Share

Bab 2

Penulis: Mayang indah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-28 16:42:38

Salma pun segera mematikan panggilan video dan berjalan beberapa langkah untuk menanyakan apa yang terjadi. Namun, belum sempat bertanya, perempuan yang berprofesi sebagai perawat menghalanginya sambil menutup pintu ruangan dan berkata,

"Mba, tunggu di luar. Kami akan berusaha semampu kami."

Salma tertegun. Entah apa yang akan terjadi setelah ini. Ia merasa menyesal karena menuruti permintaan Dania untuk tidak memberitahu siapa pun.

---

"Loh, kok mati teleponnya?" Raihan terheran melihat layar ponsel, yang semula sedang video call tiba-tiba mati begitu saja.

"Sini, sayang. Ante lihat dulu, kenapa ya kok dimatiin?" bujuk Meli, sahabat Dania yang dimintai tolong untuk menjaga anak-anaknya sementara waktu.

"Iya, Ante."

Meli terlihat mengetik pesan singkat ke kontak bernama Salma.

[Salma, kenapa? Kok dimatikan? Apa yang sebenarnya terjadi?]

Tak butuh waktu lama, ia mengirim pesan tersebut, dan Salma langsung membalasnya.

[Aku juga nggak begitu ngerti. Tadi lampu urgent di ruang operasi tiba-tiba bunyi. Terus ada dokter tambahan dan perawat yang datang. Baru mau nanya, tapi aku disuruh nunggu di luar dulu. Mereka bilang akan berusaha semampu mereka, Kak.]

Wajah Meli pun seketika berubah. Syok dan sedih hingga tanpa sadar meneteskan beberapa air mata yang segera dihapusnya. Tapi ia tidak mau menunjukkan perasaannya di depan anak-anak Dania karena pasti mereka akan bertanya.

[Ya Allah. Ya sudah, kamu tunggu di situ, ya. Kalau ada apa-apa, kabarin aku.]

Dengan raut wajah sedih dan syok, Meli berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya agar tidak ketahuan bahwa ia baru saja mendapatkan kabar buruk tentang Dania. Setelah itu, ia kembali menemani Raihan dan Hafiz tidur siang.

Saat anak-anak ganteng itu sudah tertidur, Meli langsung menghubungi Salma, karena sedari tadi tidak ada telepon atau pesan yang diterimanya. Namun, teleponnya tidak diangkat. Kekhawatirannya semakin menjadi-jadi.

"Ya ampun, kok nggak diangkat si Salma. Gimana ya keadaan Dania sekarang," gerutunya.

Dengan terpaksa, Meli menghubungi Rizal, suami Dania. Ia mencari kontak bernama Rizal di ponsel miliknya yang sebelumnya sempat ia minta dari Salma.

"Tuuuuutttt..."

"Tuuuuutttt..."

"Kemana lagi nih Rizal. Udah tahu lagi urgent gini, dihubungin malah susah!" umpatnya sambil terus mencoba menelepon Rizal. Namun, tidak ada jawaban sama sekali. Hingga belasan kali mencoba, tak ada respons sedikit pun darinya.

Tiba-tiba saja ponsel Meli berbunyi. Ternyata Salma yang menghubunginya.

"Halo, Sal. Gimana?" tanyanya tergesa-gesa.

"Iya, Kak. Maaf aku baru ngabarin. Kak Dania udah selesai dioperasi. Sekarang keadaannya udah membaik."

"Alhamdulillah. Terus bayinya gimana? Sehat, kan?"

"Ba... bayi... bayinya..." Suara Salma terdengar bergetar seperti menahan tangis.

"Salma, bayinya gimana?"

"Bayinya nggak selamat, Kak. Bayinya Kak Dania meninggal."

"Innalillahi... Ya Allah. Ya sudah, aku kesana, ya. Kamu jangan lupa hubungi keluarga yang lain."

Meli menangis sejadi-jadinya, mengingat perjalanan hidup orang terdekatnya itu.

Meli adalah sahabat Dania. Awalnya, mereka bertemu saat duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Mereka berteman sangat dekat hingga detik ini. Dania begitu percaya padanya, karena sejak SMK, setiap Dania bercerita atau mengadu, tidak pernah ada satu pun yang bocor ke telinga orang lain. Selain itu, setelah ditelusuri, ternyata mereka masih memiliki hubungan saudara jauh. Hubungan mereka semakin akrab, hingga Dania selalu mempercayakan apa pun padanya, termasuk menjaga anak-anaknya.

