"Paling hanya anak manja yang masih minta uang jajan sama emak bapaknya!" ledek Damar mengingat wajah Arlando yang tadi bersama Qeiza. "Pria brengsek itu hanya membuat perutku mual!" Damar lalu mengambil dompet yang ada disaku belakang celana panjangnya. "Ini! Saya ganti semuanya!" Sebuah kartu ATM ditaruh di atas meja.
Tanpa memerlukan waktu lama, setelah semua urusan selesai, Damar bergegas pergi meninggalkan cafe yang telah membuatnya menyimpan dendam pada Arlando. "Sialan! Brengsek! Berani mengambil Qeiza dari tanganku, nyawa taruhannya! Awas kau!" Berbagai umpatan dan makian ke luar dari bibir Damar. .....TING!Pesan masuk ketika Qeiza baru saja bangun setelah semalaman diganggu Damar yang terus saja meneleponnya.Arlando :"Aku tunggu kamu satu jam lagi di restorant Chinese food! Tidak ada penolakan!"Qeiza melihat jam dinding. "Aku harus siap-siap karena dua jam lagi aku harus menemui orang di butik." Tanpa membuang waktu, Qeiza segera bersiap diri.Restoran Chinese food sudah ada di depan mata, Qeiza mengedarkan pandangan ke sekeliling. "Apa Arlando sudah datang?!""Qeiza!" Arlando baru saja ke luar dari mobil yang tak jauh dari Qeiza berdiri."Baru datang?!""Macet! Penyakit ibukota!" Arlando langsung mengajak Qeiza masuk ke dalam restorant.Dalam hitungan menit, semua pesanan telah tersedia di atas meja yang telah Arlando reservasi. Tanpa banyak basa basi yang tak berarti, keduanya pun langsung menyantap semua hidangan."Thanks, Arlando!" ucap Qeiza setelah membersihkan bibirnya. "Perutku sampai kekenyangan, sudah enak gratis lagi. He-he-he."Arlando hanya menjawab dengan tersenyum, pikirannya dipenuhi bagaimana caranya memulai pembicaraan dengan Qeiza."By the way, aku sebentar lagi mau ke butik," ucap Qeiza melihat jam tangan. "Qeiza, maukah kamu menikah denganku?!" tanya Arlando memberanikan diri.Qeiza menatap Arlando bingung. "Hah?! Apa?! Kamu ngomong apa?!" "Maukah kamu menikah denganku?!" Arlando mengulang pertanyaan. "Tapi menikah tidak seperti orang pada umumnya.""Aku tidak mengerti!" Arlando dengan panjang lebar menceritakan semua keinginan kedua orangtuanya. "Jadi begitulah. Kita menikah secara kontrak."Qeiza mencerna semua cerita dari Arlando. "Jadi karena itu kamu ingin menikah denganku?!"Arlando mengangguk. "Yes, tak lebih dan tak kurang!"TING!Terdengar suara notif pesan dari ponsel Qeiza. "Damar lagi, Damar lagi!" Qeiza menggerutu kesal begitu melihat isi pesan. "Dia bagaikan benalu! Lama-lama, aku ilfeel sama dia!"Arlando tersenyum misterius. "Masalahmu itu selesai jika kamu menerima tawaranku. Aku dan kamu sama-sama diuntungkan. Aku bisa memenuhi keinginan orangtuaku dan kamu bisa terbebas dari mantanmu yang selingkuh itu!"Qeiza terdiam, apa yang dikatakan Arlando benar adanya, tapi menikah? Apa itu tidak terlalu jauh?!Arlando sepertinya mengerti dengan apa yang sedang dipikirkan sahabatnya. "Kamu tidak usah khawatir. Pernikahan kita hanya pernikahan kontrak.""Tapi Arlando," keraguan nampak jelas di mata Qeiza. "Bukankah menikah itu ... kita, aku dan kamu ...," Qeiza garuk-garuk kepala tidak gatal."Jangan khawatir dengan apa yang kamu pikirkan itu! Aku tidak akan menyentuhmu sama sekali! Jika kamu setuju, Minggu depan kita menikah! Tapi ingat, pernikahan kita hanya sebatas hitam di atas putih selama satu tahun. Selama kita terikat kontrak pernikahan, kamu boleh mencari cinta sejatimu, begitu juga denganku," jelas Arlando.Qeiza menatap intens wajah Arlando. "Lalu, bagaimana jika ketahuan dengan kedua orangtua kita?! Ingat Arlando! Ini pernikahan yang artinya menyatukan dua keluarga. Bagaimana kalau mereka mengetahuinya?! Aku tidak mau melukai