"Menikah denganmu?!" Qeiza Noura syok. Setelah putus dari pacarnya, Arlando sang sahabat masa kecil tiba-tiba menawarkan sebuah pernikahan. Periodenya hanya satu tahun dan keduanya boleh mencari cinta sejati di masa itu. Lantas, mungkinkah, pernikahan yang berlandaskan perjanjian akan berakhir sesuai dengan waktu yang telah ditentukan atau justru benih-benih cinta mulai timbul di hati keduanya?
Lihat lebih banyakWajah Gloria berubah was-was. Rencana yang telah disusunnya bisa berantakan kalau Arlando tidak mau minum wine yang ada di tangannya. Sebelum bertemu Arlando tadi, Gloria sudah menyusun rencana matang-matang. Wine yang sedang dipegang Arlando sudah dicampur dengan obat perangsang. Gloria telah membayar pelayan tersebut agar memasukkan obat perangsang ke dalam minuman Arlando. "Hanya satu gelas saja, tidak mungkin Tuan Meshach mabuk," rayu Gloria penuh harap. "Kepalaku agak pusing. Saya terlalu banyak minum. Lebih baik minum yang lain saja."Gloria memutar otak agar Arlando minum wine yang ada di tangannya karena itu adalah penentuan akhir dari rencananya dalam menjebak Arlando. "Waduh, gawat. Bagaimana ini?!" dalam hati Gloria bicara sendiri. "Ada apa Nona Gloria?! Kenapa terlihat cemas?!" tanya Arlando melihat perubahan ekspresi yang ada pada Gloria."Tidak, tidak ada apa-apa," jawab Gloria diakhiri meneguk wine miliknya untuk menutupi kegugupan.Arlando mengedarkan pandangannya
Lagi-lagi istri kontraknya tak ditemukan. Hanya suhu ruangan kamar dingin dan sepi yang menyambut Arlando ketika masuk ke dalam kamar.Kamar mandi tak luput dari pencarian Arlando dalam mencari istrinya, tapi lagi-lagi nihil yang didapat, Qeiza tak ada dimana-mana.Ponsel yang ada di saku celana panjangnya segera dirogoh, tapi lagi-lagi kecewa yang di dapat karena begitu teleponnya tersambung, ponsel Qeiza sedang teronggok manis di atas nakas. "Astaga, Qei tidak membawa ponselnya," ucap Arlando mengambil ponsel milik istrinya. "Ceroboh sekali!"Setelah itu Arlando menelepon seseorang. Wajahnya begitu serius ketika sedang berbicara lalu setelah itu Arlando ke luar dari kamar.Di tepi pantai, Qeiza masih duduk sendiri. Cahaya rembulan serta angin pantai yang semilir di iringi suara deburan ombak membuat Qeiza betah duduk berlama-lama."Cantik bukan?!" Qeiza mendongak tersadar dari lamunan ketika mendengar suara bariton di sampingnya. "Bulan itu sangat cantik," sambungnya lagi terseny
