"Tapi Tuan Muda, tidak ada informasi apapun tentang pernikahan Tuan Indra dan Nona Yana." Tono mencoba menjelaskan fakta yang ada kepada Viktor.Namun sepertinya sang atasan tidak mempedulikan omongan Tono. Dia malah berkata,"Gue nggak peduli dengan semua omongan Lo, Tono! Lakukan sesuatu untuk menggagalkan pernikahan itu, apapun caranya!" perintah Indra."Ta ... tapi, Bos." Tono mencoba memelas kepada Viktor. Namun sama sekali tidak digubris olehnya."Tidak ada kata tapi untuk Lo, Tono! Lakukan saja sesuai dengan yang gue perintahkan! Makanya Lo gue bayar dengan sangat mahal untuk bekerja! Bukan untuk berleha-leha!" sindir Viktor tajam.Tono hanya bisa diam. Namun pria itu sedikit tersinggung dengan omongan Viktor kepadanya. Akan tetapi dia tidak dapat berbuat apa-apa selain hanya dapat menyimpannya di dalam hatinya.Viktor juga menyuruh asistennya untuk segera ke luar dari ruangannya."Lo mau menunggu apa lagi Tono? Lakukan yang gue minta!" seru Viktor marah."Baiklah, Tuan Muda. S
"Itu artinya jika Mami Lila mendukung ku secara utuh. Dengan memberi lampu hijau kepadaku untuk masuk ke dalam kamar Tante Yana!" ucapnya, lalu dengan penuh semangat Indra pun masuk ke dalam kamar sang calon istri.Sesampai di dalam kamar, ternyata tidak ada seorang pun yang berada di sana. "Lho ... kok kamarnya malah sepi?" serunya kepada dirinya sendiri.Indra pun mulai mengitari pandangannya di dalam kamar itu. Kamar pribadi sang calon istri terlihat sangat rapi dan asri. Interior kamar tersebut sungguh begitu elegan. Dipadukan dengan warna dinding yang sangat lembut untuk dipandang.Lalu tiba-tiba, pintu kamar mandi terbuka. Yana yang baru selesai mandi langsung masuk ke dalam kamar pribadinya dengan hanya memakai handuk mini yang menutupi tubuhnya.Melihat pemandangan yang sungguh langka di hadapannya.Membuat Indra beberapa kali menelan ludahnya. Sepertinya sang pria mulai tergoda dengan lekuk tubuh Yana yang sungguh begitu seksi. Wanita dewasa itu, masih belum menyadari kebe
"Baiklah, aku akan ke luar. Tapi ingat! Pasang kembali cincin itu di jari manismu!""Cih! Siapa kamu nyuruh-nyuruh aku? Dasar bocah!" jawab Yana ketus."Tante, aku ini adalah calon suamimu! Tolong jangan membuatku marah! Ayo segeralah ganti baju, aku menunggumu di luar," sergah Indra lalu benar-benar ke luar dari kamar sang calon istri. "Suka banget sih memerintah!" tukas Yana lalu segera beranjak dari ranjang dan berjalan menuju pintu kamarnya untuk mengunci pintu dari dalam. Wanita itu kembali duduk di depan cermin dan mulai memoles wajahnya dengan make up tipis. Yana juga mulai memakai dress di atas lutut berwarna peach yang semakin membuatnya menjadi sangat cantik pagi itu.Tak lupa Yana mengambil cincin pemberian Indra di dalam laci meja riasnya. Dia terpaksa memakai cincin itu dari pada sang calon suami akan semakin marah kepadanya.Setelah dirinya rasa penampilannya telah rapi dan cantik. Yana pun mulai ke luar dari dalam kamarnya.Dari kejauhan sang wanita dapat mendengar ge
Mobil yang membawa Indra dan Yana mulai melaju membelah kota Jakarta, di pagi yang cerah itu. Saat ini mereka disopiri oleh Asisten Kaleb.Sepanjang perjalanan menuju butik. Sang asisten dapat merasakan jika mobil yang mereka kendarai sedang diikuti oleh sebuah mobil sedan serba hitam yang tepat berada di belakang mobil mereka.Kaleb beberapa kali melirik ke arah Indra yang juga terlihat gelisah saat ini. Beruntungnya, Yana sedang memejamkan matanya dan terlihat sedang tertidur karena masih memikirkan kemelut hubungannya dengan Indra.Sebisa mungkin, Kaleb tetap menjaga kestabilan laju mobil agar supaya Yana tidak curiga dan menjadi panik, jika mengetahui mobil mereka sedang diikuti saat ini.Sementara Indra sendiri terlihat sibuk mengirimkan pesan kepada sahabatnya, Nino. Untuk meminta bantuan kepadanya agar mengirimkan beberapa orang untuk menghadang para penguntit itu.Indra tak menyangka jika musuhnya yang masih belum dirinya ketahui siapa orangnya, ternyata memang sedang memperma
"Baiklah, kalau itu pilihanmu!" seru Indra lalu mulai mendekatkan dirinya lagi kepada Yana.Wanita dewasa itu menjadi ketakutan. Karena dia sangat tahu jika Indra, orangnya suka nekat untuk melakukan sesuatu."I ... Indra! Kamu mau ngapain, sih?" Ya sudah, yuk aku mau ke dalam!""Nah ... gitu kek dari tadi. Jadi aku tidak perlu memaksamu." seru Indra penuh senyum kemenangan di wajahnya.Keduanya pun masuk ke dalam butik. Di sana telah ada Mami Lila dan Mami Endang yang hampir satu jam menunggu keduanya sampai ke butik itu."Indra, kalian kok lama banget sih? Mami dari tadi nungguin kalian, lho!" seru Mami Endang sedikit kesal."Iya, Ndra. Kalian kok telat banget datangnya? Padahal kamu sama Yana lebih dulu berangkatnya tadi." Mami Lila ikut menimpali."Maaf para Mami. Tadi ada insiden sedikit. Putri salju sedang mengamuk jadi aku perlu banyak waktu untuk menjinakkannya," tukas Indra sekenanya."Putri salju?" sahut kedua ibu itu.Lalu tiba-tiba Yana menginjak kaki Indra dengan sengaja.
