikharah, aku bermimpi Mas Yoga memakaikan cincin pernikahan ini, tapi aku tidak tahu perempuan itu siapa." Ku perlihatkan pada Mama benda yang melingkar di jari manisku, lalu kubuka cincin tersebut dan mengacungkan benda tersebut lebih
STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 16"Pergi? Kemana?" Mas Yoga mengambil satu tanganku lalu mencium jemariku dengan lembut."Nanti di jalan akan kuberi tahu," jawabku.Tiba-tiba wajah Mas Yoga sedikit menegang. Ia kembali menarik tanganku satu lagi dan melihat jari-jariku."Di mana cincin pernikahan kita?" Dia menatapku dengan tajam, alisnya yang tebal kini hampir bertautan."A-aku menyimpannya di lemari kamar." Aku sedikit gugup ketika ia menatapku."Kenapa? Selama ini kamu tidak pernah melepaskannya," protes Mas Yoga."Cincin itu sedikit melonggar ketika terkena sabun saat aku mandi, entahlah, mungkin karena berat badanku sedikit berkurang, hingga cincin itu menjadi terasa kebesaran sekarang," Ku berikan alasan agar Mas Yoga percaya.Mas Yoga menggeleng. "Kamu belum memaafkan aku sepenuhnya?"Aku menunduk. "Sudahlah, jangan bahas itu dulu. Sudah kubilang, aku kesini untuk mengajakmu ke sesuatu tempat." Ia menyeringai. Lalu bersandar pada bantal yang ia tinggalkan di balik pu