Beranda / Romansa / SUAMIKU KETUA GENG MOTOR / 168 || Perubahan Sikap Viana

Share

168 || Perubahan Sikap Viana

Penulis: Diva
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-23 22:48:21

Viana berdiri di depan cermin, dia menatap bayangannya sendiri. Mata itu terasa kosong. Tapi hari ini, dia harus ke sekolah. Katanya, ini bagian dari pemulihan.

Di meja makan, Arthur dan Alesha masih memerankan peran sebagai orang tua yang sempurna—senyum hangat, tatapan penuh kekhawatiran, dan perhatian yang nyaris terlalu rapi.

“Kalau kamu merasa nggak nyaman, kamu tinggal hubungi Papa, ya. Papa akan langsung jemput,” ujar Arthur sambil menuang susu ke dalam gelas.

Viana hanya mengangguk, suaranya tersangkut di tenggorokan. Di dalam mobil, jalanan berlarian di balik kaca. Tapi perasaannya justru diam. Terlalu diam. Seolah badai besar sedang menunggu waktu untuk datang.

Langit pagi menggantung bening di atas bangunan megah SMA Galaksi. Gedung bergaya modern-klasik itu berdiri tegap di antara rindangnya pohon flamboyan yang sudah mulai menua daunnya. Pagi ini terasa lebih hangat, lebih hidup. Terlebih saat sebuah mobil hitam berhenti tepat di pelataran depan lobi utama.

Pintu belakang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   175 || Alin

    Ruang kelas terasa terlalu sunyi. Viana duduk di bangkunya, tubuh tegak, mata lurus ke papan tulis, tapi pikirannya ke mana-mana. Buku pelajaran terbuka di meja, tapi tak satu kata pun ia baca. Ia bahkan tak menyadari gurunya telah memanggil namanya dua kali.Sagara tidak ada. Bangku pojok dekat jendela itu kosong. Tidak ada jaket hitam yang biasanya disampirkan di sandaran kursi, tidak ada wajah cuek yang menatap keluar sambil memainkan pulpen di antara jari-jari.Viana menatap tempat itu beberapa kali. Jantungnya berdegup lebih cepat setiap kali ia melirik. Tapi sampai bel tanda akhir pelajaran berbunyi, kursi itu tetap tak tersentuh.Saat siswa lain berhamburan keluar dari kelas, sorak tawa dan keluhan tentang tugas memenuhi lorong, Viana masih duduk terpaku di tempatnya. Tangannya memegang erat ujung meja, bibirnya tertutup rapat.Sagara tidak masuk sekolah. Kenapa? Apakah karena dirinya?Tangan Viana merogoh kolong mejanya, mencari-cari ponsel. Tapi apa yang bisa ia lakukan? Ia t

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   174 || Bayangan

    Jantung Viana berdetak kencang, namun bukan karena panik. Tapi karena kepalanya seolah berisi pecahan-pecahan kaca yang mendesak masuk. Pening yang tadinya hanya terasa sebagai denyut pelan, kini berubah menjadi desakan tajam—menusuk, menekan, dan memaksa untuk dilihat.Bayangan acak mulai menari dalam benaknya.Ia melihat dirinya sendiri, tertawa bersama Sagara di tengah keramaian. Lalu berpindah. Suara Sagara yang memanggil namanya dengan lembut. Dirinya yang menangis di pelukan seseorang yang Wajahnya tak terlihat jelas.Kemudian Viana yang lain, menatap Alesha dengan mata merah penuh amarah. Di balik itu, terdengar suara dentuman keras. Sirene. Aroma darah. Jeritan samar.Viana mengerang sambil memeluk kepalanya. Tubuhnya hampir ambruk jika saja Arthur tak segera menangkapnya.“Sayang, kamu kenapa?” suara Arthur terdengar putus asa, sementara Alesha telah mengambil bantal untuk menyandarkan kepala Viana.“Papa panggil dokter, ya?” Arthur berdiri, hendak mengambil ponsel.Viana mena

