Home / Horor / SUAMI GHAIB / Kejanggalan.

Share

Kejanggalan.

Author: Lisan
last update Last Updated: 2023-06-02 16:13:52

Hutan di sini masih asri dan banyak binatang buas apabila masuk lebih dalam. Warga di desa curuk ayu biasa pergi ke hutan hanya untuk mencari kayu bakar dan mencari tanaman yang bisa dimakan serta menjerat ayam hutan.

Aldo mencari Sinta di hutan yang berada di dekat pohon besar. Di sana, mereka biasa menjerat ayam hutan yang memang banyak hidup di sekitaran kayu besar tersebut.

Tak biasanya Sinta ke hutan sendirian, biasanya ia selalu pergi bersama Aldo. Sinta termasuk perempuan penakut, lihat ulat bulu dan memegang ayam pun tak berani.

"Pak, lihat istriku tidak?" Aldo bertanya pada lelaki tua yang tengah memotong kayu tumbang untuk di jadikan kayu bakar.

Lelaki itu berhenti mengayunkan kapak, berdiri tegap dan menoleh ke arah Aldo. "Tadi lewat sini, Do! Mungkin di dekat kayu besar sana." Setelah memberitahu kepada Aldo, lelaki itu kembali membungkuk dan mengayunkan kapak itu kembali.

Aldo kembali berjalan menyusuri jalan setapak, di sisi kiri dan kanan banyak tumbuhan liar dan juga semak belukar yang banyak duri-duri tajam.

Aldo sesekali menguap dengan lebar, rencananya ingin tidur nyenyak jadi terhambat. Sembari terus berjalan, Aldo mengeluarkan ponsel jadul miliknya. Terpampang di layar ponsel kecil itu, waktu sudah menunjukan pukul delapan pagi.

Aldo gegas mempercepat langkah kakinya menuju pohon besar yang sudah nampak di depan mata. Dirinya ingin cepat-cepat mengajak sang istri pulang dan ia bisa segera beristirahat.

"Dek! Kamu di mana!?"

Aldo terus mencari dan menyusuri area sekitar pohon besar. Lama mencari dan terus berteriak memanggil nama sang istri, namun tak ada tanda-tanda bahwa istrinya itu ada di sini. Aldo semakin khawatir takut terjadi sesuatu pada Sinta.

Krosek... Krosek... Krosek...

Aldo kembali ke tempat semula saat mendengar suara seseorang. Namun, ternyata itu bukan istrinya, melainkan warga desa yang tengah memasang jeratan.

"Lagi ngapain, Do? Cari kayu bakar?" Laki-laki bertubuh jangkung itu bertanya tanpa menoleh ke arah Aldo.

"Enggak Mas. Ini lagi cari istriku. Katanya dia masuk hutan sendirian. Tapi, aku cari-cari tak ketemu." Aldo berjalan mendekat dan duduk di samping laki-laki tersebut karena kelelahan berjalan ke sana ke mari.

Laki-laki itu menoleh, lalu menatap Aldo. "Sampai tahun depan pun tidak akan ketemu, Do! Sinta ada di rumah, tadi aku melihatnya tengah menjemur pakaian."

Aldo sangat terkejut mendengar penuturan tetangganya itu. "Yang benar Mas? Tadi kata orang-orang yang ada di kebun, istriku jalan masuk hutan loh!" sahut Aldo tak percaya.

"Dibilangin ngeyel! Kamu pulang saja dan lihat di rumah."

Tanpa basa-basi Aldo berdiri dan segera meninggalkan hutan ini. Bagaimana mungkin istrinya sudah ada di rumah? Jalan untuk masuk hutan hanya lewat kebun Mak Siti. Karena jalan lainnya pasti banyak semak belukar dengan duri-duri tajam.

Sesampainya di depan rumah, Aldo segera masuk dan mencari keberadaan istrinya. Di ruang tamu, dapur dan samping rumah pun tidak ada. Aldo lantas menuju kamar. Saat pintu terbuka, betapa terkejutnya dia. Sinta tengah tiduran di atas ranjang.

"Kamu dari mana, Mas?" Melihat Aldo masuk, Sinta segera duduk dan mengikat rambutnya.

