Share

Kejanggalan.

Hutan di sini masih asri dan banyak binatang buas apabila masuk lebih dalam. Warga di desa curuk ayu biasa pergi ke hutan hanya untuk mencari kayu bakar dan mencari tanaman yang bisa dimakan serta menjerat ayam hutan.

Aldo mencari Sinta di hutan yang berada di dekat pohon besar. Di sana, mereka biasa menjerat ayam hutan yang memang banyak hidup di sekitaran kayu besar tersebut.

Tak biasanya Sinta ke hutan sendirian, biasanya ia selalu pergi bersama Aldo. Sinta termasuk perempuan penakut, lihat ulat bulu dan memegang ayam pun tak berani.

"Pak, lihat istriku tidak?" Aldo bertanya pada lelaki tua yang tengah memotong kayu tumbang untuk di jadikan kayu bakar.

Lelaki itu berhenti mengayunkan kapak, berdiri tegap dan menoleh ke arah Aldo. "Tadi lewat sini, Do! Mungkin di dekat kayu besar sana." Setelah memberitahu kepada Aldo, lelaki itu kembali membungkuk dan mengayunkan kapak itu kembali.

Aldo kembali berjalan menyusuri jalan setapak, di sisi kiri dan kanan banyak tumbuhan liar dan juga semak belukar yang banyak duri-duri tajam.

Aldo sesekali menguap dengan lebar, rencananya ingin tidur nyenyak jadi terhambat. Sembari terus berjalan, Aldo mengeluarkan ponsel jadul miliknya. Terpampang di layar ponsel kecil itu, waktu sudah menunjukan pukul delapan pagi.

Aldo gegas mempercepat langkah kakinya menuju pohon besar yang sudah nampak di depan mata. Dirinya ingin cepat-cepat mengajak sang istri pulang dan ia bisa segera beristirahat.

"Dek! Kamu di mana!?"

Aldo terus mencari dan menyusuri area sekitar pohon besar. Lama mencari dan terus berteriak memanggil nama sang istri, namun tak ada tanda-tanda bahwa istrinya itu ada di sini. Aldo semakin khawatir takut terjadi sesuatu pada Sinta.

Krosek... Krosek... Krosek...

Aldo kembali ke tempat semula saat mendengar suara seseorang. Namun, ternyata itu bukan istrinya, melainkan warga desa yang tengah memasang jeratan.

"Lagi ngapain, Do? Cari kayu bakar?" Laki-laki bertubuh jangkung itu bertanya tanpa menoleh ke arah Aldo.

"Enggak Mas. Ini lagi cari istriku. Katanya dia masuk hutan sendirian. Tapi, aku cari-cari tak ketemu." Aldo berjalan mendekat dan duduk di samping laki-laki tersebut karena kelelahan berjalan ke sana ke mari.

Laki-laki itu menoleh, lalu menatap Aldo. "Sampai tahun depan pun tidak akan ketemu, Do! Sinta ada di rumah, tadi aku melihatnya tengah menjemur pakaian."

Aldo sangat terkejut mendengar penuturan tetangganya itu. "Yang benar Mas? Tadi kata orang-orang yang ada di kebun, istriku jalan masuk hutan loh!" sahut Aldo tak percaya.

"Dibilangin ngeyel! Kamu pulang saja dan lihat di rumah."

Tanpa basa-basi Aldo berdiri dan segera meninggalkan hutan ini. Bagaimana mungkin istrinya sudah ada di rumah? Jalan untuk masuk hutan hanya lewat kebun Mak Siti. Karena jalan lainnya pasti banyak semak belukar dengan duri-duri tajam.

Sesampainya di depan rumah, Aldo segera masuk dan mencari keberadaan istrinya. Di ruang tamu, dapur dan samping rumah pun tidak ada. Aldo lantas menuju kamar. Saat pintu terbuka, betapa terkejutnya dia. Sinta tengah tiduran di atas ranjang.

"Kamu dari mana, Mas?" Melihat Aldo masuk, Sinta segera duduk dan mengikat rambutnya.

Aldo duduk di tepi ranjang, menatap istrinya dari atas sampai bawah. "Seharusnya Mas yang tanya begitu. Kamu dari mana saja? Mas cari-cari di hutan tak taunya kamu sudah ada di rumah."

