Share

Bab 3

Affandra berjongkok tepat di depannya. Menyadari kehadiran pria itu Zora semakin membenci manusia tak berhati itu. Dia dengan lugas menyatakan menginginkan kerajaan ayahnya, mengejeknya tuan putri yang terbuang. Manusia macam apa dia.

"Pergi!!" Teriak Zora. "Aku gak akan kembali, aku gak akan mau terjebak dengan monster seperti kamu. Pergii!!!

Melihatnya begitu frustasi tidak bisa menahan Affandra untuk memeluk wanita lemah itu. Dia keras kepala merasa dirinya kuat dan mampu menanggung segalanya. Wanita ini tidak mengerti bagaimana cara kerja dunia ini.

Zora meronta melepaskan pelukan pangeran Karisma Grup itu. Tapi sekeras dia berusaha sekeras itu Affandra menahannya untuk tetap dalam pelukannya hingga dia tidak melawan lagi.

"Apapun yang kamu rasain saat ini, aku ngerti, Zora. Aku berusaha mengerti dan aku juga melaluinya. Gak ada tempat kembali, lupakan perjodohan kita, izinkan aku jadi temanmu, aku gak akan pernah maksa kamu lagi untuk nikah sama aku."

Mendengar pernyataan Affandra membuat hatinya lebih rumit dan tangisnya lebih pilu, ini adalah jalan yang sudah dia pilih, dan bila dia keras kepala, ini adalah harga yang harus di tanggungnya.

"Zora" Affandra melepaskan pelukannya dan menatapnya dengan penuh kasih sayang. "Gak ada jalan lain kecuali membuktikan dirimu, aku gak akan memaksamu, sama sekali. Kalo pacarmu memang benar-benar bisa di andalkan, aku bakal iklas. Tapi biarin aku bantu kamu, aku gak bisa liat kamu begini."

"Zora, kalaupun akhirnya kamu mau menikah denganku, aku mau karna hatimu yang memilih, izinkan aku membuktikan diriku. Aku janji akan nyerah saat pacarmu memang mencintaimu dengan tulus."

Seperti tergores serpihan kaca, Zora sudah mulai meragukan Julian, hatinya sering hancur dengan sikap Julian yang tidak semanis dulu. Dan kata-kata Affandra menaburkan garam pada goresan-goresan itu membuat hatinya lebih panas dan tangisnya lebih putus asa.

Affandra menemaninya menangis hingga tengah malam. Beberapa orang komplek keluar saat mendengar tangisan. Mereka mengira ada demit di area rumah mereka. Melihat hanya sepasang kekasih yang bertengkar mereka tak peduli lagi, dan merasa tenang tidak ketakutan.

Affandra mengajak Zora untuk menangis di dalam mobil agar tidak mengganggu orang-orang di sekitar komplek itu.

Zora melihat ponselnya yang belum ada tanda-tanda Julian memperhatikannya. Membuatnya sangat putus asa. Kecewanya sudah di ambang batas.

Menatap wanita itu menunggu dengan ponselnya Affandra menawarkan sesuatu.

"Aku punya kos-kosan kamu bisa tinggal disana. Tapi aku gak ngasih itu gratis."

Sebagai mantan Tuan Putri Forte Grup, tentu dia tidak menyukai hal-hal gratis apalagi dari musuhnya. Ini sebuah penawaran bagus, 'Aku bakal kerja pasti aku bisa punya uang dan membiayai diriku sendiri.' batinnya.

"Dan aku baru buka outlet baru di dekat sana, tapi cuma ada lowongan pramu saji. Apa gak apa?"

Pekerjaan apapun itu, dia membutuhkannya. Bahkan sekarang perutnya kelaparan dan uangnya udah habis. Sangat memelas.

"Iya gak apa." Jawab Zora mengangguk.

"Tapi sebelumnya kita makan nasi goreng pinggir jalan dulu ya, jam segini udah gak ada cafe yang buka. Aku laper banget."

Zora mengangguk. Rasanya ingin memasang wajah penuh semangat. Dia benar-benar lapar. Tapi harus jaim. Laki-laki ini melihat begitu banyak kekurangannya, jangan membuatnya besar kepala.

Malam ini cerah sekali. Cukup banyak bintang bertaburan di langit, dengan bulan sabit yang menemani mereka.

Harum nasi goreng membuatnya benar-benar tidak tahan dan keroncongan setengah mati, tidak sabar lagi melahap nasi yang masih mengepul.

Dengan cepat ia meniup nasi goreng itu dan melahapnya yang masih setengah panas. Ah enak sekali, Affandra tertawa melihatnya makan dengan lahap. Seketika Zora sadar, dan memelankan suapan yang dimasukan ke mulutnya. Hah pasti terlihat seperti orang kelaparan, membuatnya malu sekali.

Seorang Putri Forte makan dengan rakus.

Tapi bagi Affandra ini pengalaman yang menggemaskan. 'Aku akan ceritakan bagaimana ibu kalian sangat lucu.' berkata pada hatinya seolah-olah wanita yang di hadapannya sekarang benar-benar akan menjadi ibu dari anak-anaknya kelak.

Affandra bahkan belum menyentuh nasi gorengnya, tapi Zora sudah hampir menghabiskan setengah piring.

"Apa? Apa melihatku makan saja membuatmu terpesona? Hah?" Tanya Zora menatapnya dengan bingung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status