“Biarkan aku tidur di sini bersamamu malam ini, Dek. Hanya malam ini saja. Besok aku akan ke tempat Lidya. Aku janji,” pinta Fuad setelah mendengar ucapan Sofia yang menyuruhnya untuk tidur di rumah Lidya malam ini.
Acara ijab kabul sudah selesai. Para penghulu dan tamu undangan sudah pulang ke rumah masing-masing. Hanya tersisa Lidya, Sofia, Fuad dan anak-akan yang dijaga Mbok Rum serta beberapa pegawai toko yang tampak membereskan ruang tamu yang baru saja digunakan untuk acara ijab kabul.
Lidya masih di kamar bersama para make up artis untuk melepas kebaya dan menghapus riasan di wajahnya setelah berfoto beberapa kali dengan Fuad dan anak-anak. Sedangkan anak-anak bermain di halaman ditemani Mbok Rum setelah makan siang tadi.
“Mas ... Lidya sekarang juga istrimu bukan hanya aku saja. Jadi kamu juga harus mulai membiasakan diri untuk tidur bersamanya. Ingat tujuan utama dari pernikahan ini. Jadi ... Semakin cepat kamu tidur bersamanya akan se
“Jadi begitulah yang sebenarnya terjadi. Aku menceritakan ini pada kalian agar tidak terjadi salah paham yang akan menimbulkan fitnah di kemudian hari,” terang Sofia pada para pegawai setelah menjelaskan pada mereka tentang cerita dibalik pernikahan Lidya dan suaminya, Fuad.Para pegawai hanya terdiam menyimak penjelasan Sofia tidak ada yang berbicara sama sekali. Sofia memandangi mereka satu persatu menunggu tanggapan mereka tapi tidak ada seorang pun yang bersuara.“Baiklah, karena tidak ada pertanyaan lagi kita ke dapur saja. Kalian mau pulang kan? Bungkuslah beberapa lauk dan makanan di dapur untuk dibawa pulang, ayo dua atau tiga orang ikutlah denganku,” ajak Sofia seraya berdiri.Tugasnya untuk menjelaskan kejadian sebenarnya sudah selesai. Sekarang tinggal menunggu bagaimana tanggapan mereka. Apakah setelah ini ada pembicaraan yang tidak mengenakkan lagi atau tidak. Semua kembali pada mereka sendiri karena ia sudah berusaha untuk m
Dengan langkah berat Fuad melangkah di belakang Lidya tanpa suara. Ia berjalan dengan lambat seakan ada beban yang sangat banyak menggelayuti pundak dan kakinya. Kepalanya menunduk memandang jalan di bawahnya seakan ada sesuatu yang menarik untuk dilihat.Fuad terus berjalan tanpa memandang ke depan sampai ujung kepalanya menabrak sesuatu. Ia segera mengangkat kepala dan mendapati Azzam memandang padanya dengan tatapan penuh tanya.“Maaf, Zam. Om tidak melihatmu di depan tadi,” ucap Fuad lirih.“Om Fuad malam ini menginap di rumahku ya?” tanya Azzam riang. Ia sudah diberitahu oleh Sofia tadi sore, kalau Fuad akan menginap di rumahnya malam ini agar tidak kaget.“Iya ... boleh kan?”“Tentu saja boleh sekali. Kenapa tidak dari dulu? Azzam kan jadi ada teman cowoknya,” sahut Azzam dengan senyum lebar.Usia Azzam akan mencapai sepuluh tahun beberapa bulan lagi sedangkan Azizah baru saja merayakan u
Sofia tertidur saat jarum jam menunjuk ke angka satu. Meskipun tidur larut malam, ia tidak bangun kesiangan keesokan harinya. Saat mendengar azan subuh berkumandang, ia bergegas menyingkap selimut dan melipatnya dengan rapi. Lalu bergegas ke kamar mandi untuk membuang sisa-sisa metabolisme dan berwudu untuk menunaikan salat subuh.Setelah salat subuh Sofia bergegas membersihkan rumah dengan cepat sambil menunggu kedatangan Mang Udin. Ia berniat untuk belanja sayuran yang akan dimasak hari ini sekaligus menjalankan rencana yang sudah disusunnya semalam. Saat mendengar seruan Mang Udin yang khas dari luar, Sofia bergegas mengambil dompet yang sudah disiapkan di atas meja. Lalu berjalan dengan cepat keluar rumah. Sesampainya di luar ia merasa lega saat melihat Bu Lisa dan Bu Tari tampak sibuk memilih sayur dan lauk yang akan dibeli.“Bu Lisa, Bu Tari. Belanja apa?” sapa Sofia dengan ramah.“Tahu tempe saja yang murah. Sekarang semua serba mahal. Mbak Sofia mau masa
