Rizal heran, apa yang sebenarnya terjadi pada Dania. Kenapa dia tiba-tiba saja masuk rumah sakit dan menjalani operasi sesar? Tanpa berlama-lama, ia menghubungi keluarganya untuk menanyakan di mana rumah sakit tempat Dania ditindak.
"Hallo, Kak... Kamu di mana?" "Lho, ya aku di rumah. Memangnya kenapa?" sahut Linda dari seberang sana. "Serius? Aku pikir kamu ada menemani Dania lahiran, Kak," tanyanya terkejut. "Lahiran? Kamu kok nggak ngabarin keluarga kalau istrimu itu sudah lahiran, Zal?" terdengar Linda menyalahkan adiknya. "Boro-boro, aku aja dapet kabar dari sahabatnya Dania, si Meli. Ya udah, Kak, nanti ku kabari lagi." Rizal menutup sambungan teleponnya. Ia bingung harus mencari ke mana tempat Dania ditindak operasi. Tiba-tiba saja terlintas di pikirannya untuk menghubungi keluarga Dania. Namun, tidak ada yang mengetahuinya juga dan malah dirinya yang dicaci maki sebab dianggap tidak becus mengurus istri sendiri. "Kamu ini, menyusahkan saja, Dania," gumamnya kesal. Tringgg!!! Tringgg!!! Suara ponsel Rizal berdering. Tertera kontak bernama Salma menghubunginya. Segera ia mengangkatnya. "Iya, hallo. Kenapa, Salma?" "Rumah Sakit Medika Pratama, kamar VVIP." "Maksud kamu apa, Sal? Kok tib—..." Tut... Tut... Tut... "Ah, sial! Kenapa hari ini semua ngeselin, terutama Dania? Di mana dia berada?" Rizal menggerutu. Raut kesal menyelimuti wajah laki-laki beranak tiga itu. Seketika Rizal tersadar dengan ucapan Salma tadi. Apa Dania dirawat di situ? Dengan terburu-buru, Rizal menancapkan gas sepeda motor yang baru ia beli beberapa bulan lalu secara kredit. Sesampainya di rumah sakit, ia menanyakan kamar VVIP pada perawat yang berjaga di bagian administrasi. Setelah menyebutkan semua identitas yang diperlukan, akhirnya Rizal mendapatkan informasi tentang istrinya. Dengan langkah cepat, ia segera menuju kamar tempat Dania dirawat. "Bagus bener, rumah sakit aja yak. Gimana ya biayanya? Pasti mahal," gumamnya sambil menghembuskan napas dan mengedarkan pandangan ke sekeliling ruang rumah sakit tersebut. Rizal berjalan menelusuri kamar yang dituju. Dalam beberapa menit, ia menemukannya. Ketika ia menghampiri pintu kamar Dania, tiba-tiba saja Salma keluar bersama dengan dokter Boby. "Salma, Dania dirawat di sini?" Salma terkejut. Tiba-tiba saja Rizal datang menghampirinya. "Lho, Mas Rizal?" tanyanya dengan nada gugup. Sama halnya seperti Salma, dokter Boby pun terperangah melihat Rizal, laki-laki yang baru saja datang tanpa menunjukkan raut wajah cemas. "Iya, tadi kamu nggak jelas ngasih tahu rumah sakit sama kamarnya aja. Bersyukurlah aku sudah dapat kabar tentang Dania." Rizal merasa lega karena sudah mengetahui keberadaan Dania. TRING... Pesan singkat masuk ke ponsel Rizal. [Mas, kamu di mana? Aku loh nunggu-nunggu kamu. Katanya mau datang!] Kalimat manja itu dikirim oleh Anggi Noviyanti, yang tak lain adalah selingkuhan Rizal. [Iya-iya, Mas ke sana sekarang ya, Sayang.] Tanpa berpamitan, Rizal meninggalkan Salma dan dokter Boby begitu saja. "Dasar! Laki-laki nggak tahu malu! Istri habis lahiran, dia enak-enakan malah selingkuh. Biadab!" jerit kesal Salma ke arah Rizal. Rizal enggan meladeni ocehan Salma. Baginya, Anggi adalah prioritasnya saat ini. --- Tok... Tok... "Sayang... Anggi...?" Rizal sampai di kontrakan yang ia tempati saat ini bersama Anggi. Mereka sudah mengontrak hampir enam bulan lamanya. Dengan lingerie yang masih melingkar di