Meli belum menikah. Ia baru saja menyelesaikan pendidikan kuliah setahun lalu dan kini bekerja di perusahaan swasta. Saat diminta menjaga anak-anak Dania, ia pun mengiyakan dan mengambil cuti untuk hari itu serta beberapa hari ke depan.

Ponsel Meli berdering. Nama Rizal tertera di layar.

"Halo, ini siapa?"

"Halo, Zal. Ini gue, Meli. Lo ke mana aja? Dari tadi dihubungin susahnya setengah mampus," jawab Meli dengan nada kesal.

"Lah, gue kerja. Kenapa emang? Lagian lo kalau mau nelpon Dania ya ke nomor Dania aja. Dania juga dari tadi nelponin gue mulu. Ribetin aja, udah tahu gue kerja."

"Hah! Pantes, ya. Pantes Dania bilang kalau nggak usah hubungin siapa pun tadi. Toh suaminya sendiri aja nggak khawatirin dia. Gila lo!"

"Maksud lo apaan, ya?" Suara Rizal terdengar heran.

"Lo mikir nggak? Istri lo lagi hamil! Lo mikir nggak kalau dia bakal ada di satu waktu yang urgent? Dania sekarang ada di rumah sakit. Dia abis disesar!"

"Kok bisa? Kok nggak ada yang ngabarin gue? Nggak ada yang anggep gue suaminya Dania? Makanya nggak ada yang ngabarin gue?"

Tuut... tuut... tuut...

Meli mematikan sambungan teleponnya. Ia bersiap menuju rumah sakit tempat Dania dirawat.

Meli tidak menyangka Dania harus mendapatkan laki-laki seperti Rizal. Andai saja dulu Dania mendengarkan nasihatnya, pasti ia tidak akan mengalami perlakuan acuh seperti ini.

"Sial banget kamu, Dan. Dapet suami macam Rizal. Seandainya dulu kamu mau dengerin masukan aku, pasti kamu nggak akan merasakan hal seperti ini. Emang semua laki-laki sama aja," gumamnya dalam hati.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • SUKSES USAI DIJANDAKAN SUAMI   Bab 40

    Berselang enam bulan ke depan, Danar mendapat kabar bahwa dirinya memenangkan tender yang selama ini diincarnya sejak lama.Ia langsung menghubungi istri tercintanya, yang tidak lama kemudian mengangkat teleponnya."Assalamu'alaikum, iya, Mas?""Kamu di mana? Aku punya kabar gembira, Sayang."Suara Danar terdengar sangat riang dan antusias untuk memberi tahu istrinya."Kabar gembira? Wah, apa nih?" Dania menanggapinya dengan antusias."Hmm, gimana kalau nanti malam kita bermalam di hotel bintang lima? Nanti Mas pulang cepat biar kita packing sama-sama. Gimana?""Iya, Mas. Asalkan kamu tidak kecapekan, aku selalu ikut rencanamu." Dania menjawab dengan penuh sukacita."Oke, Sayang. See you."Danar mematikan sambungan teleponnya.Semenjak menikah dengan Dania, Danar merasa rezekinya selalu mengalir deras. Ada saja keberhasilan yang datang dari berbagai sisi.Ia menganggap semua ini sebaga

  • SUKSES USAI DIJANDAKAN SUAMI   Bab 39

    "Rizal?" ucap Dania dengan heran dan penuh kekhawatiran, khawatir akan anak-anaknya.Sementara Danar maju untuk mengambil pesanan yang sudah dipesannya, mereka segera menutup pintu. Namun, Rizal menahannya."Pantas saja kamu tidak berada di rumahmu. Dan aku susah mencarimu, tahunya kamu berada di sini? Bersama selingkuhan berkedok sahabat kecil!" ucap Rizal dengan tatapan sinis.Mereka mengabaikan ucapan Rizal barusan dan langsung menutup pintu rapat-rapat. Dania teringat anak-anaknya. Ia khawatir Rizal akan melakukan hal yang tidak diinginkan lagi.Saat sampai di kamar anak-anaknya, mereka sedang bermain. Dania merasa lega."Ibu, apakah Ibu mau memanggil kami untuk makan malam?" tanya Raihan lirih."Iya, sayang. Ibu baru saja membeli makanan secara online. Yuk, kita makan sama-sama," ajaknya.Raihan lari terlebih dahulu, sedangkan Hafiz digendong oleh Dania untuk bergegas menuju meja makan.Di sana, terlihat Da