Aldo duduk di tepi ranjang, menatap istrinya dari atas sampai bawah. "Seharusnya Mas yang tanya begitu. Kamu dari mana saja? Mas cari-cari di hutan tak taunya kamu sudah ada di rumah."

Sinta terkekeh pelan, "Ngapain cari di hutan, Mas? Sinta saja di rumah terus dari tadi pagi."

"Ha?" Aldo melongo mendengar jawaban Sinta. "Kamu jangan bercanda ya, Dek! Bukannya kamu pergi ke kebun Mak Siti untuk mengambil sayur? Dan kata Mak Siti, kamu masuk ke hutan."

Sinta lagi-lagi tertawa mendengar ucapan Aldo "Jangan ngawur deh, Mas. Aku ambil sayur setelah itu langsung pulang. Kalau tidak percaya lihat saja di dapur, sawi nya sudah aku tumis dan aku juga baru selesai mencuci pakaian seragam anak-anak."

Aldo tak membantah lagi, sebab memang ada baju di jemuran. Dirinya membaringkan tubuhnya dan memijat keningnya yang terasa pusing dengan kejadian janggal ini.

"Omong-omong, ikan dari mana itu, Mas?"

"Hasil pancinganku dengan Ardi semalam, Dek."

"Berartti setelah aku tertidur di pelukan mu, ya?" Sinta pikir, Aldo berangkat pukul 03.30 setelah memberinya kepuasan. Namun, nyatanya Aldo berangkat pukul 01.30 dan baru pulang pukul 04.00

"Hmmm..." Aldo hanya bergumam pelan karena matanya sudah sangat mengantuk dan tubuhnya pun juga lelah.

***

***

"PERGI KAMU...!!!"

Aldo berteriak lantang, berjalan cepat dan menerjang sesosok mahluk bertubuh besar berwarna hitam yang sangat menyeramkan tengah menindih tubuh istrinya.

Napas Aldo memburu, dirinya mengumpulkan keberanian dan segera menendang mahluk itu sampai terguling dari atas tubuh Sinta.

"Dek! Bangun,.Dk! Pergi! Lari!"

Aldo terus berteriak berharap istrinya yang tengah terbaring dengan mata terpejam, bangun dan segera berlari.

Seberapa kuat Aldo berteriak, istrinya seolah tak mendengar. Saat sesosok mahluk hitam besar itu hendak mendekat, Aldo segera menerjang sembari berdoa meminta bantuan Tuhan yang Maha Kuasa.

"Allahu Akbar ... Allahu Akbar!!!"

Aldo mengangkat tubuh Sinta dan memeluknya erat. Mahluk itu menatap Aldo, matanya yang berwarna merah seperti mengeluarkan api. Mahluk itu membuka mulutnya lebar yang terdapat gigi runcing dengan darah yang menetes, belatung dan ular.

Aldo semakin mengeratkan pelukannya. Mulut itu semakin lebar dan semakin mendekat ke wajah Aldo.

"Aaarrrrhhgghhh....!!!"

"Bapak kenapa? Bangun,.Pak!" Guncangan yang begitu kuat membuat Aldo tersadar dan terbangun dari tidurnya. Aldo terduduk dengan napas yang masih memburu.

"Bapak kenapa teriak-teriak? Bapak mimpi buruk?" Rafa bertanya sembari mengelap kening bapaknya yang bercucuran keringat.

"Kalau mau tidur, baca doa dulu, Pak." sahut Sheila

"Kalian baru pulang? Ibu mu mana?" Masih dengan rasa takutnya, Aldo mencoba menetralkan detak jantungnya. Mimpinya itu terasa sangat nyata.

"Kami baru saja pulang Pak. Ibu ada di rumah Mak Siti."

***

***

"Kamu kenapa sih, Mas? Dari tadi siang kelihatan lesu begitu, kamu sakit?"

Aldo menggeleng pelan. "Aku hanya kecapean saja, Dek."

Sinta ikut membaringkan badan dan memeluk suaminya dengan erat. Perlahan dua insan itu memejamkan mata dan terlelap.

....

Sheila terbangun tengah malam sebab ingin ke kamar mandi. Membangunkan sang kakak beberapa kali. Namun, Rafa tak kunjung bangun.