perasaan orangtuaku.""Jangan sampai mereka tahu! Kita bisa bersandiwara di depan kedua orangtua kita. Bukankah, aku melakukan semua ini demi orangtuaku juga dan kamu juga bisa terbebas dari mantanmu itu?! Kebohongan kita demi kebaikan bersama, orangtuaku tidak kecewa karena pada akhirnya putra tersayangnya bisa menikah dan kamu bisa membalas sakit hatimu pada mantanmu itu!" Arlando tak hentinya meyakinkan Qeiza dan memberi pengertian."Satu tahun?!" tanya Qeiza setelah diam dan memikirkan semua yang dikatakan Arlando."Yes, satu tahun! Tanpa sentuhan!" jawab Arlando dengan tegas. "Selama satu tahun, aku akan memenuhi semua kebutuhan hidupmu! Kecuali yang satu itu, kamu mengerti bukan?!""Ok! Aku setuju!" Tiba-tiba Qeiza mengulurkan tangan mengajak bersalaman. Arlando tersenyum lebar, ternyata begitu mudah untuk meyakinkan Qeiza padahal tadi sudah ketakutan keinginannya akan ditolak. "Deal!" Arlando menerima uluran tangan Qeiza, lalu keduanya tersenyum penuh misteri dengan tangan saling bersalaman di atas meja. "Ingat ya Arlando! Kita hanya menikah kontrak!" Qeiza mengingatkan lagi. "Aku tidak punya kewajiban untuk melayani segala kebutuhan mu! Apalagi kebutuhan yang menyangkut ...," Arlando dengan iseng menggoda Qeiza. "Kalau terdesak, tidak masalah bukan?!"Qeiza dengan cepat melempar tisu yang ada di atas meja. "No! Enak saja!"Arlando tertawa terbahak. "Ha-ha-ha. Aku juga tidak mau! Melihat tubuhmu yang tipis kayak triplek begitu ...," Arlando melihat bagian dada Qeiza. "Mana ada selera aku! Tidak ada indah-indahnya!"Qeiza dengan refleks menutup bagian dadanya. "Dasar mesum!"Arlando kemudian memanggil pelayan dan membayar semuanya. Setelah selesai, Arlando mengajak Qeiza pergi bertemu kedua orangtuanya."Aku tidak bisa ikut denganmu!" Qeiza menolak karena harus pergi ke butik.Arlando menatap tajam Qeiza. "Tidak ada penolakkan! Cepat masuk!" Arlando segera membukakan pintu mobil."Tapi Arlando ....""Masuk, Qeiza Noura!" Arlando dengan tegas berucap.Nyali Qeiza seketika menciut, ada perasaan takut begitu melihat sorot mata Arlando begitu tajam menatapnya sehingga mau tidak mau Qeiza masuk ke dalam mobil.....Di kediaman Tuan Theo, terlihat Nyonya rumah sedang sibuk merawat bunga mawar kesayangannya ditemani suami tercinta yang kebetulan baru pulang dari kantor. "Ma," panggil suaminya. "Apa ada telepon dari putra kesayanganmu itu?! Dari tadi pagi sekretarisnya bilang dia sudah ke luar entah ke mana.""Lho, ke mana dia?!" Mami malah balik bertanya. Sebuah mobil Fortuner hitam masuk ke halaman rumah dan berhenti tepat di depan Mami dan Papi Arlando."Umur panjang putramu itu, baru dibicarakan sudah nongol," ucap Papi melihat ke arah mobil.Arlando ke luar dari dalam mobil. Sekilas melihat kedua orangtuanya, tersenyum penuh misteri kemudian membuka pintu mobil yang satunya lagi. "Ayo, Qeiza! Temui calon mertuamu untuk meminta restu. Mereka pasti senang melihat calon menantunya datang!"Qeiza tertegun melihat pada kedua orangtua Arlando yang sedang berdiri melihat ke arah mereka berdua."Hello!" Arlando mengipaskan tangan di depan wajah Qeiza."Eh," Qeiza tersadar. "Apa itu kedua orangtuamu?!" tanyanya ambigu."Iya! Itu orangtuaku dari dulu sampai sekarang!" jawab Arlando bingung dengan pertanyaan Qeiza. "Jangan bilang kamu sudah lupa dengan kedua orangtuaku!"Qeiza langsung menggelengkan kepalanya. "Aku tidak lupa! Om dan Tante tidak pernah berubah, masih terlihat gagah dan cantik.""Dan juga bertambah tua!" Tiba-tiba tangannya memegang kening Qeiza. "Kamu sakit?!" Qeiza dengan cepat menepiskan tangan Arlando. "Jangan pegang-pegang. Aku tidak sakit!""Wajahmu pucat!" ucap Arlando. "Apa kamu gugup bertemu calon mertuamu?!" "Tidak!" jawab Qeiza tegas. "Kita berdua hanya bersandiwara! Tidak ada alasan aku harus gugup?!" sangkalnya, padahal jauh di dalam hati gugupnya luar biasa lalu perlahan Qeiza ke luar dari dalam mobil kemudian berdiri di samping Arlando."Good! A
