Share

Part 4

last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-30 08:53:09

Jika berkenan, bisa bantu Subscribe ya, Kak. Terima kasih. Semoga suka dengan ceritanya.

———

Akhirnya Pak Yuda gak jadi ke ruangan itu dan  kita hanya mengobrol di ruangan istirahat. Beruntungnya aku kali ini, nyaris saja kehilangan pekerjaan.

 

"Mas, kamu sudah pulang?" Maura langsung mendekat ke arahku dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Berhubung banyak kejadian di tempat kerja, aku semakin malas untuk melihatnya, apalagi bersentuhan.

 

Kutepis tangannya dan kulewati ia begitu saja. "Mulai saat ini kita gak perlu bersentuhan langsung, meskipun hanya bersalaman. Toh kamu juga bukan dari kalangan pesantren." 

 

Maura sempat terdiam sejenak, ia sepertinya masih mencerna apa yang baru saja kukatakan. "Maksudnya, Mas?" tanyanya kemudian.

 

"Makanya kamu itu sekolah Maura! Buat apa punya orang tua kaya kalau kerjaanmu hanya rebahan, biar ngerti bahasa manusia!" ucapku sambil melayangkan tatapan tajam.

 

Meskipun orang tuanya sudah memberitahu tentang kebiasaan Maura yang selalu berada di tempat tidur dan pemalas, entah kenapa rasanya kini menyesal. Mau ngajak makan di luar pun malu, pergi ke mall apalagi.

 

Daripada suntuk di rumah, aku memilih untuk pergi ke luar. Jalan-jalan mencari udara segar, tapi batu saja keluar dari pintu, terlihat Aira bersama seorang lelaki.

 

Loh, dia baru saja mau masuk SMP, sudah pacaran begini. Kok Maura gak tahu kalau anaknya jadi centil gini, sih. Kudekati mereka dengan tatapan penuh amarah.

 

"Bagus, ya. Kecil-kecil sudah pacaran, turun dari siapa sifat gak benermu itu?" Aku menghalangi jalan mereka yang akan masuk ke dalam rumah.

 

Laki-laki kecil itu sepertinya sangat terkejut dengan pertanyaanku, tapi biarlah. Toh yang aku katakan itu nyata, bukan sekedar omong kosong belaka.

 

"Nih Bi, kenalin, dia adalah papaku yang hebat, dan kerena." Aira kini mulai memperkenalkan aku sebagai seorang ayah yang langka. Nah, ini baru bener.

 

"Kenapa panggilnya Bi segala? Harusnya kan sama Papa?" Aku langsung memisahkan jarak di antara mereka.

 

Laki-laki itu dan Aira sama-sama tertawa pelan. "Gak sopan! Orang tua tanya bukannya jawab, malah ketawa!" Kembali bola api keluar dari mataku.

 

"Nama saya memang Alvero, Pa. Sering dipanggil Abi di sekolah dan orang tua saja juga memanggilnya begitu." Laki-laki itu memperkenalkan diri.

 

Kuperhatikan penampilannya lumayan oke, sepertinya sekarang aku lebih baik berbicara dengan Alvero. Bisa jadi kalau orang tuanya bisa memberikan keuntungan untuk karirku kedepannya. Walaupun anak ini baru masuk masuk SMP, tapi sepertinya dia lumayan cerdas.

 

"Masuklah." Aku memimpin mereka untuk masuk ke dalam. "Maura, cepat sajikan makanan terenak juga minuman segar untuk temannya putri kita!" titahku setengah berteriak kepada Maura.

 

Aira melihatku tampak tidak suka. "Dasar gila jabatan, harta, dan pujian." ucapnya yang terdengar di telinga.

 

"Apa yang baru saja kamu katakan?" Kutatap matanya dengan tajam. Berani sekali anak ini mengataiku begitu.

 

"Maksud Aira Om tampan dan pekerja keras." Alvero tiba-tiba bicara. Demi menjaga nama baik di depan anak kaya ini, aku hanya bisa tersenyum. Lihat saja setelah dia pulang, akan kuberikan anak itu pelajaran yang setimpal.

 

"Ayahmu kerja apa?" tanyaku pada Alvero langsung pada topik yang ingin kudengar.

 

"Ayah seorang kepercayaan di sebuah restoran." ucapnya sambil tersenyum. Entah kenapa aku merasa dia mirip dengan seseorang, bahkan sama Maura pun dia sudah tidak canggung. "Wah, Tante pinter masak, makanannya enak." pujinya manis.

 

"Kalian sudah saling kenal?" tanyaku heran sambil menatap Maura yang menyuapi kedua anak itu bergantian. Ingin marah, tapi mau dikemanakan harga diriku.

 

"Ya, kami sering bertemu ketika aku mangantar Aira ke sekolah." Maura selalu saja tersenyum setiap kali berbicara.

 

"Restoran mana?" tanyaku mulai kepo. 