  • SUKSES USAI DIJANDAKAN SUAMI   Bab 38

    Plakkkkk!!!!Terdengar tamparan keras dari tangan Dania yang mendarat di pipi Radist. Kali ini, kesabarannya tidak dapat dibendung lagi.Danar tidak menghiraukan Dania yang menampar Radist barusan. Ia tetap memperlihatkan rekaman itu dengan terburu-buru.Dan... benar saja dugaan Danar. Radist sudah menjebaknya dengan memasukkan serbuk ke dalam makanan yang sedang dimasak tadi saat makan malam bersama. Namun, hanya makanan yang akan dimakan oleh Danar."Ketahuan, kan, belangnya? Perempuan ini bagaimana?!" ucap Danar."Kamu itu tidak tahu malu, Radist!"Danar memaki perempuan yang kini terdiam, namun tidak menunjukkan rasa penyesalan atas perbuatannya."Apa motifmu? Dan kenapa kamu bisa tahu vila ini? Padahal Mas Danar berkata kalau vila ini belum banyak yang tahu, termasuk kamu!"Dengan wajah yang terlihat menantang, Radist maju perlahan sambil melipat tangan ke dada."Lalu... kamu percaya begitu saja? B

  • SUKSES USAI DIJANDAKAN SUAMI   Bab 37

    "Hmm, apakah kamu tidak suka melihat Dania bahagia?"Terdengar suara perempuan menyahuti gumaman Anggi.Anggi menoleh dengan kasar. Ia terkejut dengan pertanyaan seseorang yang menanggapi gumamannya itu."Bukan urusanmu!" Anggi terlihat panik. Ia berpikir perempuan tersebut adalah seseorang dari keluarga mereka."Tentu jadi urusanku! Siapa pun yang tidak suka dengan kebahagiaan mereka akan menjadi partnerku untuk bersama menjatuhkan mereka, iya bukan?""Oh iya, perkenalkan, aku Radisty," katanya sambil mengulurkan tangan ke hadapan Anggi. Anggi hanya menanggapi sebisanya.Saat mendengarkan rencana demi rencana Radisty, Anggi pun enggan mengikutinya. Ia akan menggunakan caranya sendiri.---Dua hari setelahnya, Dania menikah dengan Danar. Mereka sepakat untuk mengambil cuti kerja selama sebulan. Mereka memutuskan untuk berlibur sekaligus berbulan madu.Sore itu, sepulang mereka berbelanja keperluan untuk libu

  • SUKSES USAI DIJANDAKAN SUAMI   Bab 36

    Lima bulan ke depan, Rizal dan yang lainnya sudah dipenjara. Mereka berpasrah diri, tidak ada yang dapat dilakukan selain menjalani hukuman tersebut.Saat bulan keenam mereka menjalani masa hukuman, siang itu Anggi dipanggil karena ada yang membesuk.Saat ditemui di ruang khusus kunjungan, ia terperangah melihat Anton yang berada di jajaran meja pengunjung tahanan."An-Anton?" sapa Anggi ragu-ragu.Anton, yang semula sedang memainkan ponsel sambil menunduk, menengadahkan pandangannya ke depan."Hai, gimana kabarnya?""Ya, gini-gini aja. Tumben kamu punya waktu untuk membesukku.""Hmm, sebenarnya ini kejutan. Tapi..."Belum selesai Anton meneruskan pembicaraannya, petugas datang untuk memberitahu kalau Anggi telah terbebas dari hukuman dan tuntutan."Permisi, benar dengan Saudari Anggi Noviyanthi?""Iya, Pak. Kenapa ya? Apa jam besuknya sudah habis?""Silakan ikut kami ke ruang Kepala P

  • SUKSES USAI DIJANDAKAN SUAMI   Bab 35

    "Si Danar, Mel. Bener kata lo, dia barusan ngirim pesan ke gue kalau katering nanti bakalan datang," ujar Dania sambil menunjukan ponselnya ke Meli."Kan gue bilang juga apa," sahut Meli."Iya, tapi kan boros banget. Udah ah, nanti gue mau bilang stop aja. Gak usah katering-katering lagi."Meli terdiam sambil memperhatikan Dania.Tanpa sadar, mereka sudah lama berbincang di dapur hingga karyawan katering yang mengantar makanan pun sampai.Dania mulai menyiapkan semua menu yang dipesan dan menatanya di meja makan."Ya ampun, sampai nasi aja dibeli," keluh Dania.Meli hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya itu.Semua makanan sudah tersaji dan tertata. Dania mengabadikannya dengan memfoto makanan sebelum disantap, lalu mengirimkan foto itu ke Danar."Sudah sampai, terima kasih.""Makan yang banyak, ya. Itu untuk sekali makan jadi langsung habiskan."Tak lama, Raihan dan Haf

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status