Share

6. BERTEMU CALON MERTUA

Qeiza tertegun melihat pada kedua orangtua Arlando yang sedang berdiri melihat ke arah mereka berdua.

"Hello!" Arlando mengipaskan tangan di depan wajah Qeiza.

"Eh," Qeiza tersadar. "Apa itu kedua orangtuamu?!" tanyanya ambigu.

"Iya! Itu orangtuaku dari dulu sampai sekarang!" jawab Arlando bingung dengan pertanyaan Qeiza. "Jangan bilang kamu sudah lupa dengan kedua orangtuaku!"

Qeiza langsung menggelengkan kepalanya. "Aku tidak lupa! Om dan Tante tidak pernah berubah, masih terlihat gagah dan cantik."

"Dan juga bertambah tua!" Tiba-tiba tangannya memegang kening Qeiza. "Kamu sakit?!" 

Qeiza dengan cepat menepiskan tangan Arlando. "Jangan pegang-pegang. Aku tidak sakit!"

"Wajahmu pucat!" ucap Arlando. "Apa kamu gugup bertemu calon mertuamu?!" 

"Tidak!" jawab Qeiza tegas. "Kita berdua hanya bersandiwara! Tidak ada alasan aku harus gugup?!" sangkalnya, padahal jauh di dalam hati gugupnya luar biasa lalu perlahan Qeiza ke luar dari dalam mobil kemudian berdiri di samping Arlando.

"Good! Aku berharap, kamu tetap tenang dari awal sampai akhir!" Arlando tersenyum senang. "Agar lebih sempurna lagi sandiwara kita ...," bisik Arlando di depan telinga kemudian tangannya menggenggam tangan Qeiza. "Bersikaplah romantis dan ingat! Bersikap sewajarnya!"

SEER!

Aliran darah Qeiza terasa berdesir begitu kulit tangan Arlando menyentuh kulit tangannya. Entah berdesir karena gugup atau karena hal lain, tapi yang pasti jantung Qeiza seketika langsung berdetak kencang.

"Tarik napas dalam-dalam lalu keluarkan pelan-pelan biar kamu rileks." Kemudian Arlando menarik tangan Qeiza yang ada dalam genggaman tangannya. "Ayo! Sandiwara dimulai."

Qeiza menuruti apa yang dikatakan Arlando, semua kegugupannya dikubur dalam-dalam lalu dengan penuh keyakinan melangkah bersama Arlando mendekati Tuan Theo Meshach dan istrinya yang tak lain adalah kedua orangtua Arlando yang mengharapkan putra semata wayangnya cepat menikah.

"Hello, Papi!" Arlando dengan penuh percaya diri menyapa dan berdiri di depan kedua orangtuanya. "Mam!"

Tatapan kedua orangtua Arlando tertuju pada gadis cantik berponi yang berdiri di samping putranya lalu perlahan tatapan turun pada tangan yang saling menggenggam. 

"Om, Tante, apa kabar?!" tanya Qeiza ramah, melepaskan tangannya dari genggaman tangan Arlando. 

Kening Mami Arlando mengernyit, seperti sedang mengingat sesuatu. "Ini ... Qei bukan?! Qeiza!"

Dengan cepat Qeiza mengangguk. "Iya Tante, ini aku, Qeiza!"

"OMG!" Mami melihat Qeiza dari atas sampai bawah. "Kamu sudah besar! Cantik pula!"

"Pasti sudah besar dong Mam! Aku saja sudah sebesar ini!" ucap Arlando. 

"Papi, ingat Qeiza bukan?!" tanya Mami melihat suaminya. "Bocah yang dulu sering nangis di rumah kita kalau dijailin si Arlando. Nangis sampai ingusnya kemana-mana."

Papi mengangguk. "Iya, Papi ingat! Kamu bocah cengeng yang selalu nempel sama Arlando walau sering nangis karena dijahilin. Nangis sampai ingusmu kemana-mana."

Dalam hati Qeiza menggerutu. "Apaan sih?! Kok yang diingat hal menjijikan begitu!"