Fuad segera berpamitan pada Sofia sebelum berangkat ke kantor. Baru kali ia berangkat pagi-pagi karena harus mengantarkan anak-anak ke sekolah dulu. Ia merasa senang dan bersemangat membayangkan betapa serunya perjalanan berangkat nanti.Mendengar cerita Azzam dan Azizah tentang kegiatan belajar di sekolah dan saat bermain bersama teman-temannya merupakan hiburan tersendiri bagi Fuad yang merasa sesak karena pernikahannya dengan Lidya. Hingga membuat hubungannya dengan Lidya yang mulai mencair setelah sekian lama menjadi canggung lagi.Pikirannya yang terpecah karena harus memikirkan perasaan dua wanita yang menjadi istrinya saat ini. Juga tatapan mata Sofia yang selalu berharap besar padanya seakan berkata padanya untuk segera meniduri Lidya agar segera mempunyai anak. Padahal untuk menatap mata Lidya saat ini saja ia sudah merasa kesulitan. Apalagi harus menidurinya, membayangkannya saja sudah membuatnya pusing.“Kamu hari ini ke toko kan?” tanya F
“Kamu dari mana, Dek? Kenapa teleponku tidak dijawab?” tanya Fuad setelah mereka berdua masuk ke dalam rumah.“Aku membeli ini tadi sebelum pulang. Antrenya lama karena ramai tadi.” Sofia menunjukkan keresek hitam yang dibawanya pada Fuad.“Apa itu?”“Makanan kesukaanmu, sate kambing. Aku tidak masak hari ini, jadi aku membeli sate kambing untuk makan malam kita nanti.”“Wah, sepertinya malam ini kita akan makan enak. Aku juga membeli martabak kesukaanmu tadi, kita makan sambil nonton televisi nanti.”“Benarkah? Sudah lama aku tidak makan martabak. Kalau begitu aku mau mandi dulu. Mas Fuad sudah mandi?”“Belum.” Fuad menggeleng sambil memandang Sofia penuh arti.“Kita mandi bareng yuk. Sudah lama kita tidak melakukannya,” bisik Fuad dengan suara parau. Tatapan matanya berubah menjadi sayup.Sofia memandang Fuad cukup lama sebelum men
Fuad dan Sofia benar-benar menghabiskan waktu yang berkualitas selama tiga hari kebersamaan mereka. Tidak ada pertengkaran atau pun perdebatan tidak penting, hanya perbincangan mesra dan saling merayu satu sama lain.Layaknya pasangan pengantin baru, Fuad benar-benar dibuat mabuk kepayang oleh perhatian dan sikap mesra yang ditunjukkan oleh Sofia padanya. Bahkan saat di kantor keduanya tetap mengobrol dan bertukar kabar lewat pesan yang membuat senyum lebar selalu tampak di wajah tampan Fuad hingga membuat rekan satu kantornya keheranan.Saat hari terakhir kebersamaan mereka, Fuad bahkan merajuk karena tidak ingin pergi ke rumah Lidya.“Biarkan aku bersamamu sehari lagi sayang. Aku masih belum puas menghabiskan waktu denganmu. Aku janji besok akan pergi ke rumah Lidya,” pinta Fuad dengan tatapan memohon.“Mas ... Jangan begitu. Kamu harus bersikap adil pada kami berdua. Lagi pula tiga hari bukan waktu yang lama. Setelah tiga hari kamu bi
Sofia tidak bisa menikmati rekreasi hari itu karena terus terngiang dengan perkataan Azzam sebelum berangkat tadi. Ia terlihat menghela nafas berat beberapa kali dan tidak fokus dengan apa yang dilihatnya. Bahkan ia tidak terlihat tertawa saat yang lain terlihat bergembira. Hanya sekedar melempar senyum tipis agar tidak terlihat aneh di mata yang lainnya.Fuad akhirnya mulai menyadari keanehan pada Sofia setelah memergokinya menghela nafas beberapa kali. Diam-diam ia terus mengamati perilaku Sofia dan bertanya dalam hati, apa yang sebenarnya dipikirkan oleh wanita dicintainya tersebut.“Dek, ada apa? Apa ada sesuatu yang mengganggumu?” bisik Fuad sambil menghampiri Sofia yang berjalan di belakang. Sedangkan rombongan yang lain sudah berjalan jauh di depan.“Tidak ada, Mas. Aku hanya sedang tidak mood saja,” jawab Sofia berbohong. Ia tidak mau merusak kesenangan hari itu.“Apa kamu lelah? Mau istirahat dulu?” tawar Fuad
Sofia menahan nafas tidak sabar menunggu jawaban Fuad. Hatinya terasa sakit mengingat kekalutan yang dialami tiap malam saat membayangkan kemesraan Fuad dan Lidya.Namun, semua rasa gundahnya seakan tidak berarti karena ternyata Fuad sepertinya belum menyentuh Lidya sama sekali. Lelaki itu bahkan tidak pernah tidur sekamar dengan Lidya dan selalu tidur di ruang tamu seperti cerita Azzam.“Katakan, Mas ... Ceritakan semuanya dengan jujur. Jangan ada yang ditutup-tutupi lagi. Benarkah apa yang dikatakan Azzam padaku?”Fuad mengangguk pelan dengan memasang wajah bersalah.“Maafkan aku, Dek.” Fuad mencoba memegang tangan Sofia. Namun segera ditepis dengan kasar.“Kenapa? Kenapa kamu lakukan itu, Mas?” tanya Sofia dengan berurai air mata. “Apa kamu tidak tahu bagaimana kalutnya perasaanku setiap kali kamu tidur di rumah Lidya. Membayangkan kalian berdua bermesraan dan memadu kasih hingga membuatku tidak bisa tid