"Arlando, jawab yang jujur! Apa kamu serius ingin menikah dengan Qeiza?!" tanya Papi menatap tajam putranya."Iya!" Arlando langsung menjawab dengan tegas. "Aku akan menikahi Qeiza Noura!""Menikah bukan karena ancaman Papi?!" tanya Tuan Theo menatap tajam putranya.Arlando langsung menelan ludah sebelum menjawab. "Ancaman apa?! Aku tidak mengerti!" ucapnya pura-pura. "Lalu, bagaimana dengan kedua orangtua Qei sendiri?!" tanya Papi. "Apa kamu sudah bicara dengan mereka?!"Arlando sejenak tertegun sebelum menjawab. "Itu masalah gampang, setelah minta restu di sini, aku dan Qei akan minta restu di sana."Qeiza langsung melihat Arlando. "Luar biasa si Arlando aktingnya. Andai ada penghargaan berbohong, pasti dia sudah jadi juara! Hi-hi-hi," hati Qeiza terkikik sendiri."Arlando, putra kesayangan kita berdua," ucap Mami. "Bagaimana mungkin, kami bisa percaya kalian ingin menikah? Bukankah selama ini, kalian tidak pernah bertemu! Bagi kami, itu hal yang lucu!"DEG!Arlando dan Qeiza terte
Arlando mencoba menenangkan diri. Perlahan, dia duduk di samping tubuh Qei yang telentang. Tanpa sadar, Arlando kemudian mengelus pipi mulus Qeiza."Mmm ,,,," Qeiza menggerakkan tangan dan membalikkan tubuh menghadap Arlando."Eh," Arlando kaget karena tangan Qeiza malah memeluk pinggangnya. Arlando diam tak bergerak, dilihatnya tangan Qeiza yang melingkar manis dipinggangnya. "Astaga, bagaimana ini?!" Kemudian Arlando perlahan melepaskan diri dari pelukan Qeiza, tapi yang ada tangan Qeiza malah semakin erat memeluk pinggangnya disertai kepala yang menyelusup ke perut. "Ya ampun!" Arlando jadi tertegun karena posisi kepala Qeiza tepat berada di atas juniornya.Air dari ujung rambut Arlando yang basah jatuh tepat di kening Qeiza sehingga membuat Qeiza terbangun. "Mmm ...," perlahan mata Qeiza terbuka, tapi detik berikutnya Qeiza terkaget karena posisi kepalanya sangat di luar dugaan, dengan cepat segera duduk. "Kenapa?!" tanya Arlando mengangkat kedua alis tebalnya. "Aku ...," dengan
"Apa kabar Tante?" tanya Arlando dengan penuh hormat pada Mamanya Qeiza."Kamu ...," wajah Mama seperti sedang mengingat sesuatu. "Arlando?!" Qeiza menarik tangan Arlando agar berdiri di sampingnya. "Iya, ini Arlando!""OMG! Mama pikir yang datang selebritis." Mama melihat dari atas sampai bawah. "Kamu ganteng banget nak dan juga sangat tinggi."Qeiza terkekeh. "He-he-he. Mungkin di luar negeri, Arlando makannya pohon bambu makanya jadi tinggi begini.""Hush!" tegur Mama pada Qei kemudian memanggil suaminya. "Pa, ke sini Pa! Kita kedatangan tamu."Tak lama seorang pria berumur limapuluh tahunan datang. "Ada apa Ma?!" tanya Papa."Lihat Pa, kita kedatangan tamu. Apa Papa masih ingat dengan dia?!" tanya Mama pada suaminya.Kening Papa mengernyit menatap wajah Arlando. "Dia ini ..."Dengan segera Arlando menyalami pria yang akan menjadi mertuanya. "Hello Om Bram.""Arlando! Kamu Arlando bukan?!" tanya Om Bram.Arlando mengangguk. "Iya Om!""Sampai pangling Om melihatmu." Om Bram kemudi
