Share

Part 2

last update Last Updated: 2021-09-30 08:51:52

Kali ini aku benar-benar kesal dengan Aira, bisa-bisanya dia menceramahi aku begitu. "Kamu di rumah ngapain aja, Maura? Masa urus anak aja gak becus!" Aku menatapnya sangar. 

 

Ingin sekali kudorong meja makan ini, bikin kesal saja. Apalagi bukannya marahin anaknya, Maura malah tersenyum sambil menyerahkan satu gelas air minum kepada Aira. Semakin dimanja tuh anak.

 

"Sudah kenyang?" tanyanya lembut.

 

"Kamu harusnya bisa didik dia dengan baik, Maura! Jangan jadi ibunya yang memanjakan anak!" teriakku geram.

 

Bukannya takut dan patuh seperti anaknya Majib, Aira malah melanjutkan makannya kembali. "Belum, Ma. Percuma kalau aku ngambek, kenyang enggak, kelaparan iya." ucapnya seenak jidat. 

 

Ingin sekali menyumpal mulutnya itu. "Dasar anak durhaka!" makiku geram.

 

"Mas, kamu gak boleh gitu sama anak. Dia masih kecil." Maura terus saja membelanya.

 

"Justru karena dia masih kecil, kamu harus mendidiknya dengan benar. Jangan sampai dia menjadi anak yang sudah besar tidak tahu terima kasih." tegasku sambil menatap Aira tajam.

 

Anak yang belum genap sebelas tahun ini bisa-bisanya bersikap sombong di hadapanku! Lihat saja, besok akan aku kurangi yang jajannya.

 

Mengemis sekalipun, aku tidak akan memberikan lebih seperti dulu. Rasakan tuh.

 

Aira justru terlihat tidak peduli dengan kemarahanku ataupun perdebatan kita. Dia tetap makan dengan lahap dan meneguk air minumnya sampai habis. "Alhamdulillah, ucapnya setelah bersendawa.

 

Kini dia kembali menatapku. "Pa, zaman sekarang yang durhaka itu tidak hanya anak kepada orang tuanya. Tapi juga orang tua kepada anak." lanjutnya yang tidak masuk akal.

 

Padahal dia aku sekolahkan di tempat yang mahal, masa hal seperti ini saja tidak faham. "Kalau kamu sekolah mahal-mahal yang didapat hanya pengetahuan seperti ini, lebih baik jangan sekolah!" aku menatapnya tajam, semoga saja dia takut.

 

"Aku juga gak minta disekolahkan di tempat yang mahal, kan Papa sendiri yang menyuruh Mama untuk mendapatkan aku di sekolah elit. Katanya agar Papa tidak malu sama kawan-kawan." Aira malah mengeles.

 

"Kau!" suaraku tertahan! Bagaimana bisa di membalikkan perkataanku kembali, dasar tidak tahu sopan santun.

 

Ia pun turun dari kursi. "Ma, aku pergi ke kamar dulu, ya." ucapnya kepada Maura dengan sangat lembut dan berjalan ke arah kamar. Baru saja berjalan lima langkah, ia kembali membalikkan badannya menatapku lekat. "Sepertinya Papa harus mengulang sekolah, biar kesannya gak lulus terpaksa!" ledeknya dan pergi ke kamar.

 

"Anak nggak sopan! Gak tahu diri!" Aku berteriak sekencang mungkin.

 

 

****

 

 

"Mulai sekarang kamu tidur saja di sofa!" titahku pada Maura ketika ia masuk ke dalam kamar setelah memeriahkan tempat makan tadi. Geram rasanya jika melihat wajah miskinnya itu.

 

Bawa susah aja.

 

Lagi, Maura hanya membalas dengan senyuman. Apa dia tidak sakit hati dengan semua perkataan dan tindakanku? Ah ya, sepertinya dia sudah menerima takdir kalau aku memang laki-laki baik yang mau menerimanya.

 

Jadi dia harus bertahan denganku untuk menumpang hidup. Dasar perempuan licik.

 

"Hari ini restoran ramai, Mas?" tanyanya tiba-tiba membahas tentang restoran. Aku langsung tertawa ketika mendengarnya.

 

"Kamu jangan sok-sokan nanyain restoran! Orang susah kayak kamu, dapat makan aja harusnya bersyukur banget," ucapku meledeknya, laku tertawa terbahak-bahak. Rasanya sakit hatiku oleh Aira tadi sudah terbalaskan karena bisa mengejeknya.