Qei membalikkan badan melihat Arlando. "OMG, aku baru sadar. Kamu ganteng banget!"Arlando mendelik. "Basi! Aku ngomong baru memuji. Ke mana saja dirimu tadi?!""He-he," Qeiza terkekeh, datang mendekat pada suami kontraknya. "Maaf, aku terlalu sibuk dengan diriku." Dirapikannya dasi kupu-kupu dengan jari jemari lentiknya. "Tapi percayalah, kamu memang sangat ganteng. Suamiku sangat rupawan."Darah Arlando terasa berdesir cepat. Ada ketulusan dari ucapan dan tatapan Qeiza yang membuat jantungnya berdetak lebih cepat.Qeiza merapikan jas hitam yang menunjang penampilan Arlando semakin gagah. Postur tinggi dengan tubuh atletis tentu saja akan membuat setiap kaum hawa tak berkedip melihatnya. "Arlando," Qeiza mendongak menatap wajah suami kontraknya. "Jika suatu saat nanti kontrak pernikahan kita habis dan kamu telah menemukan wanita yang kamu cintai. Aku minta, jangan pernah lupakan aku."Sesaat Arlando terdiam. Iris mata hitam legamnya begitu lekat menatap iris mata Qeiza seakan sedan
Mama hanya bisa menghela napas, jika putrinya sudah bilang tidak, maka itu adalah harga mutlak yang tidak bisa dibantah. "Aku dan Arlando baru menikah beberapa bulan. Menurutku wajar saja jika aku belum juga hamil," ucap Qeiza sedikit lunak. "Jika Tuhan sudah berkehendak, aku pasti hamil kok. Kalian tenang saja."Mama terdiam. Apa yang dikatakan putrinya memang ada benarnya juga. "O ya, Ma. Aku dan Arlando, besok akan pergi untuk menghadiri undangan dari klien Arlando. Karena mama ada di sini. Aku bilangnya sekarang saja.""Pergi ke mana?!" tanya mama."Ke pulau pribadi ma. Aku juga tidak tahu tempatnya di mana.""Pulau pribadi?!" tanya mama kaget. Qeiza mengangguk. "Iya.""Apa Arlando pernah ke sana?!" "Tidak tahu, tapi sepertinya belum," jawab Qeiza. Mama terdiam. Setelah mendengar putrinya akan pergi ke pulau pribadi, perasaannya jadi tidak enak."Aku bingung harus memakai gaun malam yang mana. Kata Arlando, acaranya akan diadakan malam hari.""Acara apa?!"Sejenak Qeiza terdi
Kris terkikik sebelum bicara, "hi-hi-hi. Mungkin E itu Edan, Egan atau E,, busyet dah."Qeiza menatap tajam Kris, tak suka perkataannya dibecandain, "Aku serius!""Owalah, begitu saja ngambek!" Kris pergi meninggalkan Qeiza yang memasang wajah cemberut. "Sabar ndo, sabar!"Qeiza kembali melihat buket bunga yang ada di tangannya. "Kira-kira siapa sih E ini?!" Dengan pikiran yang diselimuti kebingungan, Qeiza membuang buket bunga tersebut. "Daripada jadi masalah, lebih baik aku buang saja.""Kenapa dibuang?!" tanya Mita baru saja masuk butik."Tidak jelas siapa pengirimnya, lebih baik dibuang saja," jawab Qeiza sambil berlalu pergi kembali ke ruang kerjanya.**"Sementara itu, jauh dari tempat Qeiza. Di dalam gedung pencakar langit, Evan sedang bersiap akan pergi. "Bos, semuanya sudah siap!" asisten sekaligus pengawal pribadinya baru saja masuk."Ok, Max!" Evan lalu pergi ke luar dari ruang kerjanya diikuti Max.Tak membutuhkan waktu lama, Evan dan Max telah sampai di sebuah bandara.
