"Steven! Kau juga di sini?""Celine? Kau di sini?"Mereka berdua bersamaan berbicara. Saling terkejut ketika menemukan satu sama lain."Apakah si penculik menghubungimu juga?" tanya Celine.Steven mengangguk membenarkan."Ia menghubungiku melalui telepon. Aku tidak bisa mengenali suaranya!" jawab Steven."Sama. Dia juga menghubungiku melalui telepon dan memberikan petunjuk yang harus dipecahkan kepadaku agar aku bisa sampai kemari," Celine menyetujuinya. Wajahnya terlihat pucat dan lelah sama seperti Steven."Yah, aku juga mengalami hal yang sama. Setelah berhasil menemukan jawabannya aku langsung kemari dan bertemu denganmu," Steven mengutarakan apanyang ia alami juga sama dengan yang dialami oleh Celine."Begitu menerima panggilan darinya aku langsung menyuruh seseorang untuk melacak teleponnya tapi nomornya tidak bisa dilacak. Ia menggunakan nomor sekali pakai. Mereka hanya berhasil mengetahui lokasinya masih berada di kota ini juga." Steven menjelaskan dengan singkat membuat Celin
"Noah?" "Noah?" Baik Celine maupun Steven keduanya sama-sama terperangah ketika melihat bahwa pria yang mengenakan pakaian serba hitam serta bertopeng itu ternyata adalah Noah."Noah! Apa yang kau pikirkan? Menculik Ethan, putraku, kemari dan beraninya kau meminta tebusan?" teriak Steven sangat murka saat itu. Noah, pria yang telah bekerja untuknya selama lebih dari 10 tahun itu ternyata adalah pelaku penculikan terhadap Ethan. Padahal Steven sangat mempercayai Noah selama ini. Ia bahkan sudah menganggap Noah seperti adiknya sendiri. Ia banyak mempercayakan segala sesuatunya kepada Noah.Tapi, ia sudah mengkhianati Steven sekarang dan dengan berani menculik Ethan membuat dirinya dan Celine panik dan ketakutan setengah mati.Pantas saja Ethan berhasil diculik. Karena Ethan sudah mengenal Noah dan ia tidak merasa telah diculik oleh Noah.Ia hendak menerjang maju saat itu, tapi tidak jadi karena Ethan tiba-tiba saja muncul entah dari mana dan berlari. Tapi ia bukan berlari ke arah Ste
"Celine Walton ⊠aku Steven Matthew Gagnon sekali lagi ingin meminta persetujuanmu untuk memenangkan hatimu. Maukah kau menikahiku lagi?" Steven menengadah dan menatap tepat ke kedua mata Celine yang berwarna coklat tua. Kedua tangannya terulur ke atas sambil memegang sebuah kotak berisikan cincin berlian yang besarnya tidak main-main.Jantungnya berdebar kencang, berharap agar Celine ⊠cinta sepanjang hidupnya mau menerima kembali dirinya. Kali ini adalah benar-benar murni versi dirinya yang sesungguhnya.Celine memandangi Steven yang tengah berlutut di hadapannya dan melamarnya. Pria yang sama yang pernah mengisi hatinya enam tahun yang lalu. Pria yang telah memberinya buah hati yang tampan dan berbakat. Dan pria yang sama pula yang pernah paling menyakiti hatinya.Akankah ia bisa mempercayai pria ini lagi untuk menjadi pendamping seumur hidupnya?"Mommy, apakah Daddy Steven sedang minta maaf pada kita?" tanya Ethan kecil dengan nada suaranya yang polos, membuat Celine terdiam."Iy