 

"Aku hanya bertanya, Mas. Lagipula kan tidak ada larangan kalau orang miskin tidak bisa menyebut nama restoran," ucapnya ngeyel.

 

Kembali aku tertawa, bahkan perutku sampai sakit. "Asal kamu tahu saja, restoran Bosku itu bukan restoran sembarangan. Sudahlah, aku mau tidur, capek meladeni orang lulusan SMK bicara. Soalnya gak bakal ngerti mau aku menjelaskan sampai kapan pun juga."

 

 

***

 

Pagi ini aku berangkat lebih awal, karena harus transfer uang sebanyak ini. Kalau Majid enak, dia bagian masuk siang. Kalau aku ya harus pagi-pagi. Malah kata Bos aku harus menunggu di depan Bank sebelum buka.

 

"Kamu gak sarapan, Mas?" Maura kini tengah menyiapkan sarapan bersama Aira.

 

"Aku tidak sudi makan makanan yang dimasak sama anak yang tidak tahu balas budi!" ucapku jijik. "Sudahlah, aku mau sarapan di restoran saja."

 

 

 

———

 

Jangan lupa subscribe, KakakšŸ˜šŸ˜šŸ˜ biar makin semangat untuk update.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Yanti Keke
suami mcm apa ituu... sm ank koq gitu....
goodnovel comment avatar
Jhon Maherza
kesan sombong ada begitu merasa bisa mencukupi semua dr penghasilannya.. wajar masih agak muda...ntar jg akan ada masa di mana rasa itu tak LG dominan...di isi dalam keimanan...
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Yah sombong aja dulu sebelum km didepak istimu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • SUAMIKU TIDAK TAHU KALAU AKU ADALAH BOS DI TEMPAT KERJANYAĀ Ā Ā Season 2 Ending

    MauraHari ini semua ruangan di rumah besar ini dipenuhi bunga untuk menyambut kedatangan Mas Ferdi dengan Syahira. Mereka baru menikah tadi sore dan langsung dibawa ke sini. Meksipun rumah ini milik orang tuanya Mas Ferdi, tapi Mas Dafi punya andil besar. Bisa dibilang kepemilikannya dibagi dua.Meksipun masih muda, Mas Dafi memang ahli dalam berwirausaha sehingga sukses di usia yang begitu muda, dan punya aset banyak. Awalnya aku juga kaget, tapi Mas Dafi memintaku untuk membiasakan diri. Ya sudahlah, toh dia memang bukan lelaki biasa."Kok, diam di sini? Orang-orang sudah ada di sana untuk menyambut pengantin tahu?" Mas Dafi menepuk pelan bahuku. "Apa jangan-jangan kamu cemburu melihat mereka bersama?" tebaknya."Ngaco!" Aku bangkit dari duduk dan menatapnya tajam. "Siapa yang bilang cemburu barusan? Jangan-jangan Mas yang cemburu kalau nanti menatapnya?" godaku sambil menahan

  • SUAMIKU TIDAK TAHU KALAU AKU ADALAH BOS DI TEMPAT KERJANYAĀ Ā Ā Season 2 Part 43

    FerdiAku tahu kalau mereka dekat, hanya saja aku benar-benar tidak tahu kedekatan hubungan mereka seperti ini. Dia bahkan mampu melewati aku begitu saja yang selama ini selalu sholat dan sekasur dengannya demi untuk menghampiri Dafi.Bukan apa-apa, aku takut nanti dia juga bisa mengkhianati Dafi.Maura tiba-tiba mendekat dengan Aira ke arahku. "Tidak apa, biarkan saja mereka. Katanya ada banyak hal penting yang harus dibicarakan," ucapnya dingin."Iya, Papa, mereka itu sudah seperti bumbu dapur dan masakan, tidak akan terpisahkan. Kalau pun bisa, maka dua-duanya akan menjadi tidak berguna," jelas Aira membuatku mengerti kalau aku hanya salah faham."Oh, oke. Baiklah. Maaf kalau barusan aku sudah salah sangka," pamitku dan mengajak Aira bermain bersama.&n