Sheila gegas ke kamar bapaknya yang berada tepat di sebelah kamarnya.

Perlahan, pintu yang tidak terkunci itu terbuka.

"Aaaaa...." Bocah perempuan itu menjerit histeris.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Lisan
terimakasih ...
goodnovel comment avatar
Dian Elfiatun
serem ya tapi aku suka
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • SUAMI GHAIB   Meninggalnya Aldo (TAMAT)

    Mendengar suara ribut membuat Sinta dan kedua anaknya ketakutan. Mereka tetap berada di sana dan menuruti semua perkataan sang Ustadz."Takut, Bu," cicit kedua anak Sinta.Wanita itu memeluk keduanya dengan erat. Hingga suara-suara itu berhenti dan berganti suara Ardi yang menjerit memanggil nama Aldo."Ayo kita keluar," ajak Sinta. Dirinya gegas beranjak dan menarik tangan kedua bocah itu. Perasaannya tak enak dan memilih keluar menghiraukan larangan Pak Ustadz.Braaakk..Saat Sinta keluar, bersamaan dengan itu pintu kamar sebelah pun dibuka oleh sang Ustadz. Sinta membekap mulut menahan tangis saat menyaksikan sang suami tergeletak tak berdaya di pangkuan Ardi.Sinta dan kedua bocah itu berjalan cepat dan turut bersimpuh mengerumuni Aldo."Mas Aldo kenapa, Di?" Sinta tak mampu membendung lagi, cairan bening tumpah melihat kondisi sang suami."Bapak!" Sheila dan Rafa memeluk badan Aldo yang lemah.Mereka mengangkat dan membaringkan Aldo di sebuah tikar. "Cepet cari bantuan, Di. Bawa

  • SUAMI GHAIB   Musnahnya Virgon.

    "Allahu Akbar." Pak Ustadz tak berhenti, membuat Sheila merasakan sesuatu yang luar biasa sakit."Bu! Sakit!" teriak Sheila, disertai tangis dan raungan histeris. Kedua tangan dan kakinya dipegang kuat agar tak menyakiti tubuhnya sendiri.Pak Ustadz melangkah maju, menempelkan telapak tangannya ke dahi bocah itu. "Ya Allah, tolong hambamu. Keluarkan sesuatu yang bersarang di dalam tubuh anak ini," ucapnya lirih.Mata Sheila bergerak liar, bola matanya hanya nampak warna putih. Mulutnya menganga dengan napas memburu dan tersengal-sengal, seolah menahan sesuatu yang hendak keluar.Doa-doa terus di lantunkan. Ardi, Sinta dan Rafa pun turut berdoa dalam hati. Berharap Sheila segera sembuh dari penyakit aneh ini.Lewat tengah malam, suara batuk Aldo tak berhenti di kamar sebelah. Sedangkan Sheila tergeletak lemas tak berdaya di pangkuan sang ibu. Sesekali wanita itu mengusap buliran bening yang masih merembes di sekitar dahi."Alhamdulillah, gangguan dari mahluk itu sudah keluar. Insha Alla

  • SUAMI GHAIB   Panas Bu!

    Waktu silih berganti. Tak terasa sudah satu bulan lamanya. Awalnya tak ada kejadian yang janggal setelah peristiwa itu. Aldo dan keluarganya menjalani hidup tentram tanpa gangguan.Namun, siapa sangka ternyata semua masih berlanjut. Setelah memasuki minggu pertama, keluarga Aldo sakit secara bergantian.Mereka pikir itu hal yang wajar dan sebuah kebetulan, sebab musim berganti serta cuaca tidak menentu.Ardi dan Rafa baru saja sembuh, kini giliran Sheila mengalami gatal yang luar biasa. Sedangkan Aldo batuk parah hingga mengeluarkan cairan kental berwarna hitam pekat dan bau yang begitu menyeruak di indra penciuman.Uhuuk … uhuuuk ….Aldo yang tengah terbaring di ranjang terbatuk lagi. Wajahnya nampak pucat serta bibir mengering. Sinta meraih segelas air dan membantu sang suami untuk minum."Gimana keadaan Sheila, Dek?"Sinta kembali menaruh gelas ke atas nakas, dan kembali menatap sang suami. "Alhamdulillah dia sudah bisa tidur, Mas."Aldo tak berani untuk sekedar mendekati kedua an

  • SUAMI GHAIB   Gangguan.