"Apaaaa???" Kali ini keduanya berteriak terkejut."Apa hubungan Lucas dengan semua ini, Noah? Kau bilang penculikan ini adalah ide dari Lucas?" tanya Celine tak percaya.Noah nyengir dan ia mengangguk."Benar, Nona Celine. Semua ini adalah ide Tuan Lucas sepenuhnya. Tuan Lucas bilang beliau ingin menguji kekuatan cinta Anda berdua. Seberapa berjodohnya kalian satu sama lain. Jika Anda berdua bisa bekerja sama dalam menemukan Tuan Muda Ethan, maka Tuan Lucas bilang beliau akan mundur." sambung Noah."Dan saya hanya menjadi pelaksananya saja," sambung Noah.Saat Noah mengatakan hal tersebut, seorang pria di kejauhan sedang memantau mereka semua dengan menggunakan binocular nya."Kau menang, Steven! Dan aku kalah."Lucas menurunkan binocular nya sambil tersenyum sedih. Kedua matanya berkaca-kaca menahan air mata sakit yang hendak meruah keluar.Lucas berbalik dan pergi dari sana dalam keadaan patah hati.*****"Lucas, apa kau yakin dengan keputusanmu?" tanya Celine dengan sedih. Mereka
_25 TAHUN KEMUDIAN_"Kamu baik-baik saja?" tanya Karla saat melihat Sinta memegangi kepalanya. Ya ya, tentu saja kakak tirinya itu merasakan pusing karena ia yang sudah memasukkan obat ke dalam minuman sang kakak."Aku hanya merasa tidak enak," jawab Sinta singkat. Ia merasa kepalanya berputar dan ada sensasi aneh kini menjalar di sekujur tubuhnya."Bagaimana kalau kamu istirahat di salah satu kamar hotel ini, Kak? Kebetulan aku sudah booking untukku sendiri. Tapi kamu bisa pakai dulu untuk beristirahat, bagaimana?" Karla memberi tawaran."Ya ... ya, boleh saja. Mana kuncinya? Biar aku segera naik, kepalaku rasanya berputar-putar." Sinta menjawab sambil memegang kepalanya yang terasa sangat berat.Dengan senyum licik, Karla menyerahkan kunci kamar yang memang sudah ia pesan kepada sang kakak."Mau aku antar?" Karla menawarkan diri. Sinta hanya menggelengkan kepala dan dengan langkah yang sedikit terhuyung-huyung ia pun meninggalkan ballroom.Gadis cantik itu langsung menaiki lift dan
Setelah melangkah keluar dari kamar pria asing itu, Sinta pun langsung menyadari kalau dirinya masih berada di hotel yang samaâyang tak lain adalah milik ayahnya sendiri!Selain itu, Sinta juga baru menyadari kalau kamar yang biasanya dia tempati ternyata ada tepat di samping suite room yang ditempati pria asing tersebut.Tanpa pikir panjang lagi, Sinta pun segera masuk ke suite room miliknya, dan sosok Nadia yang sudah berada di dalam sana, tampak terkejut saat melihat Sinta yang datang dengan kondisinya yang terlihat âkacauâ.âNona Sinta! Apa yang terjadi? Anda dari mana saja?â tanya Nadia khawatir. Gadis berusia 26 tahun itu merupakan sekretaris dan juga orang kepercayaan Sinta.Sementara itu, Sinta sendiri adalah anak tunggal dari pernikahan pertama Rendra Pratama, yang tak lain merupakan CEO dari Syailendra Grupâsalah satu perusahaan terbesar yang ada di Indonesia.Sinta yang saat ini telah berusia 28 tahun, telah menjabat sebagai salah satu Dikektur di Perusahaan ayahnya, dan di
Sosok pria tampan bertubuh tinggi tegap dengan bahunya yang lebar serta otot perutnya yang membentuk sixpack dengan sempurna, tanpa adanya timbunan lemak yang berlebih ituâterlihat berjalan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggulnya.Tetesan air yang mengalir dari ujung rambutnya yang masih basah itu, seakan menambah aura sexy dalam dirinyaâmembuat gadis mana pun yang melihatnya, pasti akan tergila-gila padanya!Pria itu tak lain adalah Ethan Wijaya. Di usianya yang masih tergolong muda, 33 tahun, Ethan telah menjabat sebagai seorang CEO, dan tentu saja, ada banyak gadis di luar sana yang siap merangkak ke atas tempat tidurnya dan berharap kalau mereka bisa menjadi pendamping hidup dari CEO Diamond Corporation.Sayangnya, tidak banyak orang yang tahu, jika hati sang pria tampan yang dikenal bersifat dingin ini, rupanya sudah ada yang punya.Ah, tidak.Koreksi!Lebih tepatnya, Ethan baru saja mengalami patah hati, setelah mendapati kekasih yang sangat dicintainya