 

Alvero melap tangan dan bibirnya. "Tempatnya di selatan, sebuah restoran mewah, yang menyediakan banyak tempat untuk istirahat karyawan ataupun pengunjung." jelasnya membuatku terbelalak.

 

"Siapa ma ayahmu?" 

 

"Arkayuda Alvero." ucapnya enteng tapi membuatku kaget setengah mati. Benar-benar kesempatan emas, aku mau mengambil hati Alvero agar bisa mendapatkan hati Pak Yuda, untuk bisa menduduki jabatan tertinggi di perusahaan.

 

"Pa Yuda? Wah kebetulan sekali, ya. Om juga kerja di sana." Aku mulai pendekatan. "Mau pulang kapan? Nanti Om anterin, ya?" tanyaku inisiatif menawarkan.

 

"Tidak, Om. Katanya Papa mau menjemput ke sini." ucapnya sambil bercengkrama dengan Maura.

 

 

****

 

 

Benar apa yang dikatakan Alvero, karena Pak Yuda langsung datang ke sini setelah dua jam berlalu, dan Maura juga sudah memberikan banyak makanan. Untung saja Maura faham kalau aku sedang ingin mencari perhatian Pak Yuda.

 

Kalau tidak, mungkin dia sudah kumaki. 

 

"Assalamu'alaikum," ucapnya ketika turun dari mobil.

 

Aku langsung berlarian kecil menyambutnya keluar, tapi Pak Yuda malah tersenyum kepada Maura. "Apa kabar?" tanyanya terdengar akrab.

 

"Alhamdulillah baik." Maura pun menjawabnya dengan lembut. "Masuk Pak." ia mempersilakan.

 

Di sini aku seperti hembusan angin yang berlalu begitu saja, keberadaanku benar-benar sudah tidak dianggap.

 

"Terima kasih, Bu." Anehnya Pak Yuda pun bersikap lembut dan ramah.

 

"Bagaimana dengan restoran, Pak?" tanya Maura lagi.

 

Spontan aku tertawa terbahak-bahak. 

 

"Sejauh ini baik, hanya saja kita masih kurang tempat bermain untuk anak-anak yang tersedia di restoran pesaing." jelas Pak Yuda dengan mudahnya.

 

"Buat saja, Pak paling dananya kurang lebih hanya seratus juga. Kalau kurang tambah lagi saja. " ucap Maura terdengar sangat ahli.

 

Dia seperti bukan Maura yang tidak tahu apapun, apalagi setelahnya mereka membicarakan soal bisnis yang aku sendiri tidak tahu.

 

Beraninya dia mengambil tempatku dihadapan Pak Yuda, padahal aku sudah bersiap untuk membuatnya berada di pihakku. Semuanya hancur begitu saja gara-gara Maura.

 

tanganku mengepal kuat, dasar wanita sok pintar! 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (9)
goodnovel comment avatar
Lili Komariah
kelihatannya ceritanya menarik
goodnovel comment avatar
Aline
good Maura
goodnovel comment avatar
Elmythusatris 15
sygnya pke koin gg money aku
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • SUAMIKU TIDAK TAHU KALAU AKU ADALAH BOS DI TEMPAT KERJANYA   Season 2 Ending

    MauraHari ini semua ruangan di rumah besar ini dipenuhi bunga untuk menyambut kedatangan Mas Ferdi dengan Syahira. Mereka baru menikah tadi sore dan langsung dibawa ke sini. Meksipun rumah ini milik orang tuanya Mas Ferdi, tapi Mas Dafi punya andil besar. Bisa dibilang kepemilikannya dibagi dua.Meksipun masih muda, Mas Dafi memang ahli dalam berwirausaha sehingga sukses di usia yang begitu muda, dan punya aset banyak. Awalnya aku juga kaget, tapi Mas Dafi memintaku untuk membiasakan diri. Ya sudahlah, toh dia memang bukan lelaki biasa."Kok, diam di sini? Orang-orang sudah ada di sana untuk menyambut pengantin tahu?" Mas Dafi menepuk pelan bahuku. "Apa jangan-jangan kamu cemburu melihat mereka bersama?" tebaknya."Ngaco!" Aku bangkit dari duduk dan menatapnya tajam. "Siapa yang bilang cemburu barusan? Jangan-jangan Mas yang cemburu kalau nanti menatapnya?" godaku sambil menahan

  • SUAMIKU TIDAK TAHU KALAU AKU ADALAH BOS DI TEMPAT KERJANYA   Season 2 Part 43

    FerdiAku tahu kalau mereka dekat, hanya saja aku benar-benar tidak tahu kedekatan hubungan mereka seperti ini. Dia bahkan mampu melewati aku begitu saja yang selama ini selalu sholat dan sekasur dengannya demi untuk menghampiri Dafi.Bukan apa-apa, aku takut nanti dia juga bisa mengkhianati Dafi.Maura tiba-tiba mendekat dengan Aira ke arahku. "Tidak apa, biarkan saja mereka. Katanya ada banyak hal penting yang harus dibicarakan," ucapnya dingin."Iya, Papa, mereka itu sudah seperti bumbu dapur dan masakan, tidak akan terpisahkan. Kalau pun bisa, maka dua-duanya akan menjadi tidak berguna," jelas Aira membuatku mengerti kalau aku hanya salah faham."Oh, oke. Baiklah. Maaf kalau barusan aku sudah salah sangka," pamitku dan mengajak Aira bermain bersama.&n