    Aldo berjalan cepat, menghampiri ranjang yang berada di sisi kiri. Anak perempuannya masih memejamkan mata. Namun, gerakan liar tangan dan kakinya tak berhenti membuat ranjang itu bergeser sedikit demi sedikit. Tubuh Aldo menahan sisi ranjang dan tangannya memegang tubuh putrinya agar tak terjatuh. "Sheila, bangun," ucap Aldo pelan. Satu tangannya menepuk pelan pipi yang terasa dingin itu. Padahal suhu ruangan di sini sangat panas dan pengap.Kreeettt ... Kreeett ... Kreeettt ...Ranjang masih bergoyang, menimbulkan suara decitan dari kaki ranjang besi yang bergesekan dengan lantai. Nyaring, membuat Ardi yang terbaring di kursi terusik dari tidurnya."Ada apa, Mas?" Ardi bersuara serak, mengucek mata yang terasa masih mengantuk. Lalu berjalan menghampiri Aldo."Sheila kenapa?" tanyanya lagi. Tanpa di suruh tangannya ikut memegangi kaki Sheila."Gak tau, Di. Mas sudah mencoba membangunkan, tetapi Sheila tak kunjung membuka matanya." Aldo panik. Air mukanya berubah cemas takut terjadi

  • SUAMI GHAIB   Bergerak liar.

    Aldo mengendong tubuh Sinta yang lemas tak berdaya. Sungguh, keadaan wanita itu saat ini sangat kacau. Aroma busuk menyengat membuat Aldo sesekali menahan napas saat bau itu menusuk indera penciumannya."Pelan-pelan Mas Aldo," ucap Pak Ustadz mengingatkan. Lelaki yang memakai baju putih, celana berwarna hitam dan kopyah yang bertengger di kepalanya itu berjalan di depan Aldo sembari menyingkap ranting-ranting kering yang menghalangi jalan."Iya Pak Ustadz," jawab Aldo pelan. Napasnya terasa sesak menahan berat badan Sinta.Aldo berhenti sejenak dan membenarkan posisi sang istri lalu kembali melanjutkan perjalanan mengikuti Pak Ustadz.Aldo memperhatikan jalan setapak dan di depan sana sudah nampak cahaya yang terang. Terus menyusuri jalan hingga mereka berhasil keluar dari dalam hutan."Masih kuat Mas Aldo?" Pak Ustadz menghentikan langkah kakinya. Ia pun mengajak Aldo untuk istirahat sejenak. Aldo menurut dan menidurkan Sinta di sebuah gubuk di tengah ladang.Aldo ngos-ngosan, tubuh

  • SUAMI GHAIB   Tergeletak lemas.

    Kabut asap, bau hangus, bangkai, belatung serta darah menjadi hal biasa di dunia alam ghaib inj. Gelap, pengap, anyir menjadi satu.Seorang Wanita dengan perut yang besar, rambutnya berantakan serta gigi-giginya yang mulai menghitam. Di dampingi sesosok mahluk hitam, besar berbulu yang menyeramkan. Matanya pun merah menyala dengan gigi tajam serta kuku yang runcing. Kakinya berserabut bak akar pohon beringin yang menjuntai ke tanah.Pemandangan yang sangat menakutkan. Namun, di mata wanita itu, semuanya indah. Ia merasa tubuhnya yang kini memiliki perut buncit, bertambah cantik dan menawan. Begitupun dengan lelaki yang berada di sampingnya. Di mata Sinta, Virgon amatlah tampan serta singgasana yang luar biasa megah."Kamu mau makan lagi, sayang?" Virgon bertanya lembut. Tangannya masih setia bertengger di bahu Sinta. Senantiasa memeluk wanita itu setiap saat. Tak sedikit pun melepasnya."Aku sudah kenyang, Mas."Sinta selalu di suguhi makanan-makanan menjijikan dan kepuasan setiap saa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status