Sinta terkekeh pelan, "Ngapain cari di hutan, Mas? Sinta saja di rumah terus dari tadi pagi."

"Ha?" Aldo melongo mendengar jawaban Sinta. "Kamu jangan bercanda ya, Dek! Bukannya kamu pergi ke kebun Mak Siti untuk mengambil sayur? Dan kata Mak Siti, kamu masuk ke hutan."

Sinta lagi-lagi tertawa mendengar ucapan Aldo "Jangan ngawur deh, Mas. Aku ambil sayur setelah itu langsung pulang. Kalau tidak percaya lihat saja di dapur, sawi nya sudah aku tumis dan aku juga baru selesai mencuci pakaian seragam anak-anak."

Aldo tak membantah lagi, sebab memang ada baju di jemuran. Dirinya membaringkan tubuhnya dan memijat keningnya yang terasa pusing dengan kejadian janggal ini.

"Omong-omong, ikan dari mana itu, Mas?"

"Hasil pancinganku dengan Ardi semalam, Dek."

"Berartti setelah aku tertidur di pelukan mu, ya?" Sinta pikir, Aldo berangkat pukul 03.30 setelah memberinya kepuasan. Namun, nyatanya Aldo berangkat pukul 01.30 dan baru pulang pukul 04.00

"Hmmm..." Aldo hanya bergumam pelan karena matanya sudah sangat mengantuk dan tubuhnya pun juga lelah.

***

***

"PERGI KAMU...!!!"

Aldo berteriak lantang, berjalan cepat dan menerjang sesosok mahluk bertubuh besar berwarna hitam yang sangat menyeramkan tengah menindih tubuh istrinya.

Napas Aldo memburu, dirinya mengumpulkan keberanian dan segera menendang mahluk itu sampai terguling dari atas tubuh Sinta.

"Dek! Bangun,.Dk! Pergi! Lari!"

Aldo terus berteriak berharap istrinya yang tengah terbaring dengan mata terpejam, bangun dan segera berlari.

Seberapa kuat Aldo berteriak, istrinya seolah tak mendengar. Saat sesosok mahluk hitam besar itu hendak mendekat, Aldo segera menerjang sembari berdoa meminta bantuan Tuhan yang Maha Kuasa.

"Allahu Akbar ... Allahu Akbar!!!"

Aldo mengangkat tubuh Sinta dan memeluknya erat. Mahluk itu menatap Aldo, matanya yang berwarna merah seperti mengeluarkan api. Mahluk itu membuka mulutnya lebar yang terdapat gigi runcing dengan darah yang menetes, belatung dan ular.

Aldo semakin mengeratkan pelukannya. Mulut itu semakin lebar dan semakin mendekat ke wajah Aldo.

"Aaarrrrhhgghhh....!!!"

"Bapak kenapa? Bangun,.Pak!" Guncangan yang begitu kuat membuat Aldo tersadar dan terbangun dari tidurnya. Aldo terduduk dengan napas yang masih memburu.

"Bapak kenapa teriak-teriak? Bapak mimpi buruk?" Rafa bertanya sembari mengelap kening bapaknya yang bercucuran keringat.

"Kalau mau tidur, baca doa dulu, Pak." sahut Sheila

"Kalian baru pulang? Ibu mu mana?" Masih dengan rasa takutnya, Aldo mencoba menetralkan detak jantungnya. Mimpinya itu terasa sangat nyata.

"Kami baru saja pulang Pak. Ibu ada di rumah Mak Siti."

***

***

"Kamu kenapa sih, Mas? Dari tadi siang kelihatan lesu begitu, kamu sakit?"

Aldo menggeleng pelan. "Aku hanya kecapean saja, Dek."

Sinta ikut membaringkan badan dan memeluk suaminya dengan erat. Perlahan dua insan itu memejamkan mata dan terlelap.

....

Sheila terbangun tengah malam sebab ingin ke kamar mandi. Membangunkan sang kakak beberapa kali. Namun, Rafa tak kunjung bangun.

Sheila gegas ke kamar bapaknya yang berada tepat di sebelah kamarnya.

Perlahan, pintu yang tidak terkunci itu terbuka.

"Aaaaa...." Bocah perempuan itu menjerit histeris.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Lisan
terimakasih ...
goodnovel comment avatar
Dian Elfiatun
serem ya tapi aku suka
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status