Wajah Arlando langsung berubah kecut. "Sialan, si brengsek itu tidak mau melepaskan Qei! Akan kuberi pelajaran dia!" dalam hati Arlando meluapkan marahnya. "Aku dan Damar sudah putus!" ucap Qei kesal. "Tidak ada urusan lagi!""Sudah putus?!" Mama kaget. "Apa putus karena kalian ...."Qeiza langsung memotong. "Ma! Tidak seperti apa yang Mama pikirkan!"Tuan Bram menepuk pelan punggung tangan istrinya. "Ssttt, dengarkan dulu mereka bicara.""Tapi Pa, ini terlihat aneh. Kita tahu, Qei dan Damar itu sedang ...."Lagi-lagi sang suami menepuk punggung tangan istrinya agar berhenti bicara.Setelah terdiam beberapa saat, Arlando kembali membuka pembicaraan. "Om, Tante. Pertama-tama saya minta maaf, mungkin dengan niat baik saya ini telah membuat Om dan Tante terkejut dan bingung.""Tentu saja kita berdua bingung," ucap Mama Qei. "Tidak ada hujan, tidak ada angin tiba-tiba membicarakan pernikahan."Arlando melirik sebentar pada Qei. "Tapi asal Om dan Tante tahu, saya benar-benar tulus ingin m
Mama menatap heran. "Ya sudah kalau tidak mau, kita batalkan pertemuan keluarga malam ini!" ujar Mama pergi ke luar kamar. "Kalau bisa dibikin gampang, ngapain dibikin susah?!""Batalkan?!" gumam Qeiza. "Eh, Mama! Tunggu!" panggilnya teriak, bergegas ke luar menyusul Mamanya. Papa hampir saja tabrakan dengan Qeiza begitu ke luar dari kamar. "Astaga!""Sorry, Pa!""Bikin kaget saja!" ucap Papa melihat punggung putrinya semakin pergi menjauh.Di dapur, Mama sedang bicara dengan si Mbak Sum. "Ma," panggil Qeiza langsung berdiri di samping Mamanya."Ada apa lagi?!""Acara nanti malam jangan dibatalkan," jawab Qei. Mama melangkah pergi. "Bukankah tadi kamu sendiri yang bilang, tidak mau ada acara pertemuan lagi dengan keluarga Arlando? Mama sekedar mengikuti keinginan mu itu."Qeiza sejenak menghela napas sebelum mengikuti Mama dari belakang. "Bukan begitu maksudku. Mama jangan salah paham!" Mama berhenti melangkah, membalikkan tubuh menatap tajam wajah putrinya. "Qeiza Noura! Ini pern
"Selamat atas pernikahan mu!" Damar berdiri depan Qeiza mengulurkan tangan untuk memberi selamat. "Nyonya Meshach!""K-kamu," gugup bercampur kaget langsung menyelimuti Qeiza. "Kamu ada di sini?!"Damar tersenyum sinis. "Kamu lupa siapa aku?!"Qeiza baru ingat kalau Damar bukan orang sembarangan, begitu-begitu juga Damar anak pemilik perusahaan yang bapaknya cukup disegani. Sudah pasti, keluarga Meshach yang mengundang orangtua Damar karena mereka tidak tahu."Aku cukup kaget ketika mendengar kabar kamu akan menikah," ucap Damar. "Tidak menyangka sama sekali. Jangan-jangan ...," Damar berbisik di telinga Qeiza. "Suamimu itu hanya pelarian saja. He-he," bisiknya meledek. "Karena kamu sakit hati telah aku selingkuhi."Darah Qeiza berdesir hebat, andai tidak banyak orang di sekitarnya, sudah ditonjok wajah si Damar yang menyebalkan itu. "Tapi ngomong-ngomong," Damar melihat Qeiza dari atas sampai bawah. "Kamu sangat cantik. Jujur, aku sangat iri dengan si Arlando itu!"Tangan Qeiza terk
Qeiza menggeliat, "mmm,,,," perlahan matanya mengerjap beberapa kali. Suasana gelap menyelimuti kamar.Terdiam beberapa detik untuk mengumpulkan kesadarannya, Qeiza menggeliat lagi. "mmm,,,," sampai tangannya menyentuh sesuatu yang empuk dan hangat. "Apa ini?!"Wajah blasteran tidur dengan nyenyaknya di samping Qeiza."Aku di mana?" Qeiza melihat ke seluruh ruangan yang nampak temaram hanya dibantu pencahayaan lampu tidur.Qeiza kembali melihat wajah Arlando. "Suamiku? Hi-hi-hi," cekikikan kecil terdengar dari bibir Qeiza setelah ingatannya kembali sempurna. "Nyonya Meshach? Bagus juga status baru yang ku sandang."Kedua bola mata Qeiza tak lepas menatap wajah Arlando. "Tampan juga, hidungnya tinggi kayak gunung Everest, alisnya juga sangat tebal. Beruntung sekali wanita yang bisa menaklukan hatinya." Rasa penasaran menggelayuti Qeiza ingin memegang hidung Arlando yang menjulang tinggi. "Kira-kira bangun atau tidak kalau ku pegang? Hi-hi-hi.""Sudah puas melihat wajahku?!" tanpa di