Share

5. DEAL!

"Paling hanya anak manja yang masih minta uang jajan sama emak bapaknya!" ledek Damar mengingat wajah Arlando yang tadi bersama Qeiza. "Pria brengsek itu hanya membuat perutku mual!" Damar lalu mengambil dompet yang ada disaku belakang celana panjangnya. "Ini! Saya ganti semuanya!" Sebuah kartu ATM ditaruh di atas meja.

Tanpa memerlukan waktu lama, setelah semua urusan selesai, Damar bergegas pergi meninggalkan cafe yang telah membuatnya menyimpan dendam pada Arlando. "Sialan! Brengsek! Berani mengambil Qeiza dari tanganku, nyawa taruhannya! Awas kau!" Berbagai umpatan dan makian ke luar dari bibir Damar. 

.....

TING!

Pesan masuk ketika Qeiza baru saja bangun setelah semalaman diganggu Damar yang terus saja meneleponnya.

Arlando :

"Aku tunggu kamu satu jam lagi di restorant Chinese food! Tidak ada penolakan!"

Qeiza melihat jam dinding. "Aku harus siap-siap karena dua jam lagi aku harus menemui orang di butik." Tanpa membuang waktu, Qeiza segera bersiap diri.

Restoran Chinese food sudah ada di depan mata, Qeiza mengedarkan pandangan ke sekeliling. "Apa Arlando sudah datang?!"

"Qeiza!" Arlando baru saja ke luar dari mobil yang tak jauh dari Qeiza berdiri.

"Baru datang?!"

"Macet! Penyakit ibukota!" Arlando langsung mengajak Qeiza masuk ke dalam restorant.

Dalam hitungan menit, semua pesanan telah tersedia di atas meja yang telah Arlando reservasi. Tanpa banyak basa basi yang tak berarti, keduanya pun langsung menyantap semua hidangan.

"Thanks, Arlando!" ucap Qeiza setelah membersihkan bibirnya. "Perutku sampai kekenyangan, sudah enak gratis lagi. He-he-he."

Arlando hanya menjawab dengan tersenyum, pikirannya dipenuhi bagaimana caranya memulai pembicaraan dengan Qeiza.

"By the way, aku sebentar lagi mau ke butik," ucap Qeiza melihat jam tangan. 

"Qeiza, maukah kamu menikah denganku?!" tanya Arlando memberanikan diri.

Qeiza menatap Arlando bingung. "Hah?! Apa?! Kamu ngomong apa?!" 

"Maukah kamu menikah denganku?!" Arlando mengulang pertanyaan. "Tapi menikah tidak seperti orang pada umumnya."

"Aku tidak mengerti!" 

Arlando dengan panjang lebar menceritakan semua keinginan kedua orangtuanya. "Jadi begitulah. Kita menikah secara kontrak."

Qeiza mencerna semua cerita dari Arlando. "Jadi karena itu kamu ingin menikah denganku?!"

Arlando mengangguk. "Yes, tak lebih dan tak kurang!"

TING!

Terdengar suara notif pesan dari ponsel Qeiza. "Damar lagi, Damar lagi!" Qeiza menggerutu kesal begitu melihat isi pesan. "Dia bagaikan benalu! Lama-lama, aku ilfeel sama dia!"

Arlando tersenyum misterius. "Masalahmu itu selesai jika kamu menerima tawaranku. Aku dan kamu sama-sama diuntungkan. Aku bisa memenuhi keinginan orangtuaku dan kamu bisa terbebas dari mantanmu yang selingkuh itu!"

Qeiza terdiam, apa yang dikatakan Arlando benar adanya, tapi menikah? Apa itu tidak terlalu jauh?!

Arlando sepertinya mengerti dengan apa yang sedang dipikirkan sahabatnya. "Kamu tidak usah khawatir. Pernikahan kita hanya pernikahan kontrak."

"Tapi Arlando," keraguan nampak jelas di mata Qeiza. "Bukankah menikah itu ... kita, aku dan kamu ...," Qeiza garuk-garuk kepala tidak gatal.

"Jangan khawatir dengan apa yang kamu pikirkan itu! Aku tidak akan menyentuhmu sama sekali! Jika kamu setuju, Minggu depan kita menikah! Tapi ingat, pernikahan kita hanya sebatas hitam di atas putih selama satu tahun. Selama kita terikat kontrak pernikahan, kamu boleh mencari cinta sejatimu, begitu juga denganku," jelas Arlando.