tubuhnya, Anggi membukakan pintu. Kemudian mereka masuk ke kamar bersama. Anggi mengeluh manja pada laki-laki yang sudah menikahi siri dirinya. "Kamu ke mana aja sih, Mas? Lama banget. Aku kan nggak bisa ditinggal lama-lama," rengeknya. "Iya, maaf, Sayang. Tadi Mas dapet kabar kalau Dania itu melahirkan tiba-tiba dan dioperasi." "Hah? Kok mendadak banget?" Anggi melongo mendengar cerita Rizal. Anggi merasa terancam. Ia khawatir Rizal akan lebih banyak waktu luang untuk Dania dan semakin sering meninggalkannya. "Ya, Mas juga nggak tahu, Sayang. Mas aja itu dikabarin, tapi sudah sempat ke sana dan tahu keadaan Dania baik-baik aja. Makanya Mas langsung ke sini nyamperin kamu sewaktu kamu telepon tadi," ujar Rizal sambil merayunya. Tangannya perlahan mengusap pipi mulus wanita itu. Anggi adalah perempuan muda yang berasal dari keluarga tidak harmonis. Saat ini, usianya menginjak 20 tahun. Ia bertemu dengan Rizal saat menjadi SPG rokok. Semakin sering bertemu dan semakin intens komunikasi mereka, hubungan terlarang pun dimulai. Enam bulan lalu, Rizal menikahi siri Anggi karena wanita tersebut hamil. Namun, Anggi keguguran akibat bertengkar hebat dengan Rizal. Hubungan mereka tetap berlanjut hingga kini. "Mas, aku mau nanya deh," tiba-tiba Anggi membuka pembicaraan. "Nanya apa, Sayang?" sahut Rizal sambil menciumi pipi wanita itu. BRAAKKK!!! Tiba-tiba saja terdengar suara...Berselang enam bulan ke depan, Danar mendapat kabar bahwa dirinya memenangkan tender yang selama ini diincarnya sejak lama.Ia langsung menghubungi istri tercintanya, yang tidak lama kemudian mengangkat teleponnya."Assalamu'alaikum, iya, Mas?""Kamu di mana? Aku punya kabar gembira, Sayang."Suara Danar terdengar sangat riang dan antusias untuk memberi tahu istrinya."Kabar gembira? Wah, apa nih?" Dania menanggapinya dengan antusias."Hmm, gimana kalau nanti malam kita bermalam di hotel bintang lima? Nanti Mas pulang cepat biar kita packing sama-sama. Gimana?""Iya, Mas. Asalkan kamu tidak kecapekan, aku selalu ikut rencanamu." Dania menjawab dengan penuh sukacita."Oke, Sayang. See you."Danar mematikan sambungan teleponnya.Semenjak menikah dengan Dania, Danar merasa rezekinya selalu mengalir deras. Ada saja keberhasilan yang datang dari berbagai sisi.Ia menganggap semua ini sebaga
"Rizal?" ucap Dania dengan heran dan penuh kekhawatiran, khawatir akan anak-anaknya.Sementara Danar maju untuk mengambil pesanan yang sudah dipesannya, mereka segera menutup pintu. Namun, Rizal menahannya."Pantas saja kamu tidak berada di rumahmu. Dan aku susah mencarimu, tahunya kamu berada di sini? Bersama selingkuhan berkedok sahabat kecil!" ucap Rizal dengan tatapan sinis.Mereka mengabaikan ucapan Rizal barusan dan langsung menutup pintu rapat-rapat. Dania teringat anak-anaknya. Ia khawatir Rizal akan melakukan hal yang tidak diinginkan lagi.Saat sampai di kamar anak-anaknya, mereka sedang bermain. Dania merasa lega."Ibu, apakah Ibu mau memanggil kami untuk makan malam?" tanya Raihan lirih."Iya, sayang. Ibu baru saja membeli makanan secara online. Yuk, kita makan sama-sama," ajaknya.Raihan lari terlebih dahulu, sedangkan Hafiz digendong oleh Dania untuk bergegas menuju meja makan.Di sana, terlihat Da
