Share

Bab 3

Author: Jayashree
last update Last Updated: 2022-11-04 04:56:04

Affandra berjongkok tepat di depannya. Menyadari kehadiran pria itu Zora semakin membenci manusia tak berhati itu. Dia dengan lugas menyatakan menginginkan kerajaan ayahnya, mengejeknya tuan putri yang terbuang. Manusia macam apa dia.

"Pergi!!" Teriak Zora. "Aku gak akan kembali, aku gak akan mau terjebak dengan monster seperti kamu. Pergii!!!

Melihatnya begitu frustasi tidak bisa menahan Affandra untuk memeluk wanita lemah itu. Dia keras kepala merasa dirinya kuat dan mampu menanggung segalanya. Wanita ini tidak mengerti bagaimana cara kerja dunia ini.

Zora meronta melepaskan pelukan pangeran Karisma Grup itu. Tapi sekeras dia berusaha sekeras itu Affandra menahannya untuk tetap dalam pelukannya hingga dia tidak melawan lagi.

"Apapun yang kamu rasain saat ini, aku ngerti, Zora. Aku berusaha mengerti dan aku juga melaluinya. Gak ada tempat kembali, lupakan perjodohan kita, izinkan aku jadi temanmu, aku gak akan pernah maksa kamu lagi untuk nikah sama aku."

Mendengar pernyataan Affandra membuat hatinya lebih rumit dan tangisnya lebih pilu, ini adalah jalan yang sudah dia pilih, dan bila dia keras kepala, ini adalah harga yang harus di tanggungnya.

"Zora" Affandra melepaskan pelukannya dan menatapnya dengan penuh kasih sayang. "Gak ada jalan lain kecuali membuktikan dirimu, aku gak akan memaksamu, sama sekali. Kalo pacarmu memang benar-benar bisa di andalkan, aku bakal iklas. Tapi biarin aku bantu kamu, aku gak bisa liat kamu begini."

"Zora, kalaupun akhirnya kamu mau menikah denganku, aku mau karna hatimu yang memilih, izinkan aku membuktikan diriku. Aku janji akan nyerah saat pacarmu memang mencintaimu dengan tulus."

Seperti tergores serpihan kaca, Zora sudah mulai meragukan Julian, hatinya sering hancur dengan sikap Julian yang tidak semanis dulu. Dan kata-kata Affandra menaburkan garam pada goresan-goresan itu membuat hatinya lebih panas dan tangisnya lebih putus asa.

Affandra menemaninya menangis hingga tengah malam. Beberapa orang komplek keluar saat mendengar tangisan. Mereka mengira ada demit di area rumah mereka. Melihat hanya sepasang kekasih yang bertengkar mereka tak peduli lagi, dan merasa tenang tidak ketakutan.

Affandra mengajak Zora untuk menangis di dalam mobil agar tidak mengganggu orang-orang di sekitar komplek itu.

Zora melihat ponselnya yang belum ada tanda-tanda Julian memperhatikannya. Membuatnya sangat putus asa. Kecewanya sudah di ambang batas.

Menatap wanita itu menunggu dengan ponselnya Affandra menawarkan sesuatu.

"Aku punya kos-kosan kamu bisa tinggal disana. Tapi aku gak ngasih itu gratis."

Sebagai mantan Tuan Putri Forte Grup, tentu dia tidak menyukai hal-hal gratis apalagi dari musuhnya. Ini sebuah penawaran bagus, 'Aku bakal kerja pasti aku bisa punya uang dan membiayai diriku sendiri.' batinnya.

"Dan aku baru buka outlet baru di dekat sana, tapi cuma ada lowongan pramu saji. Apa gak apa?"

Pekerjaan apapun itu, dia membutuhkannya. Bahkan sekarang perutnya kelaparan dan uangnya udah habis. Sangat memelas.

"Iya gak apa." Jawab Zora mengangguk.

"Tapi sebelumnya kita makan nasi goreng pinggir jalan dulu ya, jam segini udah gak ada cafe yang buka. Aku laper banget."

Zora mengangguk. Rasanya ingin memasang wajah penuh semangat. Dia benar-benar lapar. Tapi harus jaim. Laki-laki ini melihat begitu banyak kekurangannya, jangan membuatnya besar kepala.

Malam ini cerah sekali. Cukup banyak bintang bertaburan di langit, dengan bulan sabit yang menemani mereka.

