Share

4. MANTAN SAKIT JIWA

Damar tertegun begitu mendengar apa yang diucapkan Arlando, begitu juga dengan Qeiza. "Apa? Calon istri?!" bisik hati Qeiza. "Bicara apa si Arlando ini?"

"Jangan mimpi kau!" Bentak Damar setelah beberapa saat kembali tersadar dari rasa terkejutnya. "Dia kekasihku! Berani-beraninya kau mengaku kekasihku sebagai calon istrimu!"

Arlando tersenyum santai menatap wajah Damar yang lebih pendek dari tubuhnya. "Kalau tidak percaya, tanya sendiri pada orangnya." Arlando menggeser tubuh agar bisa berdiri berdampingan dengan sahabat masa kecilnya itu. "Iyakan, Qeiza Noura! Calon istriku, calon ibu dari anak-anakku!"

"I-iya, iya!" Entah kenapa, jawaban meluncur begitu saja dari bibir mungil Qeiza. 

Arlando tersenyum senang, dirangkulnya bahu Qeiza dengan manis. "Kau dengar sendiri bukan, apa jawaban dari kekasihku." Arlando tanpa ragu mengecup lembut kepala Qeiza yang lebih pendek darinya, sungguh drama yang sangat sempurna.

Damar semakin tersulut emosi, kedua tangannya mengepal di sisi kiri dan kanan tubuhnya, segala macam amarah sudah sampai diubun-ubun. "Jelaskan padaku! Siapa laki-laki ini Qeiza Noura?!" bentak Damar menatap tajam penuh kilatan amarah dalam sorot matanya. 

"Hai! Sabar bung!" Arlando semakin waspada menghadapi Damar yang mulai tidak bisa mengontrol emosi. 

"Diam kau! Jangan ikut campur urusanku!" bentak Damar mendorong tubuh Arlando ke belakang. "Saya tidak ada urusan dengan anda!"

"Aaa!" jerit Qeiza kaget bukan kepalang, tapi Arlando telah terlebih dahulu waspada, tangan Damar yang mendorong tubuhnya segera ditangkap dan dipelintir.

"Mau bermain kasar denganku?! Ayo! Aku layani kau!" Arlando menjatuhkan tubuh Damar ke atas meja yang ada di sampingnya. 

Damar meringis kesakitan, "Aaa,,," tangan kanannya dipelintir ke belakang sementara tubuhnya telungkup di atas meja yang penuh dengan piring kotor bekas Arlando dan Qeiza tadi makan.

PRAANG!

PRAANG!

Satu per satu piring berjatuhan dari atas meja sementara Qeiza segera menghindar dengan wajah ketakutan. "Apa yang kalian lakukan? Hentikan! Stop! Hentikan!" 

Beberapa pelayan pria segera datang mendekat untuk melerai perkelahian Damar dan Arlando yang tentunya pasti akan berujung saling adu jotos dan menghancurkan apa yang ada di dekat mereka. 

"Stop! Arlando!" Qeiza menarik tangan sahabatnya agar menjauh dari Damar. "Arlando! Hentikan!"

Napas Arlando naik turun tak beraturan disertai jantung yang berdetak cepat, sorot matanya begitu tajam menatap wajah Damar yang dipegang dua orang pelayan pria. "Si brengsek ini harus diberi pelajaran."

"Sudah Arlando, malu dilihat orang," pinta Qeiza dengan suara rendah sambil memegang tangan Arlando. "Please!"

"Kau yang brengsek! Dia kekasihku!" teriak Damar berusaha melepaskan diri dari pegangan dua pelayan, emosi melihat Qeiza lebih memilih Arlando daripada dirinya.

"Arlando, sebaiknya kita pergi dari sini," bisik Qeiza. "Jangan melayani orang yang sakit jiwa!"

Arlando menunduk melihat Qeiza, ingin tertawa begitu mendengar apa yang Qeiza ucapkan. "Sakit jiwa?! Dia?!"