Plakkkkk!!!!Terdengar tamparan keras dari tangan Dania yang mendarat di pipi Radist. Kali ini, kesabarannya tidak dapat dibendung lagi.Danar tidak menghiraukan Dania yang menampar Radist barusan. Ia tetap memperlihatkan rekaman itu dengan terburu-buru.Dan... benar saja dugaan Danar. Radist sudah menjebaknya dengan memasukkan serbuk ke dalam makanan yang sedang dimasak tadi saat makan malam bersama. Namun, hanya makanan yang akan dimakan oleh Danar."Ketahuan, kan, belangnya? Perempuan ini bagaimana?!" ucap Danar."Kamu itu tidak tahu malu, Radist!"Danar memaki perempuan yang kini terdiam, namun tidak menunjukkan rasa penyesalan atas perbuatannya."Apa motifmu? Dan kenapa kamu bisa tahu vila ini? Padahal Mas Danar berkata kalau vila ini belum banyak yang tahu, termasuk kamu!"Dengan wajah yang terlihat menantang, Radist maju perlahan sambil melipat tangan ke dada."Lalu... kamu percaya begitu saja? B
"Hmm, apakah kamu tidak suka melihat Dania bahagia?"Terdengar suara perempuan menyahuti gumaman Anggi.Anggi menoleh dengan kasar. Ia terkejut dengan pertanyaan seseorang yang menanggapi gumamannya itu."Bukan urusanmu!" Anggi terlihat panik. Ia berpikir perempuan tersebut adalah seseorang dari keluarga mereka."Tentu jadi urusanku! Siapa pun yang tidak suka dengan kebahagiaan mereka akan menjadi partnerku untuk bersama menjatuhkan mereka, iya bukan?""Oh iya, perkenalkan, aku Radisty," katanya sambil mengulurkan tangan ke hadapan Anggi. Anggi hanya menanggapi sebisanya.Saat mendengarkan rencana demi rencana Radisty, Anggi pun enggan mengikutinya. Ia akan menggunakan caranya sendiri.---Dua hari setelahnya, Dania menikah dengan Danar. Mereka sepakat untuk mengambil cuti kerja selama sebulan. Mereka memutuskan untuk berlibur sekaligus berbulan madu.Sore itu, sepulang mereka berbelanja keperluan untuk libu
Lima bulan ke depan, Rizal dan yang lainnya sudah dipenjara. Mereka berpasrah diri, tidak ada yang dapat dilakukan selain menjalani hukuman tersebut.Saat bulan keenam mereka menjalani masa hukuman, siang itu Anggi dipanggil karena ada yang membesuk.Saat ditemui di ruang khusus kunjungan, ia terperangah melihat Anton yang berada di jajaran meja pengunjung tahanan."An-Anton?" sapa Anggi ragu-ragu.Anton, yang semula sedang memainkan ponsel sambil menunduk, menengadahkan pandangannya ke depan."Hai, gimana kabarnya?""Ya, gini-gini aja. Tumben kamu punya waktu untuk membesukku.""Hmm, sebenarnya ini kejutan. Tapi..."Belum selesai Anton meneruskan pembicaraannya, petugas datang untuk memberitahu kalau Anggi telah terbebas dari hukuman dan tuntutan."Permisi, benar dengan Saudari Anggi Noviyanthi?""Iya, Pak. Kenapa ya? Apa jam besuknya sudah habis?""Silakan ikut kami ke ruang Kepala P
"Si Danar, Mel. Bener kata lo, dia barusan ngirim pesan ke gue kalau katering nanti bakalan datang," ujar Dania sambil menunjukan ponselnya ke Meli."Kan gue bilang juga apa," sahut Meli."Iya, tapi kan boros banget. Udah ah, nanti gue mau bilang stop aja. Gak usah katering-katering lagi."Meli terdiam sambil memperhatikan Dania.Tanpa sadar, mereka sudah lama berbincang di dapur hingga karyawan katering yang mengantar makanan pun sampai.Dania mulai menyiapkan semua menu yang dipesan dan menatanya di meja makan."Ya ampun, sampai nasi aja dibeli," keluh Dania.Meli hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya itu.Semua makanan sudah tersaji dan tertata. Dania mengabadikannya dengan memfoto makanan sebelum disantap, lalu mengirimkan foto itu ke Danar."Sudah sampai, terima kasih.""Makan yang banyak, ya. Itu untuk sekali makan jadi langsung habiskan."Tak lama, Raihan dan Haf