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   173 || Kebingungan Viana

    Angin dari AC menyebar perlahan di setiap sudut kamar luas bergaya modern klasik itu. Lampu tidur di sudut ruangan memancarkan cahaya temaram keemasan, menciptakan bayangan-bayangan samar di dinding putih marmer. Viana duduk di tepi ranjangnya, memeluk lutut. Selimut tipis melorot di kaki, sementara mata gadis itu menatap kosong ke arah jendela yang sudah tertutup tirai otomatis.Dia seharusnya tidur. Tapi pikirannya terlalu gaduh. Sagara Giantara. Kenapa nama itu masih berputar-putar di benaknya?Kejadian siang tadi saat jam istirahat kembali berputar dalam kepalanya. Tatapan Sagara saat dia bentak habis-habisan di depan siswa lain. Viana merasa dirinya terlalu kejam? Atau memang pantas?Dia memejamkan mata, mengingat kembali obrolan bersama Alesha dan Arthur saat dirinya pertama kali dirinya pulang dari rumah sakit. Kalimat yang selalu mereka ulang setiap harinya. “Sagara itu bajingan. Jangan pernah percaya dia, Viana.”Tapi saat tadi di makam Satya sore tadi. Kanara, Seyra, dan ju

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   172 || Makam Satya

    Langit sore menaungi makam yang baru beberapa hari lalu dipenuhi pelayat. Kini hanya sunyi, ditemani empat gadis berseragam SMA Galaksi duduk di atas rumput yang masih lembap. Batu nisan hitam di hadapannya bertuliskan: Satya Diandra— 2006–2025.Rachell, Seyra, Kanara, dan Viana tak mengucapkan sepatah kata pun. Masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri. Viana berdiri di hadapan makam, memeluk tubuhnya sendiri seolah angin sore terlalu menusuk meski matahari belum tenggelam."Dulu dia suka banget makan es krim di belakang sekolah, takut ketauan sama kita kalo dia suka es krim," gumam Rachell pelan, tersenyum kecil. Suaranya nyaris tertelan angin."Dan selalu nyuruh kita buat belajar tiap Senin pagi di perpus... padahal dia sendiri yang telat," tambah Kanara. Suaranya serak, tapi ia mencoba tertawa.Seyra hanya mengangguk. Matanya sembab, namun tak ada air mata tersisa. Viana hanya membisu sejak tadi, menatap batu nisan bertuliskan nama lengkap Satya dengan nanar. "Gue nggak bi

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   171 || Semakin Hancur

    Sudah tujuh hari sejak Viana kembali ke sekolah, dan dalam tujuh hari itu pula, kehidupan Sagara berubah menjadi semacam penjara tak terlihat. Setiap detik menjadi beban. Setiap langkah terasa berat. Setiap tatapan Viana—yang dulunya hangat dan penuh cinta—kini berubah tajam, seperti belati yang menghunus tanpa ampun.Hari ini pun sama. Di lorong lantai dua yang menghubungkan kelas IPA ke kantin, Viana berjalan bersama Kanara, Rachell, dan Seyra. Rambutnya dikuncir tinggi, langkahnya mantap seperti biasa, tapi ada aura dingin yang menyelimutinya. Matanya menajam seketika ketika sosok berseragam SMA Galaksi berblazer hitam itu muncul di hadapan mereka.Sagara.Dia berdiri mematung beberapa meter di depan, tepat di sisi meja panel distribusi listrik. Matanya menatap Viana yang kian mendekat. Tatapannya bukan tatapan penuh percaya diri seperti dulu—melainkan sorot orang yang sudah terlalu lelah disalahkan, tapi tetap berharap ada seberkas pengampunan.“Viana...” Sagara melangkah pelan, n

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   170 || Luka Sagara

    Langit siang di atas rooftop SMA Galaksi tidak biru. Awan kelabu menggantung berat, seperti meniru perasaan seseorang yang kini duduk di pojok, bersandar pada dinding beton yang dingin.Sagara menunduk. Jemarinya mencengkeram rambutnya sendiri, napasnya berat dan tidak teratur. Seragamnya kusut, dasi longgar menggantung tak berguna. Blazer-nya terbuka lebar, dan keringat dingin mengalir dari pelipis. Hanya suara desiran angin yang menyapa, membawa bisikan samar dari kelas-kelas yang jauh di bawah sana.Di dekatnya, Kenzo duduk memeluk lutut. Sedangkan Danish bersandar pada pagar pembatas, menatap langit sambil mengatupkan rahangnya erat."Gue... gue gila ya, Ken. Gue goblok banget, Dan. Lo liat sendiri tadi, kan? Viana ngomong kayak gitu di depan semua orang." Suara Sagara pecah, serak, seperti sedang menahan sesuatu yang terlalu besar di dadanya. "Dan dia bener. Semua yang dia bilang, bener.”Kenzo menoleh pelan. Matanya memerah. “Nggak, Gar. Nggak bener semua itu.”Sagara tertawa mi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status