Share

Bab 2

Zora menyeringai mendengarnya, setahun lalu dia menolak perjodohannya dengan pria ini, sejak itu pula hidupnya menjadi sangat melelahkan. Dari semua kesialan yang dia alami, Affandra adalah orang yang paling dia benci karna menjadi semua sumber masalah.

"Andaikan kita gak pernah di jodohkan, mungkin aku gak akan bernasip begini." Jelas Zora menyalahkan.

Andra tau sebaik apapun dia mencoba wanita ini hanya akan melihat kesalahannya.

"Sebab itu, aku mau bertanggung jawab."

"Tanggung jawab apa? Kamu cuma memperburuk semuanya! Kalo kamu beneran mau memperbaiki semuanya, berhenti ngejar aku, berhenti soal pertunangan ini!"

"Kamu yakin kalo aku minta untuk berenti untuk menikahimu, kehidupanmu akan kembali baik-baik aja?"

"Ya, lakukan sekarang."

Hemm.. Andra menghela nafasnya. "Atau mungkin akan ada kandidat lain?"

Zora segera menatapnya dengan kejam, kata-kata itu ada benarnya. Membuat hatinya lebih rumit.

"Mudah mendapatkan wanita cantik, berpendidikan, dan kaya. Tapi aku cuma tertarik padamu."

Zora tertawa masam mendengarnya. " Ya, karna sekaya apapun mereka, aku tetap lebih kaya, dan kamu juga kandidat tunggal yang bisa meraih semua yg ku miliki."

"Betul."

Zora menatapnya dengan jijik, benar-benar gak tau malu.

"Apa yang kamu cari dari pacarmu itu?"

"Julian berbeda dengan mu, anak konglomerat yang terlahir dari keluarga yang memang sudah kaya raya dari jaman nenek moyangmu. Dia berusaha menghidupi dirinya sendiri. Dia bukan anak manja."

"Apa yang bisa kamu dapatkan dari laki-laki yang baru merintis semuanya? Dia bisa saja gagal."

Zora tidak peduli dengan itu, "Aku akan selalu ada untuk menemaninya tumbuh bersama, menjadi orang yang dia butuhkan membangun mimpinya."

Affandra mengangguk setuju, "Dia beruntung sekali memilikimu."

"Lalu bagaimana denganmu? Kamu satu-satunya pewaris grup Forte, tapi kayanya kamu akan kehilangan itu bila memilih dia." Lanjut Affandra.

Zora terdiam sebelum menjawab pertanyaan ini. "Kemewahan itu hal yang sudah ku cicipi dari kecil, sebenarnya aku muak dengan semua aturan. Dan dari semua yang kupunya cuma ada kesepian. Papa Mama bahkan gak pernah punya waktu tapi mereka selalu mengaturku untuk melakukan semua yang mereka suka. Mungkin kehilanganku akan mengajarkan mereka bahwa mereka salah."

Affandra menatap wanita itu dengan tersenyum, wajahnya datar dan matanya menunjukan bahwa hatinya lelah dengan semua hal ini, tapi dia mau menunjukan banyak hal. Dalam batinnya, 'Aku akan terus menunggumu, Zora.'

"Jadi kamu mau kemana?"

"Entah. Aku udah gak bisa berfikir."

Hatinya lebih hancur, Zora tau bahwa sekarang tidak ada yang bisa menerimanya, semua orang sudah melupakannya. Mereka berkata tuan putri yang di buang. Sesak dalam hatinya, hanya Julian yang masih bertahan untuknya. Tapi entah dia dimana sekarang.

"Gak punya tempat tinggal, gak punya pekerjaan, sudah pasti gak punya uang. Benar-benar tuan putri yang terbuang."

Zora benar-benar muak dengan kalimat itu yang juga dilontarkan Affandra, membuatnya semakin gak berarti dan kalah. Dia sudah sombong memilih jalan ini, dan kembali hanya akan membuatnya menanggung penderitaan besar bersama monster ini.

Segera dia beranjak dan menyeret kopernya untuk pergi, air mata tak terbendung lagi bercucuran seperti air terjun.

Affandra segera menyadari bahwa kata-katanya sangat menyakiti wanita ini. Segera dia menggapai pergelangan tangan Zora untuk menghentikannya.

Zora menepis dan menatapnya dengan marah. "Kalo kamu cuma mau ngejek aku, mending pergi aja. Dan yang aku tau, aku sama sekali gak punya alasan untuk bisa menikah sama kamu, terutama karna apa yang udah kamu bilang barusan!"

Zora berjalan dengan cepat walau tidak tau harus kemana. Hatinya benar-benar kacau, ditambah jalan ini berbatu tidak mulus membuatnya semakin frustasi.

Affandra menatapnya menjauh, memperhatikan apa yang akan Zora lakukan.

Jalan berbatu sangat menyulitkannya, beberapa kali kopernya nyangkut dan kemarahan di hatinya tak dapat lagi terbendung. Dia menendang koper sialan itu, mengeram dan frustasi. Hatinya panas membuatnya akan meledak sekarang juga.

Zora berjongkok dan memeluk lututnya, tangisnya pilu, tidak ada yang bisa dilakukannya lagi.

Melihat pemandangan ini Affandra menghampirinya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Intan Dewi Ramadhan
seruuuuu...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status