  • SUAMIKU TIDAK TAHU KALAU AKU ADALAH BOS DI TEMPAT KERJANYA   Season 2 part 42

    Dafi***Ada rasa aneh ketika melihat Aira memeluk Ferdi, padahal dia adalah ayahnya sendiri. Hanya saja ada yang sakit di hatiku ini karena kedekatan mereka. Apalah jika mengingat dulu Ferdi memperlakukan mereka dengan sangat buruk, rasanya hatiku seperti disayat-sayat."Lihat, sekarang anak tirimu sudah kembali kepada ayahnya." Tante Rena mulai menjadi kompor untukku dan Aira."Wajarlah, dia ayah kandungnya." Aku bicara santai dan menampilkan senyuman yang begitu indah.Meskipun hatiku sakit, tapi aku tidak ingin kelemahanku diketahui oleh orang lain. Toh, memang wajar mereka dekat, namanya juga ayah dan anak. Justru di sini akulah yang orang luar."Aku bangga padamu, Mas," ucap Maura setengah berbisik.Tadinya

  • SUAMIKU TIDAK TAHU KALAU AKU ADALAH BOS DI TEMPAT KERJANYA   Season 2 Part 41

    PoV FerdiAtas bantuan Furqon dan jalan hidup yang telah Allah takdirkan untukku, kini aku sudah kembali ke jalan yang insyaAllah diridhoi Allah.Meksipun aku sudah diajak Mama dan Papa untuk kembali ke rumah besar, entah kenapa aku enggan untuk pergi. Rasanya lebih baik tinggal di dalam kesederhanaan daripada kemewahan yang tidak bisa membuatku tersenyum.Andai saja Muara masih menjadi istriku, tentu saja aku akan pulang dengan senang hati, dan bisa bermain dengan Aira. Namun, sekarang ia sudah menjadi istri orang lain. Lebih tepatnya kakak sepupu."Jangan lupa besok datang ke rumah," ucap Mama penuh penekanan setelah kami lama terdiam dalam bisu. Perbuatan yang kulakukan di masa lalu membuatku sadar kalau perempuan seperti Maura sangatlah langka."Ada apa? Pertemuan keluarga itu hanya buang-buang wa

  • SUAMIKU TIDAK TAHU KALAU AKU ADALAH BOS DI TEMPAT KERJANYA   Bab 40 Tamat season 1

    Di bawah ancaman Furqon, Ferdi selau pergi ke masjid setiap datang waktu sholat. Bahkan kini, dia sendiri yang menunggu Furqon agar datang ke rumahnya untuk datang bersama-sama ke masjid.Dari sebrang rumahnya, ada Bu Friska dan Pak Hasan yang sedang mengamati Ferdi. "Lihatlah! Sekarang anakku lebih hebat dari kita, dia sudah rindu untuk pergi ke rumah Allah." ucap Bu Friska sambil menitikan air mata.Ia sungguh tidak percaya kalau putranya yang sombong itu berangsur berubah. Kini, Ferdi bahkan tidak pernah lagi menelponnya hanya untuk meminta uang. Tidak, beberapa waktu lalu, Ferdi menelpon hanya untuk menanyakan kabar orang tuanya saja.Setelahnya, ia langsung mematikan sambungan telpon."Bukan anakmu, tapi anak kita!" seru Pak Hasan tak terima.Bu Friska menatap suaminya itu lekat, sampai akhirnya beberapa

  • SUAMIKU TIDAK TAHU KALAU AKU ADALAH BOS DI TEMPAT KERJANYA   Bab 39

    Ferdi tidak bisa melakukan kehidupan yang normal semenjak jauh dari orang tuanya, apalagi setelah pernikahan Maura dan sepupunya waktu itu, hidupnya terus saja dihantui oleh kehidupan yang belum pernah terjadi.Ia takut orang tuanya benar-benar tidak peduli, ia juga takut kalau kehidupan selanjutnya akan semakin sulit. Hari demi hari dipenuhi rasa ketakutan yang tidak ada habisnya.Untung saja selama di sini, ia bisa berteman dengan seorang pemuda kampung. Umurnya memang berada di bawah Ferdi, tapi cara berpikirnya sudah jauh di depan. Setiap hari, mereka selalu mengobrol di rumahnya Ferdi.Bagi Ferdi, setiap Malam temannya yang bernama Furqon itu wajib datang, tentu saja agar rasa ketakutannya sirna ketika tidak sengaja mendengar bunyi aneh dari dapur.Untungnya Furqon sama sekali tidak menolak, dia menemani Ferdi setiap malam.&nb

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status