Qeiza menatap intens wajah Arlando. "Lalu, bagaimana jika ketahuan dengan kedua orangtua kita?! Ingat Arlando! Ini pernikahan yang artinya menyatukan dua keluarga. Bagaimana kalau mereka mengetahuinya?! Aku tidak mau melukai perasaan orangtuaku."

"Jangan sampai mereka tahu! Kita bisa bersandiwara di depan kedua orangtua kita. Bukankah, aku melakukan semua ini demi orangtuaku juga dan kamu juga bisa terbebas dari mantanmu itu?! Kebohongan kita demi kebaikan bersama, orangtuaku tidak kecewa karena pada akhirnya putra tersayangnya bisa menikah dan kamu bisa membalas sakit hatimu pada mantanmu itu!" Arlando tak hentinya meyakinkan Qeiza dan memberi pengertian.

"Satu tahun?!" tanya Qeiza setelah diam dan memikirkan semua yang dikatakan Arlando.

"Yes, satu tahun! Tanpa sentuhan!" jawab Arlando dengan tegas. "Selama satu tahun, aku akan memenuhi semua kebutuhan hidupmu! Kecuali yang satu itu, kamu mengerti bukan?!"

"Ok! Aku setuju!" Tiba-tiba Qeiza mengulurkan tangan mengajak bersalaman. 

Arlando tersenyum lebar, ternyata begitu mudah untuk meyakinkan Qeiza padahal tadi sudah ketakutan keinginannya akan ditolak. "Deal!" Arlando menerima uluran tangan Qeiza, lalu keduanya tersenyum penuh misteri dengan tangan saling bersalaman di atas meja. 

"Ingat ya Arlando! Kita hanya menikah kontrak!" Qeiza mengingatkan lagi. "Aku tidak punya kewajiban untuk melayani segala kebutuhan mu! Apalagi kebutuhan yang menyangkut ...," 

Arlando dengan iseng menggoda Qeiza. "Kalau terdesak, tidak masalah bukan?!"

Qeiza dengan cepat melempar tisu yang ada di atas meja. "No! Enak saja!"

Arlando tertawa terbahak. "Ha-ha-ha. Aku juga tidak mau! Melihat tubuhmu yang tipis kayak triplek begitu ...," Arlando melihat bagian dada Qeiza. "Mana ada selera aku! Tidak ada indah-indahnya!"

Qeiza dengan refleks menutup bagian dadanya. "Dasar mesum!"

Arlando kemudian memanggil pelayan dan membayar semuanya. Setelah selesai, Arlando mengajak Qeiza pergi bertemu kedua orangtuanya.

"Aku tidak bisa ikut denganmu!" Qeiza menolak karena harus pergi ke butik.

Arlando menatap tajam Qeiza. "Tidak ada penolakkan! Cepat masuk!" Arlando segera membukakan pintu mobil.

"Tapi Arlando ...."

"Masuk, Qeiza Noura!" Arlando dengan tegas berucap.

Nyali Qeiza seketika menciut, ada perasaan takut begitu melihat sorot mata Arlando begitu tajam menatapnya sehingga mau tidak mau Qeiza masuk ke dalam mobil.

....

Di kediaman Tuan Theo, terlihat Nyonya rumah sedang sibuk merawat bunga mawar kesayangannya ditemani suami tercinta yang kebetulan baru pulang dari kantor. 

"Ma," panggil suaminya. "Apa ada telepon dari putra kesayanganmu itu?! Dari tadi pagi sekretarisnya bilang dia sudah ke luar entah ke mana."

"Lho, ke mana dia?!" Mami malah balik bertanya. 

Sebuah mobil Fortuner hitam masuk ke halaman rumah dan berhenti tepat di depan Mami dan Papi Arlando.

"Umur panjang putramu itu, baru dibicarakan sudah nongol," ucap Papi melihat ke arah mobil.

Arlando ke luar dari dalam mobil. Sekilas melihat kedua orangtuanya, tersenyum penuh misteri kemudian membuka pintu mobil yang satunya lagi. "Ayo, Qeiza! Temui calon mertuamu untuk meminta restu. Mereka pasti senang melihat calon menantunya datang!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status