  • SUAMIKU TIDAK TAHU KALAU AKU ADALAH BOS DI TEMPAT KERJANYAĀ Ā Ā Season 2 part 42

    Dafi***Ada rasa aneh ketika melihat Aira memeluk Ferdi, padahal dia adalah ayahnya sendiri. Hanya saja ada yang sakit di hatiku ini karena kedekatan mereka. Apalah jika mengingat dulu Ferdi memperlakukan mereka dengan sangat buruk, rasanya hatiku seperti disayat-sayat."Lihat, sekarang anak tirimu sudah kembali kepada ayahnya." Tante Rena mulai menjadi kompor untukku dan Aira."Wajarlah, dia ayah kandungnya." Aku bicara santai dan menampilkan senyuman yang begitu indah.Meskipun hatiku sakit, tapi aku tidak ingin kelemahanku diketahui oleh orang lain. Toh, memang wajar mereka dekat, namanya juga ayah dan anak. Justru di sini akulah yang orang luar."Aku bangga padamu, Mas," ucap Maura setengah berbisik.Tadinya

  • SUAMIKU TIDAK TAHU KALAU AKU ADALAH BOS DI TEMPAT KERJANYAĀ Ā Ā Season 2 Part 41

    PoV FerdiAtas bantuan Furqon dan jalan hidup yang telah Allah takdirkan untukku, kini aku sudah kembali ke jalan yang insyaAllah diridhoi Allah.Meksipun aku sudah diajak Mama dan Papa untuk kembali ke rumah besar, entah kenapa aku enggan untuk pergi. Rasanya lebih baik tinggal di dalam kesederhanaan daripada kemewahan yang tidak bisa membuatku tersenyum.Andai saja Muara masih menjadi istriku, tentu saja aku akan pulang dengan senang hati, dan bisa bermain dengan Aira. Namun, sekarang ia sudah menjadi istri orang lain. Lebih tepatnya kakak sepupu."Jangan lupa besok datang ke rumah," ucap Mama penuh penekanan setelah kami lama terdiam dalam bisu. Perbuatan yang kulakukan di masa lalu membuatku sadar kalau perempuan seperti Maura sangatlah langka."Ada apa? Pertemuan keluarga itu hanya buang-buang wa

  • SUAMIKU TIDAK TAHU KALAU AKU ADALAH BOS DI TEMPAT KERJANYAĀ Ā Ā Bab 40 Tamat season 1

    Di bawah ancaman Furqon, Ferdi selau pergi ke masjid setiap datang waktu sholat. Bahkan kini, dia sendiri yang menunggu Furqon agar datang ke rumahnya untuk datang bersama-sama ke masjid.Dari sebrang rumahnya, ada Bu Friska dan Pak Hasan yang sedang mengamati Ferdi. "Lihatlah! Sekarang anakku lebih hebat dari kita, dia sudah rindu untuk pergi ke rumah Allah." ucap Bu Friska sambil menitikan air mata.Ia sungguh tidak percaya kalau putranya yang sombong itu berangsur berubah. Kini, Ferdi bahkan tidak pernah lagi menelponnya hanya untuk meminta uang. Tidak, beberapa waktu lalu, Ferdi menelpon hanya untuk menanyakan kabar orang tuanya saja.Setelahnya, ia langsung mematikan sambungan telpon."Bukan anakmu, tapi anak kita!" seru Pak Hasan tak terima.Bu Friska menatap suaminya itu lekat, sampai akhirnya beberapa

  • SUAMIKU TIDAK TAHU KALAU AKU ADALAH BOS DI TEMPAT KERJANYAĀ Ā Ā Bab 39

    Ferdi tidak bisa melakukan kehidupan yang normal semenjak jauh dari orang tuanya, apalagi setelah pernikahan Maura dan sepupunya waktu itu, hidupnya terus saja dihantui oleh kehidupan yang belum pernah terjadi.Ia takut orang tuanya benar-benar tidak peduli, ia juga takut kalau kehidupan selanjutnya akan semakin sulit. Hari demi hari dipenuhi rasa ketakutan yang tidak ada habisnya.Untung saja selama di sini, ia bisa berteman dengan seorang pemuda kampung. Umurnya memang berada di bawah Ferdi, tapi cara berpikirnya sudah jauh di depan. Setiap hari, mereka selalu mengobrol di rumahnya Ferdi.Bagi Ferdi, setiap Malam temannya yang bernama Furqon itu wajib datang, tentu saja agar rasa ketakutannya sirna ketika tidak sengaja mendengar bunyi aneh dari dapur.Untungnya Furqon sama sekali tidak menolak, dia menemani Ferdi setiap malam.&nb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status