âIya, Nona Sinta. Ada apa?â sahut Nadia, siap menerima âtugas lainnyaâ dari atasannya itu.âNadia, kamu sudah mengurus semua CCTV di hotel yang merekamku âkan?â tanya Sinta kemudian.âIya, sudah, Nona. Saya sudah menghapusnya secara permanen untuk di data keamanan, tapi untuk berjaga-jaga dan untuk penyelidikan ke depannya, saya sudah menyalin hard copy-nya.âSinta tersenyum puas.Seperti biasanya, Nadia selalu memberikan hasil terbaik tanpa dia suruh atau ingatkan. Sinta benar-benar beruntung memiliki sekretaris sepertinya.âKalau begitu, aku juga ingin kamu mengurus semua video CCTV yang merekam Karla,â titah Sinta kemudian.âKarla?â Nadia terdengar sedikit terkejut dan heran di waktu bersamaan saat tiba-tiba saja atasannya itu menyebut nama adik tirinya.Tidak biasanya Sinta membahas soal Karla.âMemangnya kenapa saya harus mengurus semua rekaman CCTV Karla juga?â tanya Nadia penasaran.Dia tidak mengerti. Apa Karla juga salah satu korban?Jika ya, Nadia sempat berpikir, jika dia t
Di rumah yang megah dan begitu luas Carlota berjalan mondar-mandir di depan pintu utama menunggu anak semata wayangnya yang sejak tadi belum juga menampakan wajah. Hari sudah begitu larut sekali, entah ke mana perginya Karla itu.Ia Mencoba menelepon anak semata wayangnya itu lagi, meskipun sejak tadi panggilannya tidak sama sekali diangkat oleh Karla."Kemana sih kamu?" Ucap Carlota penuh dengan geram pada layar ponsel yang menampilkan Panggilan kepada sang anak.Sudah berapa kali panggilan pun, ia tidak menghitungnya. Tapi selama itu juga pun tidak ada tanda-tanda Karla akan mengangkat panggilannya.Ia khawatir Sesuatu terjadi kepada sang anak, namun dengan cepat ia langsung menepis semuanya itu, tidak mungkin anaknya melakukan hal yang tidak tidak di luar sana, dan tidak mungkin juga sesuatu yang buruk terjadi kepada anaknya, karena ada seorang Bodyguard yang selalu ia suruh untuk mengikuti Karla ke mana saja anaknya pergi.Mengingat tentang itu, ia kembali berpikir untuk menelpon
Hari berganti, minggu bertemu dengan Minggu hingga bulan pun berganti. Tak terasa dua bulan telah berlalu setelah Ethan dan Sinta bersatu, hubungan mereka semakin kesini makin lengket saja. Keduanya Sudah merencanakan pernikahan yang akan dilaksanakan dia bulan dari sekarang, mereka juga sibuk dengan mengatur berbagai macam pernikahan yang begitu harus istimewa nanti.Hari ini mereka baru saja bertemu dengan seorang desainer untuk merancang gaun pernikahan milik Sinta, dan terlihat dari wajah cantik itu sepertinya Sinta sangat puas dengan desain yang benar-benar sesuai keinginannya."Setelah ini, bagaimana lagi?" tanya Ethan.Sinta menyeruput coklat panas miliknya itu, sudah dua gelas wanita itu memesan coklat panas karena memang sangat lama mereka di sana. Sudah hampir 4 jam berlalu, hari ini Demian sengaja mengosongkan jadwalnya hanya untuk menemani Sinta berkonsultasi tentang pernikahan mereka."Apakah kamu sudah puas dengan semuanya?" tanya Ethan.Sinta menganggukkan kepalanya, "s