Kening Qeiza mengernyit. "Diundang acara apa?!" "Tuan Evan baru saja selesai membangun sebuah mansion pribadi di sebuah pulau. Kita berdua di undang datang ke mansion barunya.""Pulau?""Iya," Arlando mengangguk. "Kalau kamu mau, kita bisa datang ke sana."Qeiza terdiam. "Aku pikir anggap saja kita sedang berwisata ke pulau," sambung Arlando. "Kamu sendiri, apa mau pergi ke sana?!" Qeiza balik bertanya. "Terserah padamu." Arlando kembali menyerahkan pada Qeiza.Melihat Arlando masuk ke kamar mandi, Qeiza ke luar dari kamar. "Qei," panggil mami."Iya mam.""Belum tidur?!" "Belum," jawab Qei."Suami mu sudah pulang?!" tanya mami."Baru saja pulang, sekarang lagi di kamar mandi. Aku mau menyiapkan makan malam untuk Arlando."Mami tersenyum. "Istri teladan," pujinya. "Di dapur ada bibi, minta bibi menghangatkan makanan.""Iya mam," jawab Qeiza sambil berlalu pergi ke dapur.Arlando telah selesai membersihkan diri, wajahnya terlihat jauh lebih segar ketika Qeiza masuk dengan membawa
Tawa terkikik manja ke luar dari ketiga wanita malam yang siap melayani Damar dengan pelayanan istimewa. "Tapi apa kamu sanggup menghadapi kami bertiga?!" "Loe menantang gue?!" tanya Damar mencolek ujung hidung wanita malam tersebut."Hi-hi-hi. Buktikan kalau kamu memang hebat," bisik wanita tersebut di depan telinga Damar. SEEER!Bagian telinga adalah bagian tubuh yang paling sensitif bagi Damar. Mendapat bisikan dari wanita tersebut, kontan saja aset kebanggaan Damar langsung bangun."Siapa nama loe?!" tanya Damar pada wanita tersebut. "Dewi," jawabnya manja. "Kamu boleh memanggilku dengan sayang, cinta atau darling. Hi-hi-hi," ucapnya manja semakin menggelayut manja di tangan Damar.Empuknya bukit kembar Dewi begitu terasa di tangan Damar sehingga semakin membangunkan aset kebanggan Damar yang masih tersembunyi di balik risleting celana panjangnya.Dua temannya terlihat tidak suka pada Dewi karena perhatian Damar telah teralihkan pada Dewi. Sehingga tak lama kemudian keduanya p
"Mmm,,,," Arlando menarik tangan Qeiza yang menutup bibirnya. "Qei!" seru Arlando begitu mulutnya bebas."Sst!" Qeiza menempelkan jari telunjuk ke bibirnya sendiri. "Jangan berisik!"Arlando malah mendorong tubuh Qeiza agar menjauh. "Minggir. Kenapa kamu selalu menggodaku di tempat gelap dan sempit?!"Langkah mami terdengar berhenti di tangga. "Siapa itu?!" Qeiza menepuk jidatnya sendiri. "Kacau, kacau!""Mam," panggil Arlando. "Where are you?!"Mami menuruni tangga. "Kalian sedang apa dibawah tangga?!""Mam," dengan manja Arlando mendekati mami. "Qei yang menarikku ke bawah tangga."Hidung mami kembang kempis mencium badan Arlando. "Kamu mabuk?!""He-he. Hanya minum sedikit mam. Aku tidak mabuk," jawab Arlando."Papi bilang kamu ada pertemuan dengan Tuan Evan.""Iya!" jawab Arlando tegas. "Dia mengajakku minum.""Lalu?!""Entah apa yang sedang direncanakan si Evan. Tak hentinya memberi aku minum. Ingin rasanya aku melempar botol minuman pada mereka berdua," jelas Arlando dengan gera
Arlando kembali meneguk wine dalam gelas sampai habis tak bersisa. Senyum kepuasan terpancar jelas di wajah Evan dan Gloria. "Sudah cukup, saya tidak kuat minum banyak," tolak Arlando. "Saya juga tidak membawa sopir, sangat berbahaya jika menyetir dalam keadaan mabuk.""Itu bukan masalah. Tuan Meshach bisa memakai sopir saya," Evan menawarkan diri."Kenapa harus bingung memikirkan hal itu, bukankah ini hotel? Tuan Meshach bisa menginap di sini," ucap Gloria menimpali."Ide bagus!" seru Evan setuju sambil menuangkan lagi wine ke dalam gelas Arlando yang kosong. Tanpa mereka bertiga sadari, Qeiza sedang memperhatikan suaminya dari jarak beberapa meter. "Bukankah itu si Evan dan wanita itu ,,," Qeiza menatap tajam Gloria mengingat-ingat. "wanita itu yang kakinya keseleo dihotel pantai."Terlihat, Arlando bangun dari duduk. "Ini sudah larut malam, saya harus pulang."Gloria segera bangun dari duduk, tubuh Arlando yang limbung karena pengaruh wine segera dirangkulnya. "Biar saya antar
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.