Yana menatap pantulan tubuhnya di depan cermin besar yang ada di ruang ganti itu. Dia sangat suka dengan gaun pengantin pilihan Indra kepadanya. Sungguh begitu pas dan cocok dengan tubuhnya."Aku sangat suka dengan gaun ini!" serunya antusias.Dengan dibantu oleh beberapa karyawan butik, Yana pun mulai ke luar dari ruang ganti tersebut.Pandangan mata Indra seketika menjadi terpaku melihat penampilan Yana yang begitu sangat memukau hatinya. Debaran-debaran aneh mulai terasa menyesakkan dadanya."Yana ... kamu sangat cantik! Sungguh Mami sangat terpana melihat mu saat ini!" puji Mami Endang, sang calon ibu mertua."Mami juga setuju dengan pendapat Mami Endang. Kamu sangat anggun memakai gaun ini!" Mama Lila juga turut memuji sang putri.Namun Indra tidak mengatakan apapun. Dia malah memicingkan matanya. Pertanda dia tidak suka dengan penampilan Yana saat ini.Memang gaun pengantin yang dipakai oleh Yana menutupi seluruh bagian tubuhnya. Namun lekukan tubuhnya yang seksi masih saja sang
"Sial banget gue dikerjain sama Tante Yana! But it's okay. Asalkan keinginan ku terwujud untuk menjadikannya sebagai istri ku," gumamnya senang dalam hatinya."Sayang! Pilihan mu memang yang terbaik!" puji Indra lalu menyerahkan setelan tuxedo itu ke tangan Madam Inces. "Madam, tolong persiapkan gaun dan tuxedo pesanan kami," perintahnya kepada pria kemayu itu."Beres, Tuan Muda!" sahut sang designer."Apa? Kok Indra malah senang, sih? Dia kok tidak marah sama sekali?" Yana malah kesal sendiri saat ini.Apalagi Indra terlihat sedang tersenyum simpul ke arahnya."Duh, bisa-bisa makin besar kepala tuh, Si Indra!" serunya kesal.Lalu tiba-tiba Indra berkata kepada kedua ibu,"Mami Lila dan Mami Endang. Bagaimana jika soal cincin biarkan aku dan Yana yang mengurusnya.""Wah itu ide yang sangat bagus, Ndra. Mami juga mau mengurus hal lainnya," sergah Mami Endang yang langsung dijawab dengan anggukan kepala oleh Mami Lila.Setelah berpamitan dengan para ibu, Indra pun segera menggandeng ta
"Ya, bisalah! Karena kami telah saling jatuh cinta!" ketus Indra kepada suami Mona karena meragukan hubungannya dengan Yana."Hah? Apa? Tapi, setahu saya Sekretaris Yana sejak dari bangku kuliah telah menyukai Tuan Fred. Masa bisa secepat itu melupakannya?" seru Joni lagi."Cih! Tentu saja Tante Yana cepat melupakan orang itu! Karena pesona yang gue miliki! Begitu sangat memikat dirinya!" Indra mengatakan itu sambil mencuri satu kecupan di pipi yana. Yang membuat sang wanita dewasa sedikit kelimpungan dengan sikap Indra kepadanya. "Hebat banget Indra bersandiwaranya. Dia sangat cocok deh menerima penghargaan sebagai nominasi orang yang jago membual," gumam Yana dalam hati.Ternyata Yana masih belum mempercayai jika Indra benar-benar tulus kepadanya. Dia masih berpikir jika pemuda itu hanya untuk bermain-main saja dengannya.Yana juga bingung bagaimana menjelaskan hubungannya yang sebenarnya dengan Indra kepada Joni. Untuk itu dia memilih untuk berdiam diri saja dari tadi."Oh, ya? Ta