Arlando berdiri di sampingnya Qeiza nampak menahan tawa dengan apa yang dikatakan kedua orangtuanya. 

Mami langsung memeluk Qeiza. "Tante kangen dengan kamu. Apa kabarmu, Nak?!"

Qeiza balas memeluk Mami. "Kabarku baik Tante. Sangat baik!" Lalu Qeiza gantian memeluk Papi.

Arlando dalam hati tertawa girang, rencananya bisa berjalan mulus begitu melihat kedua orangtuanya dengan tangan terbuka menyambut kehadiran Qeiza. Sekarang tinggal rencana selanjutnya untuk bilang Qeiza adalah calon menantu mereka berdua.

"Apa?!" tanya Papi begitu mendengar putranya mengatakan tujuan dirinya membawa Qeiza.

"Tunggu! Tunggu!" Mami ikut bicara dengan wajah terkejut. "Jelaskan dengan sejelas-jelasnya biar Papi dan Mami mengerti."

Arlando berdeham sebelum memulai bicara. Sekarang mereka berempat telah duduk di ruang tamu. "Ehm!" Qeiza yang duduk disampingnya segera dipeluk bahunya. "Qeiza Noura, calon istriku dan itu artinya Qeiza Noura, calon menantu kalian."

"Apa?!" Kembali Tuan Theo dan istrinya terkejut kemudian tatapannya begitu tajam melihat Qeiza yang tertunduk menatap lantai di bawah sepatu.

Jantung Qeiza langsung berdetak kencang, kedua tangannya terlihat gemetar. "Ya Tuhan, kupikir akan segampang itu, tapi ternyata rasanya seperti ini. Aku jadi takut," hati kecil Qeiza bicara sendiri begitu melihat sorot mata Tuan Theo menatapnya tajam.

"Arlando! Jangan main-main!" tegur Mami tak percaya. "Ini tentang pernikahan!"

Tangan Arlando langsung menggenggam tangan Qeiza begitu melihat tangannya gemetaran. "Aku tidak main-main. Apa yang aku katakan sangat serius!" ucap Arlando menautkan jari jemarinya di tangan Qeiza untuk memberi ketenangan.

"Papi tidak percaya! Kamu pikir, kita berdua bisa kamu bohongi!" ucap Papi meledek. 

"Untuk apa kita berdua berbohong?!" sanggah Arlando. "Ini perkara menikah, Papi. Masa kita berdua bohong untuk hal seperti itu?!" 

Mami dan Papi saling melempar tatapan, apa yang dikatakan Arlando ada benarnya, tapi bukankah mereka berdua sudah lama tidak pernah bertemu? 

"Aku heran dengan kalian berdua," ucap Arlando mulai bermain kata. "Memintaku untuk segera menikah, tapi begitu aku membawa calon istriku malah tidak percaya."

"Qeiza!" Mami menatap tajam pada gadis yang duduk di samping putranya dengan tangan saling bertaut. "Jawab dengan jujur! Apa yang dikatakan Arlando itu benar?!" 

"I-iya, Tante," jawab Qeiza dengan suara tersekat ditenggorokan. 

Kedua alis Papi terangkat. "Benar?!" tanyanya, tetap tidak percaya melihat pada dua orang yang ada di depannya.

Qeiza sudah membuka bibirnya mau menjawab, tapi dengan cepat Arlando mendahului. "Papi tidak percaya dengan kita berdua?!"

Papi malah terkekeh. "He-he-he. Pintar sekali kalian berdua bersandiwara!" 

Qeiza menelan ludah, tenggorokannya terasa kering begitu kedua bola matanya bertabrakan dengan iris mata Mami yang menatapnya tajam. "Kenapa jadi horor begini? Apa batalin saja kesepakatan yang telah aku buat, tapi Arlando pasti ngamuk kalau aku mundur. Bagaimana ini?!" hati kecil Qeiza bicara sendiri meratapi langkahnya yang telah setuju dengan keinginan Arlando.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status