Qeiza mengangguk. "Iya, sakit jiwa," jawabnya. "Ayo, kita pergi! Biarkan kerusakan ini, si Damar yang menanggungnya." Qeiza menarik tangan Arlando setelah bicara sebentar pada pelayan dan meminta maaf telah membuat kekacauan  sehingga mengganggu kenyamanan pengunjung cafe yang lain.

Qeiza melepaskan tangan Arlando setelah berjalan beberapa meter menjauh dari cafe. "Arlando, aku minta maaf atas kejadian tadi." 

"Siapa laki-laki itu?!" tanya Arlando. "Dia tadi mengaku, kamu kekasihnya. Apa pria tadi, kekasihmu?!" 

Qeiza terdiam, tatapannya jatuh melihat tanah yang sedang dipijaknya. Ingatannya kembali terbayang wajah Damar dan Ririn yang telah berselingkuh bahkan perselingkuhan mereka sudah begitu jauh.

Arlando melihat raut wajah Qeiza berubah jadi sendu. "Kalau kamu mau bercerita, aku siap mendengarkan, tapi aku tidak suka melihat wajah jelekmu itu jadi bertambah jelek karena sedih," ucap Arlando mencolek hidung mancung sahabat masa kecilnya.

Qeiza memukul tangan Arlando. "Apa sih, aku ini cantik!"

"Cantik darimana?! Jelek tahu!" ucap Arlando sengaja meledek sahabatnya itu agar tidak bersedih lagi. "Dulu jelek, sekarang juga masih sama, tetap jelek!" 

"Damar itu mantanku," ucap Qeiza dengan suara hampir tak terdengar. "Kami baru putus kemarin. Mungkin, Damar belum bisa menerima kenyataan kalau hubungan kita sudah berakhir, makanya dia tadi emosi begitu melihatmu."

"Sepertinya dia masih mencintaimu," ucap Arlando. "Itu sangat jelas terlihat di matanya. Dia cemburu melihatmu bersamaku."

"Dia tidak mencintaiku," ucap Qeiza pelan, terlihat matanya berkaca-kaca. "Jika dia mencintaiku, tidak mungkin dia selingkuh."

"Sekarang ada aku, jangan sedih lagi," ucap Arlando lalu tanpa sadar menarik tubuh mungil Qeiza ke dalam pelukannya. "Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakiti kamu dan tak akan kubiarkan si brengsek Damar mendekati kamu lagi."

Qeiza tersenyum, kepala kecilnya begitu nyaman menempel pada dada bidang sahabat masa kecilnya itu, bahkan detak jantung Arlando sangat jelas terdengar di telinga bagaikan irama musik instrumen. Perasaan hangat, nyaman dan tentram langsung masuk menyelinap ke dalam hatinya. Sahabat yang dulu telah pergi menghilang begitu saja, sekarang sudah kembali ke dalam pelukannya.

"Pacaran di jalan, kayak enggak ada tempat lain," terdengar suara celetukan orang. 

"Anak muda jaman sekarang memang sudah tidak tahu malu," jawab pejalan kaki yang lain. "Pelukan ditempat umum! Bikin sepet mata saja!"

Qeiza dan Arlando langsung melepaskan pelukan, wajah keduanya memerah disertai salah tingkah. 

Sementara itu di dalam cafe, Damar duduk lemas dengan wajah kusut dikelilingi beberapa orang dan pemilik cafe. 

"Bagaimana anak muda, apa semua kerusakannya akan anda ganti?!" tanya pemilik cafe.

"Kenapa saya yang harus mengganti semua kerusakan itu, pak?!" Protes Damar tidak terima. "Mereka berdua yang makan di sini, kenapa saya yang kena getahnya?!"

"Menurut saksi mata, anda yang pertama kali  membuat kekacauan pada pelanggan kami," jawab pemilik cafe. "Apa anda tidak mengenal siapa anak muda yang anda ajak adu duel itu?!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status