Harum nasi goreng membuatnya benar-benar tidak tahan dan keroncongan setengah mati, tidak sabar lagi melahap nasi yang masih mengepul.

Dengan cepat ia meniup nasi goreng itu dan melahapnya yang masih setengah panas. Ah enak sekali, Affandra tertawa melihatnya makan dengan lahap. Seketika Zora sadar, dan memelankan suapan yang dimasukan ke mulutnya. Hah pasti terlihat seperti orang kelaparan, membuatnya malu sekali.

Seorang Putri Forte makan dengan rakus.

Tapi bagi Affandra ini pengalaman yang menggemaskan. 'Aku akan ceritakan bagaimana ibu kalian sangat lucu.' berkata pada hatinya seolah-olah wanita yang di hadapannya sekarang benar-benar akan menjadi ibu dari anak-anaknya kelak.

Affandra bahkan belum menyentuh nasi gorengnya, tapi Zora sudah hampir menghabiskan setengah piring.

"Apa? Apa melihatku makan saja membuatmu terpesona? Hah?" Tanya Zora menatapnya dengan bingung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SUAMI UNTUK TUAN PUTRI   bab 106 - Tamat

    Affandra sangat bangga dan mengelus punggung tangannya lembut sambil mereka sering bertatapan penuh arti."Om Tante, aku pinjem Zora sebentar boleh?" Izin Affandra yang disambut baik kedua orang tua Zora.Affandra menggandeng tangan Zora untuk ikut bersamanya, ini hal yang baru ia lakukan lagi setelah sekian lama. Zora terus menatap tangannya yang di genggam orang yang selalu ia pikirkan setahun ini. Yang ia ingat terakhir kali memeluk tangannya saat ia demam malam itu. Dan kini genggaman itu kembali memberikan rasa aman.Affandra membawanya ke halaman tengah Villa mewah itu, dengan lampu-lampu redup, wajahnya bersinar."Aku sudah bilang untuk membuka blok di ponselmu." Kini Affandra cemberut."Aku sudah lama membukanya. Itu kamuu!""Mana ponselmu?" Affandra tak percaya karna ia masih tidak bisa menghubunginya.Ia membuka semua file block WhatsApp dan panggilan biasa. Ternyata ia masih menjadi daftar hitam dalam setingan ponsel. "Lihat?"Zora hanya tertawa, "Maaf, aku lupa soal yang i

  • SUAMI UNTUK TUAN PUTRI   Bab 105

    Ia pulang dengan perasaan lega. Sepanjang jalan ia terus tersenyum. Sampai Tuan Arnold merasa heran. "Sepertinya ada sesuatu yang terjadi pada putri kita."Nyonya Anita langsung menoleh untuk melihat Zora yang tersipu malu. "Apa kau bertemu Affandra?"Zora mengangguk pelan dan tak ingin membahasnya, ia sangat malu. Sesampai di villa ia langsung masuk ke kamar dan menjadi gila. Sangat senang hingga tertawa sendiri. Tapi ponselnya belum juga berdering ia menunggu sampai malam dan tidak juga berdering. Menunggu membuatnya kecewa.Malam ini mereka makan malam di rumah, menunggu Affandra menghubunginya benar-benar membuatnya kesal. Jadi ia berhenti untuk menunggu dan pergi makan malam.Tepat saat makanan di hidangkan, bel berbunyi, ada seseorang yang datang, jadi Nyonya Anita membukanya."Halo Affandra." Sambut Nyonya Anita senang. Zora sudah duduk di meja makan mendengar nama itu disebut ia memejamkan mata dan seketika malu sekali.Tuan Arnold melihat expresi Zora yang berubah menjadi kep

  • SUAMI UNTUK TUAN PUTRI   Bab 104

    Kenapa? Kenapa dia selalu melakukan ini? Bukankah pria itu kali ini datang, seperti keinginannya sebelumnya?Affandra masih mematung disana menatap punggung Zora yang menjauh.'ini adalah kesempatanmu bicara, setidaknya minta maaf atas perbuatannya yang sudah menyia-nyiakannya. Kau tidak boleh marah Zora, bila ia akhirnya bahagia dengan orang lain, harusnya kau ikut bahagian untuknya.' batin dirinya pada hatinya sendiri. Menghentikan langkah kakinya dan membuatnya menoleh ke belakang. Pria itu masih disana, menatap pantulan langit di lautan dan terpaku diam.Zora kembali berjalan menuju padanya, hingga pria itu sadar, Zora sudah ada di sisinya dan menoleh tanpa expresi."Aku sudah membuat banyak kesalahan kan?"Tanya Zora padanya.Affandra hanya meliriknya sekali, tidak ingin menjelaskan apapun. "Harusnya, aku ikut bahagia bila kau sudah menemukan hatimu untuk orang lain, karna ini kesalahanku sendiri," Zora menatapnya yang masih mendengarkan dengan tatapan lurus menatap horison."Ak