Bagaimana, sudah siap?" tanya Devan. Kini mereka sudah berada di sebuah restoran, beberapa dekorasi pun turut memeriahkan pertemuan kali ini. Sinta yang menggunakan dress berwarna putih itu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum ke arah Devan"Apakah kita akan benar-benar bertemu dengan orang itu? bagaimana rupanya? Apakah kamu sudah menyelidiki latar belakangnya? Bagaimana menurutmu kalau aku ingin minta untuk dinikahi?" pertanyaan dan pertanyaan terus saja terlontar dari mulut Sinta, ia begitu gugup sekali.Devan hanya tersenyum sambil menggandeng tangan Sinta di sebelahnya, membawa langkah yang begitu pendek untuk sampai pada tempat yang memang sudah disiapkan sebelumnya."Kamu akan tahu dengan sendirinya dan tatapanmu nanti pertama kali akan menjawab semua pertanyaan itu, kamu pasti akan tahu bagaimana orang itu. Apakah dia layak atau tidak untuk menjadi Ayah Dari Anakmu yang akan mendampingimu kelak sampai tua."Terdengar suara tarikan nafas kasar dari Sinta, ia tersenyum ke ar
Malam yang sunyi, di luar sana hujan turun begitu deras sekali, suara gemuruh terdengar begitu menakutkan. Saat ini, Devan duduk di depan jendela menatap hujan yang turun tanpa ada tanda-tanda akan berhenti. sepertinya Indonesia akan memasuki musim hujan sebentar lagi, karena beberapa hari ini hujan terus saja turun, hanya sesekali saja Matahari menampakkan dirinya.Kopi hangat dan sebungkus rokok yang menemani Kesunyian Devan malam ini, ia tidak keluar dari kamar setelah pulang dari kantor dan tak ada juga tanda-tanda sosok Sinta datang mengetok pintunya, Mungkin wanita itu pun sudah capek terus-menerus mengajaknya bicara sementara dirinya mengabaikan wanita itu.Lama ia terdiam dengan permintaan dari Ethan beberapa hari yang lalu untuk berbicara dengan dirinya secara pribadi, meluruskan permasalahan ini.Sebuah senyum terbit di wajahnya, ini bukan salah Ethan ataupun salah Sinta, tetapi salah dirinya. Dirinyalah yang bersalah disini, jadi diamnya ini bukanlah menghukum Sinta maupun
Satu minggu telah berlalu begitu saja, semuanya pun masih terasa seperti biasa, masih dengan Devan yang Diam membisu dan masih dengan Sinta yang selalu saja mencari celah untuk bisa berbicara dengan Devan.Pagi ini Sinta ingin mengatakan semuanya kepada Devan, ia ingin mengakhiri semuanya Cukup sampai di sini, namun saat ia terbangun ia melihat tidak ada Devan di meja makan yang menunggunya, dan Hal itu membuat Sinta sedikit panik, kemana laki-laki itu pergi sepagi ini? biasanya Devan akan selalu menunggu dirinya untuk sarapan bersama walaupun laki-laki itu memiliki Janji temu cukup pagi."Cari Mas Devan, ya Mbak?" tanya bi Diah ketika baru saja keluar dari pintu dapur, Sinta menoleh ke arah bi Diah dan kemudian menganggukkan kepalanya, "iya Bi, apa Bibi melihat Devan?" tanya Sinta.Bi Diah mengangguk kan kepalanya, "tadi Mas Devan pesan sama saya, kalau nanti Mbak tanya saya disuruh jawab kalau Mas Devan sudah pergi ke kantor, katanya ada meeting penting yang tak bisa untuk dihindari
Bi dia merasa sedikit heran dengan apa yang terjadi, tiba-tiba saja Sinta kembali dengan wajah yang panik penuh dengan kekhawatiran, "ada apa Mbak? tanya bi Diah yang merasa sedikit aneh dengan majikannya itu."Nggak ada apa-apa Bi, Ayo kita pulang sekarang," Jawab Sinta seadanya saja, ia menyuruh bi Diah untuk pergi lebih dulu selagi iya pergi untuk membayar di kasir, bi Diah pun tak ingin neko-neko, Ia hanya mengangguk menuruti apa yang dititahkan padanya.Wanita paruh baya itu terlihat sangat tergopoj-gopoh sekali membawa Arka, yang entah kenapa tiba-tiba menjadi rewel. Sementara Sinta terus saja menatap ke sekelilingnya berharap dia bisa menemukan sosok Devan.Tapi tidak mungkin kan itu terjadi, Bagaimana bisa ada sosok Devan di sini, laki-laki itu benar-benar marah padanya. Jadi tidak mungkin Devan akan kembali padanya.Tadi jika ia tidak mengingat kedatangannya bersama dengan Bi Diah serta Arka, Mungkin ia akan tetap mengejar Devan, ia harus bisa menjelaskan semuanya kepada laki
Sinta sudah siap dengan Pakaiannya yang sangat rapi, ia memilih memakai baju santai saja untuk keluar. Anaknya juga sudah sangat rapi karena sudah dimandikan serta didandani oleh bi Diah, boleh dikatakan selama ini wanita paruh baya itu sangat aktif dalam mengurus anaknya, ia hanya kebagian sedikit saja selebihnya bi Diah yang berkuasa atas anaknya dan hal itu yang membuat ia begitu senang dengan wanita tersebut."Udah siap?" tanya Sinta yang langsung dianggukan oleh bi Diah, wanita itu memakai pakaian gamis dan juga jilbab yang Senada dengan bajunya yang bercorak bunga tersebut, Jika seperti ini ia nampak sangat cantik sekali dan juga terawat, tidak seperti ketika ia memakai daster."Kemana kita akan pergi Mbak?" tanya bi Diah sambil menggendong Arka."Bagaimana kalau kita pergi ke mall? sudah sangat lama semenjak saya melahirkan, saya tidak pernah lagi pergi ke mall, rasanya rindu sekali untuk masuk ke mall," putus Sinta.Bi Diah mengangguk kan kepalanya, memang hampir 3 bulan ini
"Baiklah kalau seperti itu, Terima kasih. Tolong bawakan saya beberapa file tentang ringkasan laporan minggu lalu," ucap Ethan kepada Devan, laki-laki itu kini sudah masuk kerja seperti biasanya.Devan mengangguk kan kepalanya dan segera pergi keluar dari ruangan Ethan, namun Baru beberapa langkah Devan pergi, Ethan berhasil menghentikan langkahnya, "tunggu dulu," ucap Ethan.Devan berhenti dan menatap ke arah Ethan yang sedang menatapnya itu, "Ada apa Bos? Apakah anda memiliki perintah lainnya lagi yang harus saya kerjakan?" tanya Devan, ia benar-benar bersikap sangat profesional sekali padahal jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, ia sedang membenci laki-laki yang ia Panggil dengan bos itu, karena berhasil merebut wanita yang ia cintai dari sejak zaman putih abu-abu."Untuk informasi tentang wanita malam itu, apakah kamu telah menindaklanjutinya lagi? sampai kapan lagi aku harus menunggu kabar ini? kenapa begitu sulit mencari satu wanita saja?" ucap Ethan, sejak kemarin ia ingin
Makan malam berjalan dengan hikmat, Tak ada satupun di antara mereka yang membuka obrolan terlebih dahulu ketika sedang makan. Entah ini memang adabnya atau memang tidak ada pembahasan yang ingin dibahas."Oh iya, ngomong-ngomong siapa nama anak anda itu? kok sejak tadi saya baru ngeh soal ini, saya belum tahu nama anak anda," tanya Nadia setelah selesai menghabiskan makanan di piringnya, bahkan air di dalam gelas juga sudah ikutan kosong.Sinta terdiam, ia menatap dalam laki-laki di hadapannya yang nampak tidak tertarik dengan obrolan yang dibuka oleh Nadia tersebut."Entahlah, aku juga tidak tahu. Belum ada kepikiran mau kasih nama apa," ucap Sinta.Nadia melebarkan matanya, tidak percaya bahwa cinta belum juga memberikan nama kepada anaknya."Kenapa anda tidak bilang dari tadi, saya mempunyai banyak sekali nama yang bisa anda gunakan.""Coba, apa saja? Biar aku pikirkan, cocok atau tidaknya.""Malik Akbar Bagaskara,"Sinta nampak berpikir sebentar, mengimbangi lagi nama itu dengan