  • SUAMI UNTUK TUAN PUTRI   Bab 103

    Ia segera membuang pandangan dari pria itu, bodoh sekali, apa dia melihatnya menangis? Itu sangat memalukan. Walau sudah mengakui perasaannya, di hadapan Affandra ia tidak ingin membuatnya besar kepala, ia tidak mau terlihat sedang merindukannya.Tapi sampai acara selesai, Affandra tidak sama sekali mengunjunginya. Ini adalah hal yang harus ia bayar, Zora melihat Affandra sedang mengobrol dan hendak menyapanya lebih dulu. Baru saja ia melangkah beberapa langkah, seorang anak umur 3 tahun berlari padanya, "Daddy, Daddy.." dengan sigap ia menggendong pria kecil tampan di pelukannya, mengecup pipi dan memberikannya sesuatu di tangannya. Seorang wanita cantik segera muncul juga menghampirinya, dan tertawa bersama, Zora mengenalnya, dia Amanda, salah satu putri dari teman ayahnya yang juga kaya raya, kabarnya ia Janda, dan akan segera menikah.Amanda mengobrol dengannya dengan lembut membersihkan sisa kue yang di makan putranya di jas milik Affandra dengan perhatian.Zora hanya merasa ten

  • SUAMI UNTUK TUAN PUTRI   Bab 102

    Sering kali, ia mulai ingat, bagaimana Affandra adalah salah satu orang yang membuatnya menjalani hari-hari ini dengan baik. Bagaimana ia telah membimbing Zora menjadi lebih baik dalam memandang kehidupan yang sepenuhnya ia tidak mengerti. Entah dimana ia kali ini.Akhirnya Zora kembali ke Forte Grup, dengan sambutan semua orang. Rahasia Zora di Gavin Tect lalu terbongkar dan membuat gempar karyawan mereka, ternyata selama ini, orang yang sudah mereka tindas adalah putri seorang konglomerat."Gak mungkin. Gak mungkin." Nadya dari divisi keuangan Gavin Tect tidak percaya saat mendengar kabar itu. Wajahnya pucat apa dia sudah membuat kesalahan? Tapi Zora sama sekali tidak pernah mengungkit mereka , Zora yang semula selalu digosipkan hal-hal miring, untuk kali ini ia menerima banyak pujian. Ia sesekali berkunjung ke Gavin Tect yang menjadi salah satu perusahaan sahabat dalam berinovasi, semua orang dengan sopan memuji dan menyanjung.Kesuksesannya kali ini lebih dari kesuksesannya sebelu

  • SUAMI UNTUK TUAN PUTRI   Bab 101

    Zora pulang dengan lesu, ini baru pukul 2 siang, tapi dia sangat butuh tidur, jadi begitu sampai dirumah ia langsung melempar diri ke tempat tidur dan memejamkan mata hingga magrib menjelang."Non, udah magrib, non" Bi Ima dengan lembut membangunkannya. Zora berbalik menggaruk wajahnya dan matanya masih rapat seolah lengket. "Non ayo solat dulu, terus makan malem sama tuan dan nyonya di bawah."Zora hanya mengangguk angguk tapi ia terlelap lagi. Kamar ini seolah punya daya magis yang selalu membuatnya nyaman.15 menit kemudian, Bi Ima kembali naik untuk membangunkannya lagi. Jadi dengan susah payah ia bangun dengan mata lengket. Bergegas mandi, solat magrib dan turun untuk makan malam.Hidangan rumahan yang lama tidak ia nikmati, jadi setiap pulang kerumah selalu merindukan masakan ibunya. Zora terlihat sangat menikmati hidangan yang membuat ibunya terus lebih sehat, Nyonya Anita juga jadi lebih mensyukuri kehadiran putrinya yang hilang hampir 2 tahun ini."Kau sudah kembali ke rumah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status